Bab 10 - Di luar ekspektasi

1.7K 165 1
                                    

Aksa membuka lebar-lebar pintu mobilnya membuat Keyla memegang erat sabuk pengamannya. Menggeleng begitu Aksa menatapnya menunggu.

"Ayo turun Key!"

Keyla menggeleng cepat. Kian erat memegang sabuk pengamannya.

"Kenapa? Bukankah lo setuju untuk bertemu opa?"

"Aksa, bisakah kita bertamu opa besok? Gue belum siap. Serius deh."

Aksa berdecak kuat. Menatap sahabatnya yang kini terlihat begitu ketakutan. Entah ke mana larinya Keyla sang pemberani tadi. Di depannya ini seolah bukan Keyla yang tadi sempat menolongnya. Yang memiliki suara kuat dengan tatapan mata tajam.

"Bukankah lo bilang lo ingin jadi orang kaya dalam sehari? Jadi ... Cepat turun atau gue akan seret!"

"Aksa," rengek Keyla. Menatap sahabatnya dengan tampang memelas. Demi tuhan dia belum siap jika harus bertemu dengan tuan agung Bhaskara. Karena terakhir kali Keyla bertemu denganya dulu. Itu adalah saat yang paling mencengangkan. Di mana opa Aksa begitu sinis juga tak bersahabat.

Dia bahkan menganggap para sahabat Aksa adalah orang-orang yang terlalu bebas dalam hal pergaulan. Sering menghambur-hamburkan uang juga membuang-buang waktu. Padahal kenyataannya tidak begitu. Lalu jika hari ini dia bertemu dengan pria tua itu? Apa yang akan tuan Bhaskara lakukan padanya? Terutama jika sampai pria tua itu tahu apa yang telah dia lakukan. Menggagalkan acara kencan buta cucunya? Good, Keyla pasti akan menjadi orang pertama yang mendapatkan sasaran empuk pria itu. Atau lebih parahnya, dia akan di lempar dengan kejam ke kandang harimau nya?

Memikirkan itu semua, membuat Keyla bergidik ngeri. 

"Kenapa? Jangan bilang sekarang lo berubah pikiran, Key?"

"Bisakah kita bertemu opa besok? Gue janji besok bakal datang ke sini? Ya-ya-ya?" Mohon Keyla memelas. Memasang tampang semenyedihkan mungkin. Berharap Aksa akan luluh. Oh ayolah, dia belum siap mati di kediaman Bhaskara saat ini. Apalagi dalam kondisi yang begitu menyedihkan seperti sekarang. Dengan hutang menumpuk di mana-mana.

Aksa menggeleng tegas. Tidak setuju dengan permintaan Keyla. Dia takut jika wanita di depannya itu akan berubah pikiran nanti. Jadi sebelum itu terjadi dia harus mempertemukan Keyla dengan opanya. Dan mengakui Keyla sebagai kekasihnya. Dengan begitu dia akan aman dari kencan buta atau pertanyaan seputar calon istri.

"Gak. Lebih baik lo turun Key, lo tahu kesabaran gue gak banyak kan?"

"Tapi--"

"Ingat. Lo ingin kaya dalam waktu sehari kan? Maka ini adalah kesempatan lo, Key."

"Dua hari juga gak papa deh Sa. Gue gak masalah kaya dalam waktu dua hari." Cicit Keyla tak mau kalah. Berharap Aksa akan luluh.

Aksa tergelak. Merasa lucu dengan apa yang mereka perdebatkan. Padahal hanya untuk bertemu opanya, tapi mereka harus melakukan drama seperti sekarang. Padahal opanya tidak semenyeram kan itu. Itu pun jika Keyla sudah mengenal opanya dengan baik. Yah, walau dia akui jika opanya memang susah dalam hal tersenyum dan berbasa-basi pada orang baru. Terutama pada orang yang tidak dia sukai. Tapi dia jamin, pasti berbeda kali ini. Karena opanya bahkan selalu mengharapkan dia untuk memperkenalkan calon istrinya atau kekasihnya.

Tanpa kata dia pun mengulurkan tangan. Berharap Keyla akan menyerah. 

"Ayo turun, gue janji gak akan terjadi apa pun sama lo."

"Tapi,"

"Kalau lo nanti udah gak nyaman. Kita bakal keluar. Gue janji."

Aksa adalah tipe pria yang menepati janjinya. Itulah yang Keyla tahu. Dan kali ini dia berharap begitu.

My Friend My Wife (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang