Sepeninggalannya Barra, Aksa dan Keyla hanya diam. Lebih tepatnya Keyla yang berusaha menghindari tatapan mata Aksa yang terus memperhatikannya dalam diam.
Diperhatikan Aksa begitu intens membuat Keyla merasa tidak nyaman di tempatnya. Hingga dia berusaha menghindari tatapan mata Aksa, dengan menatap ke arah lain. Yang penting bukan wajah Aksa yang begitu dekat dari jarak pandangnya.
"Jadi lo punya solusi apa tentang masalah gue?" Tanya Aksa, menatap Keyla lebih serius. Menunggu Keyla dengan wajah tidak sabaran.
Berharap sahabatnya yang satu ini benar-benar bisa memberikan solusi padanya. Setidaknya dia ke sini pasti karena Barra memberitahunya kan?
"Gak." Jawab Keyla tanpa pikir panjang. Menegak minumannya hanya dengan sekali tegak.
Mengulangi kegiatannya berulang-ulang, Keyla merasa kepalanya mulai pusing karena minumannya. Membuat dia menggelengkan kepalanya pelan.
Rasa pusing itu bahkan kian menjadi-jadi. Membuat dia sedikit mual bercampur aduk.
"Kalau gitu lo punya masalah apa?" Tanya Aksa mengganti pertanyaan. Lebih memperhatikan sahabatnya lebih intens.
"Gue gak--"
"Gak usah bohong key. Lo harus tahu kalau lo payan soal itu." Potong Aksa. Menghentikan ucapan Keyla.
Keyla menggeleng, pandangannya mulai berputar-putar. Tak lagi mampu menopang kepalanya yang mendadak terasa berat, Keyla pun meletakkan kepalanya di atas tumpukan tangannya. Memejamkan matanya erat-erat.
"Sa, tolong telponin Barra dong. Suruh dia ke sini!" Perintahnya.
Aksa berdecak. Menatap Keyla kesal.
"Kenapa?" Tanyanya terdengar tidak suka.
"Kepala gue pusing."
Aksa diam. Memperhatikan Keyla lebih lama. Mengingat bagaimana sifat sahabatnya yang satu itu, yang begitu bergantung pada Barra. Padahal mereka bersahabat berlima. Tapi Keyla seakan begitu dekat hanya dengan Barra. Apa-apa Barra. Ini-itu Barra. Dan semua hal selalu Barra. Membuat dia curiga jika Keyla pasti menyukai sahabatnya itu.
"Lo suka ya, key. Sama Barra?" Ucap Aksa mengeluarkan apa yang ada di kepalanya.
Keyla mengangkat sedikit kepalanya, mengintip ke arah Aksa dengan mata memicing.
"Apa?"
Menegak minumannya sekali lagi. Aksa menoleh ke arah Keyla.
"Lo suka sama Barra?" Ulang Aksa.
Memanjangkan tangannya, tanpa perasaan Keyla memukul kepala Aksa kuat. Membuat Aksa melotot tak percaya.
"Enak aja." Renggut Keyla cemberut. Kembali memejamkan matanya.
"Akh, kepala gue pusing. Barra bilang tadi mau dengerin curhat gue kalau gue mau nemuin dia di sini. Tapi kenapa dia ninggal gue. Dasar pembohong. Sialan lo Barra. Awas aja lo, gue bilangin Hana." Gerutu Keyla.
Aksa diam, memperhatikan Keyla yang terus meracau di tempatnya dengan kedua mata terpejam. Sesekali bibirnya mencebik lucu.
Menarik nafas panjang, Aksa mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Keyla yang nampak lebih tirus dari biasanya.
"Ayo gue antar pulang!" Ucapnya menarik-narik pipi Keyla berulang-ulang.
Menepis kasar tangan Aksa. Keyla kembali mengangkat kepalanya, meriah gelas di depannya. Berniat kembali menegak minumannya. Tapi di tahan oleh Aksa.
"Gue gak mau pulang. Gue mau minum sampe puas."
"Lo udah mabuk Key!"
Keyla cemberut. Meminta gelasnya lagi yang di balas Aksa dengan gelengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend My Wife (SELESAI)
RomanceIni tentang perjanjian pranikah dua sahabat. Yang mungkin saling menguntungkan dan menguji kesabaran. Di mana perasaan ikut berperan di sana. Lalu, akankah perasaan itu dapat berperan lebih besar dibandingkan keuntungan yang di tawarkan sejak awal...