RP Log 04 - Kenyataan

63 6 42
                                    

==============
    Rogue Colony
==============

Suara decit rem dan samar-samar keriuhan di luar, menarik Ducky dari lelapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara decit rem dan samar-samar keriuhan di luar, menarik Ducky dari lelapnya. Matanya tak bisa langsung terbuka, memicing silau oleh cahaya lampu yang tak terbiasa dialami selama seminggu terakhir. Butuh waktu baginya untuk benar-benar bangun.

Yang pertama terasa tentu saja nyeri di rusuk. Susah payah dia mengatur napas dan mengubah posisi duduk untuk tidak membebani cederanya.

"Hei, cepat turun!" seru kru AYX dari luar pintu. "Kau yang terakhir."

Ducky mengerjap lalu melihat sekeliling. Pemuda yang datang bersamanya sudah tak ada.

"Sial," rutuknya. "Kalau begini. Siapa yang bisa kusuruh untuk membawakan papan selancarku?"

Dibantu oleh kru AYX yang terlihat mulai tak sabar, dia menurunkan papan selancar gurun, dan beberapa ikat tempurung dan cangkang kaki laba-laba raksasa.

Semua ditumpangkan ke atas papan selancar gurun yang sudah dikeluarkan rodanya.

"Yang lain sudah berkumpul di Union Hall ... Bisa ke sana sendiri?"

Jengah dan jengkel karena tak terbiasa diurus orang lain, Ducky hanya menggumam tak jelas. Lalu melangkah pergi sambil menarik tali papannya.

Sudah lama sekali dia tak menginjak kaki di koloni itu. Suasananya tak banyak berubah.

Union Hall masih seramai dalam ingatannya, tetapi Ducky bisa segera menemukan J di tengah kerumunan, berkat burung kondor yang bertengger di kepalanya. Penanda arah yang sangat mencolok.

Namun langkahnya yang memang belum bisa terlalu cepat, melambat ketika sosok pemuda itu masuk jarak pandangnya. Ada dua orang yang terlihat seperti pendatang dari koloni pinggiran juga di dekatnya. Seorang gadis cilik dan seorang lelaki yang—langkah Ducky terhenti, dia tak bisa mempercayai penglihatannya.

"Kenapa ...." Dia mulai menggerutu. "Orang gantengnya nambah?!"

Pertanda buruk. Misi ini sudah pasti berakhir tak menyenangkan bila ada lebih dari satu manusia rupawan, laki-laki pula. Seketika itu juga Ducky memikirkan 101 cara untuk mangkir. Baginya menghilang di keramaian Rogue bukan hal yang sulit.

"Oh, yang lain sudah berkumpul," celetuk seorang kru AYX. Rupanya dia juga menuju arah yang sama.

Ducky tak bisa berkelit. Dongkol tapi tak punya pilihan lain, terpaksa dia mendatangi J. Setelah memastikan Ducky berkumpul dengan yang lain, barulah kru AYX itu pergi. 

Namun baru juga tiba, firasat buruknya jadi kenyataan. J menunduk pada gadis cilik di sebelah lelaki ganteng, lalu dia melihat bagaimana ekspresi gadis itu berubah begitu pemuda tampan itu menyebutnya sebagai adik si ganteng.

"Apa aku perlu mencari tempat berlindung?" gumamnya meratapi nasib.

Lelaki ganteng di sebelah gadis itu posturnya nyaris setara dirinya, hanya sedikit lebih besar. Wajar bila orang bisa salah mengira gadis yang tinggi kepalanya hanya mencapai ulu hati mereka sebagai adiknya, tetapi dari raut wajah saja seharusnya sudah terlihat bahwa mereka tidak bersaudara. Sekarang pertanyaan polos J langsung menimbulkan ketegangan di antara mereka.

KABURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang