SIX (M)

127 6 0
                                    

Wajah Sharon memerah menahan gelora intim yang tengah ia rasakan saat ini. Sang suami begitu berusaha keras memanjakan tubuhnya dengan sangat lembut sekaligus penuh kekaguman di belakang sana. Sharon bisa merasakan dari gerakan pria jantan itu di dalam dirinya. Jangan lupakan semua sentuhan penuh kehati-hatian yang Luke berikan di setiap jengkal kulit tubuhnya.

Membuat pikiran Sharon gila, karena terus menginginkan perlakuan itu lagi dan lagi. Hanya Luke yang bisa membuatnya merasa ketagihan seperti ini.

"Mmhh..." Luke menggeram ketika ia merasakan salah satu tangan mungil Sharon membelai dada bidangnya dengan tatapan yang seduktif, "Kau menyukainya?" Pria itu tersenyum simpul.

Sharon hanya bisa mengangguk sembari menggigit bibir bawahnya. Menahan desahan agar tak sampai keluar. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi ketika Luke memasukinya lagi, rasa lelah berganti dengan berpacunya adrenalin yang mendamba kepuasan lebih.

"Mendesahlah, Sayang..." bisik Luke dengan suara berat di antara nafas tersengalnya karena masih sibuk memompa bagian intim mereka yang tengah menyatu, "Agar aku bisa cepat sampai-akh!"

Ia tahu sang istri menolak bersuara karena tak ingin terlalu 'berisik' di pagi itu. Tapi Luke justru sangat menantikannya.

"Akh-

Ku...

Ing-

In-men-de-

Ngarnya lagi!

Arrgh!"

"Ah-ah-oh-OH-AAH!" jerit Sharon.

"Hhaaa..."

"Hh... Hhh..."

"Ha-hah..." Luke melepas penyatuannya. Ia mengecup singkat kedua bahu polos istrinya dari belakang.

"Oh, My God...." Sharon menutupi wajahnya dengan satu tangan setelah menarik selimut untuk menutup seluruh tubuh polosnya. Tak lupa tangan satunya ia gerakkan untuk menutupi tubuh polos sang suami yang ikut berbaring kelelahan di sampingnya.

"Thank's, Darling..."

Hanya terdengar deru nafas tersengal dari kedua insan yang tengah dimabuk penyatuan cinta mereka selama beberapa saat. Hingga Luke tersenyum penuh kemenangan ke arah istri cantiknya. Desahan yang ia nantikan tadi terdengar juga diiringi wajah puas Sharon yang sudah mendapat puncak kenikmatan untuk ketiga kalinya.

"Did you enjoy it?" Sharon memimpin obrolan intim mereka. Wajah yang masih ia tutupi dengan tangan kirinya, perlahan ia alihkan untuk mengambil segelas air minum di atas meja nakas.

Luke menoleh ke arah wajah cantik di sampingnya dan tersenyum lebar menahan tawa.

Sharon menyadari ini usai menenggak habis air minum tersebut. "Why?" tanyanya heran. Setelah mengembalikan gelas, salah satu tangannya meraih beberapa lembar tisu sekaligus menyerahkan beberapa untuk sang suami.

"You still have to ask me?" Luke menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Hal yang agaknya tak pernah berubah di saat Sharon sedang serius.

"I'm serious, Hon, don't even try!" Sharon memberikan tatapan tajamnya meski dadanya masih naik turun mengatur nafas. Ia duduk sembari menahan selimut yang membelit hingga sebatas dadanya. Kemudian ia memberi tatapan lain dengan binar seolah berkata, 'ayo-bersihkan-diri-dari-sisa-cairan-cinta-kita-dulu'.

Sementara Luke nampak bertopang dagu dengan tangan kanan di atas bantal. Menatap senang ke arah Sharon disertai senyuman jahil khas miliknya. "Fine. I'll tell you..." Luke bergerak ikut duduk di samping Sharon yang masih setia tak melepas kontak mata mereka.

Luke and SharonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang