Bab 2 - Awal masalah

2.5K 192 0
                                    

Aksa menegak minumannya hanya dengan sekali tegak. Setelahnya, keningnya mengernyit samar begitu rasa tajam menyentuh lidahnya.

Tapi seakan tak peduli, dia pun kembali menegak minumannya. Mengulanginya berulang-ulang. Berharap dia bisa mengurangi rasa penat di kepalanya.

"Lo ada masalah?" Tanya Barra. Melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Aksa yang nampak kacau dari biasanya.

Bahkan kemeja yang dia gunakan sudah acak-acakan. Lengannya digulung asal, sedang bagian pinggangnya sudah keluar dari celananya. Tidak biasanya ndandanan sahabatnya yang satu ini berantakan. Karena biasanya dia itu begitu rapi dan juga bersih. Dan semua itu semakin menyakinkan dugaan Barra.

Aksa diam, kembali menegak minumannya. Sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Barra di sampingnya.

Tadi, setelah pulang dari rumah opanya. Dia langsung menghubungi Barra, memintanya datang ke bar tempat biasa nongkrong.

Duduk ditempat biasa dengan banyaknya minuman di depannya. Aska sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Barra. Juga tam tertarik untuk sekedar menjawab.

"Mau sampai kapan lo minum? Minum gak akan buat lo menyelesaikan masalah." Cibir Barra. Kesal karena Aksa terus mengabaikan pertanyaannya. Padahal dia sudah membuang-buang waktunya untuk datang. Tapi Aksa seakan tak peduli. Dia malah terus asik minum. Ckk,

"Sejak kapan lo sok bijak?" Balas Aksa mencibir. Menatap kesal Barra yang kini hanya mengangkat bahu acuh. Dia merasa semua mendadak sama, menjengkelkan.

"Terserah lo."

Aksa kembali menegak minumannya. Sampai terdengar langkah kaki mendekat, di susul duduk tepat di samping Barra. Berhasil menarik perhatian Aksa.

Keningnya mengeryit menemukan wajah Keyla tak kalah kusut dari dirinya. Sepertinya sahabatnya yang satu itu sama penatnya dengan dirinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Barra langsung. Menelisik raut wajah Keyla lebih seksama.

Keyla menggeleng. Menarik gelas di depan Barra. Menegaknya hanya sekali tegak. Tapi tak berapa lama dia pun mengernyit dengan wajah tersentak.

"Heh!" Tegur Barra. Berniat merebut gelas dari tangan Keyla. Tapi dengan cepat Keyla menjauhkan gelasnya.

Keyla mengernyit tidak suka. Rasa minuman yang baru saja dia tegak terasa aneh. Seumur hidup baru ini dia menegak minuman. Dan rasanya benar-benar tidak enak.

Tapi hanya beberapa saat, karena setelahnya. Keyla seperti merasa kurang. Hingga dia ingin lagi-lagi dan lagi. Ah, ini kah kenapa orang-orang itu suka minum? Karena merasakan kurang-kurang dan kurang?

"Kalian kenapa sih?" Kesal Barra.

"Sstt!" Ucap Keyla menyuruh Barra untuk diam. "Lagi!" Perintahnya mengulurkan gelas. Meminta Barra untuk mengisinya lagi.

"Kamu gak pernah minum key, jangan macem-macem deh." Tolak Barra. Menjauh kan botol minuman dari jangkauan Keyla.

"Malam ini pengecualian. Gue mau minum kayak kalian." Rengek Keyla.

"Lo lagi ada masalah?" Tanya Aksa. Berpindah duduk di samping Keyla yang menggeleng cepat.

"Gue pusing kerja. Pengen minum aja."

"Ckk, Lo gak pintar bohong key." Decak Aksa. Yang tahu bagaimana sifat sahabatnya yang satu ini.

Kedua mata keyla akan bergerak gelisah setiap kali dia berbohong.

Diam-diam, Barra memperhatikan interaksi antara Aksa dan juga Keyla. Dua sahabatnya itu sudah seperti saudara untuknya. Karena itu dia tahu apa yang saat ini mereka rasakan. Barra yakin jika kedua sahabatnya itu pasti sedang ada masalah. Mereka menyembunyikan sesuatu.

My Friend My Wife (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang