Tujuhbelas : Akhir?

646 95 1
                                    

[tw: pisau]

(Flashback lagi)

"Asahi?" Tanya mashiho menggenggam erat koper yg ia bawa.

"Dia masih di kamarnya.."

"Lukamu udh sembuh?" Mashiho sambil menunjuk perut bagian kiri yoshi.

Yoshi mengagguk sambil memegang perutnya. Ia mengangarkan mashiho sampai di tempat keberangkatan.

"Mashiho... apa kau benar-benar akan pergi?" Tanya yoshi sedikit bergumam.

Mashiho mengangguk.

"Ini yang terbaik yosh, aku yang buat masalah yang buat semua ini kacau, asahi yang gasalah apa-apa kena"

"Tapi bukan dengan pergi dari masalah mashi"

"Aku tau.. aku tau.. tp seenggaknya ngeredain masalah yang kacau ini, aku gabisa ngendaliin posesif junkyu"

Mereka saling menarik nafas panjang. Mashiho menatap koper dan juga pasport yang di tangannya. Saat panggilan pesawatnya terdengar ia beranjak dan bersiap.

"Jaga asahi yosh, pastikan asahi baik-baik aja"

"Mashi.."

-
-

"Apa tidak ada tempat lain?? Appa tolong tempatkan aku di tempat lain, jangan di daerah itu kumohon" pinta yoshi pada ponselnya.

"Tidak bisa yoshi, hanya ditempat itu yang membutuhkan skillmu, aku akan memberikan proteksi lebih padamu dan asahi"

"Bukan itu masalahnya..."

"Apa? Kau khawatirkan pada asahi karena tempat itu tempat kejadian perkelahian bersejarahmu dengan junkyu? Oh ayolah yoshi tolong kesampingkan ceritamu itu, itu sudah lama kejadiannya"

"Appa.." yoshi merasa kecewa dengan ayahnya.

Yaiyalah dia hampir mati disana. Bukannya yoshi juga memiliki trauma akan senjata tajam yang menusuk perutnya. Ya meski traumanya tak terlalu berat seperti asahi.

BRAK!

Yoshi menggebrak meja setelah mematikan sambungan telfon dari ayah angkatnya. Bisa-bisanya yoshi ditempatkan di daerah sekolahnya dulu. 2 tahun lalu kejadian perkelahian berdarah itu.

Tak sadar asahi sejak tadi menguping pembicaraan yoshi pada ponselnya. Tapi ia segera pergi ketika mendekngar yoshi beranjak dan menuju kamarnya.

Klek.

Asahi menengok mendapati yoshi berada di ambang pintu.

"Hyung.."

"Sa.. gak lagi sibuk?"

Asahi menduduki dirinya diatas kasur. Menatap yoshi yang sepertinya ingin bicara serius.

"Aku.. aku diberi tugas pada appa untuk bekerja di daerah xx"

"N..ne.." asahi seolah terkejut tempt tersebut adalah kawasan sekolah yoshi.

"Aku.. aku.. aku.."

"Hyung! Aku mau sekolah" asahi.

"Mwo?"

Memang sudah 2 tahun asahi hanya home schooling karena traumanya di waktu smp dulu. Ia benar-benar tak berani untuk sekolah.

Tapi kali ini melihat yoshi yang sangat mengkhawatirkan dirinya membuat hatinya sakit. Hyungnya ini sudah berjuang untuknya.

Asahi tau, kalau yoshi bekerja. Ia tak akan bisa menjaga asahi 24jam dalam sehari. Kemungkinan juga asahi akan sendirian dirumah yang membuat yoshi semakin khawatir.

Just Pain? (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang