Bab 6 - Serba salah

1.8K 171 3
                                    

"Sa, kayaknya gue turun di sini aja deh." Ucap Keyla.

"Kenapa? Bukannya klinik lo masih di depan?" Tanya Aksa melirik Keyla sekilas.

"Gue ada urusan di depan sebentar."

"Urusan apa?"

"Udah gue turun di sini aja." Seru Keyla. Tidak tertarik menjawab pertanyaan Aksa yang berubah jadi orang yang kepo.

Entah sejak kapan sahabatnya itu berubah jadi orang yang kepo.

"Tanggung Key kalau turun di sini. Mending sekalian aja deh di depan."

"Tapi gue ada urusan di sini sa." Protes Keyla. Menatap bangunan yang di lewati mobil Aksa begitu saja.

"Mending lo bersih-bersih dulu deh key. Keadaan lo gak memungkinkan buat nemuin orang. Nanti di kira lo cewek gak bener lagi."

Keyla mendengus. Melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah di tekuk. Terserahlah. Dia sedang tidak mood untuk berdebat dengan Aksa.

Sampai mereka hampir tiba di depan klinik Keyla. Mendadak mobil Aksa pun berhenti. Membuat Keyla menoleh ke arahnya dengan cepat.

"Kenapa?"

"Kayaknya di depan klinik lo rame deh key."

"Hah?"

Mengikuti arah pandang Aksa, kedua mata Keyla terbelalak begitu menemukan ada beberapa pria berpakaian rapi berdiri di depan kliniknya.

Tanpa membuang waktu, Keyla pun langsung turun dari mobil Aksa begitu saja diikuti Aksa di belakangnya. Mereka bahkan tidak memarkirkan mobil Aksa dengan benar. Membiarkan mobilnya terparkir di tepi jalan begitu saja.

"Yak, apa yang kalian lakukan?" Pekik Keyla. Menatap beberapa pria yang memasang plang di depan kliniknya dengan tulisan di sita.

Tanpa ragu Keyla pun langsung menarik plang yang hampir menempel di pintu kliniknya. Tapi tertahan begitu salah satu pria menahan lengan Keyla.

"Maaf nona, kami hanya menjalankan tugas kami. Jika anda keberatan dengan ini silahkan ajukan banding di pengadilan."

"Tapi, kalian tidak bisa melakukan ini pada klinik saya. Bahkan saya sedang mengurus semuanya."

"Sudah ada beberapa orang yang mengajukan tuntutan kepada pengadilan nona. Dan anda selalu mangkir di setiap panggilan pengadilan. Jadi, jika anda ingin mengajukan protes. Lebih baik anda mengatakannya di pengadilan."

"Tapi-- tapi--" Panik Keyla. Tidak bisa mengatakan apa pun lagi selain pasrah.

Bagaimana sekarang? Hidupnya benar-benar jadi berantakan karena masalah ini. Jika sampai sahabatnya yang lain tahu. Terutama Barra. Tamatlah riwayatnya.

Selesai memasang plang di kliniknya. Orang-orang yang tadi sempat mengelilingi Keyla pun bubar. Pergi meninggalkan Keyla begitu saja, membuat Keyla menghela nafas panjang dan berjongkok di depan klinik.

Kakinya terasa lemas sekarang. Jika kliniknya benar-benar ditutup. Karirnya akan benar-benar tamat.

"Lo gak papa key?"

Keyla melirik ke samping tubuhnya. Aksa berdiri dengan santainya. Jangan lupakan kedua tangannya yang terlipat di depan dadanya. Membuat Keyla merasa ingin mencekiknya.

Kemana saja dia tadi? Kenapa baru sekarang dia mendekat? Seharusnya tadi dia sebagai sahabat membantu Keyla kan? Setidaknya pengaruh Aksa pasti bisa membuat orang-orang itu takut.

Bangkit dari jongkoknya. Keyla menatap Aksa kesal. "Ya." Ketusnya. Melangkah menjauh dari Aksa.

Dengan gaya menyebalkannya. Aksa manggut-manggut. Yang semakin membuat Keyla gregetan sendiri.

"Lo ngapain sih masih di sini?" Kesal Keyla. Menatap Aksa dengan wajah judesnya.

"Gue kira lo butuh tumpangan ke apartemen. Mangkanya gue masih di sini."

"Mending lo pergi lah Sa. Gue eneg liat muka lo." Gumam Keyla. Membuat Aksa diam-diam mengulum senyum geli.

Dia bukan tidak peka dengan apa yang sahabatnya itu kesal kan. Jelas dia tahu. Sahabatnya itu pasti kesal karena tadi Aksa diam saja kan. Membiarkan dia kalah dari orang-orang tadi.

Merasa Aksa tidak menanggapi ucapan, Keyla pun menghentikan langkah kakinya. Menoleh ke arah Aksa yang kini juga tengah menatap ke arahnya.

"Kenapa?" Tanya Aksa. Memasang wajah sepolos mungkin.

Tanpa mengatakan apa pun, Keyla pun berbalik. Meneruskan langkah kakinya yang sempat tertunda. Mengabaikan wajah geli Aksa.

Sampai dia tiba di pinggir jalan, mengulurkan tangan untuk memanggil taksi. Tangan Aksa terulur, menahan sikunya untuk kembali mundur. Berdiri di samping Aksa.

"Lepas!"

"Gue punya penawaran menarik buat lo. Kalau lo tertarik. Gue yakin lo gak akan rugi. Gimana?"

"Gak. Gue sama sekali gak tertarik sama tawaran lo. Mending lo balik deh. Malas gue lama-lama deket lo."

"Gue serius key."

"Gue juga serius Sa." Sentak Keyla. Menepis kasar tangan Aksa yang menahan sikunya.

Aksa mengerjab. Terkejut dengan sikap kasar Keyla.

"Berhenti pura-pura baik sama gue. Gue sama sekali gak butuh sikap sok baik lo." Lanjut Keyla lagi.

"Bukannya lo yang minta gue buat gak ikut campur urusan lo. Kenapa waktu gue ikutin kemauan lo, lo jadi marah?" Sindir Aksa yang tidak tahan dengan sikap plin-plan Keyla.

Jelas Keyla marah padanya karena sikapnya barusan. Tapi bukankah Keyla yang memintanya untuk tidak ikut campur?

Keyla yang awalnya sudah melangkah menjauh dari Aksa pun menghentikan langkah kakinya. Tanganya terkepal erat.

Entah mengapa mendengar ucapan Aksa barusan membuat sebagian hatinya berdenyut nyeri.

Menghembuskan nafas pendek. Keyla bergumam lirih. "Seenggaknya tadi gue pikir lo mau bantu gue sedikit. Bujuk mereka atau seenggaknya yakinin mereka buat gak nutup klinik gue."

Menggigit ujung bibirnya kuat. Keyla menahan diri untuk tidak menangis. "Gue gak berharap uang lo Sa. Gue gak berharap lo keluarin banyak uang buat gue. Tapi--"

"Seenggaknya lo masih punya hati kan? Gue bahkan udah kasih tahu lo seberapa penting klinik itu buat gue. Gue udah gak punya apa pun selain klinik itu. Kalau klinik itu di tutup. Gue bisa apa sekarang?"

"Key--"

Mengusap kasar pipinya. Keyla menggeleng lemah. "Tapi lo benar. Gue yang minta dari awal buat lo gak ikut campur kan? Mending sekarang lo pergi dari sini. Biar gue yang urus masalah gue." Lanjut Keyla. Meneruskan langkah kakinya menjauh. Meninggalkan Aksa yang mematung di tempatnya. Menatap punggung Keyla yang menyebrang jalan. Meninggalkan dia berdiri mematung di tempatnya.

Ucapan Keyla terasa menamparnya. Tapi tadi dia pikir Keyla memintanya untuk tidak ikut campur. Jadi dia melakukan itu. Lalu kenapa dia salah lagi sih?

My Friend My Wife (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang