RP Log 06 - Detak Waktu

23 5 11
                                    

============

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=========
===

Anyir dan hangus menyebar di udara. Sesekali terdengar rentetan tembakan ditengahi jeritan di sekitar Tri-Way Outer Circle. Orang-orang berdesakan berusaha memasuki Inner Circle, sementara dua jalan menuju distrik lain terbuka lebar.

Kendaraan AYX yang mereka tumpangi perlahan menyusuri jalanan Liberté, melewati kerumunan orang-orang yang berebut masuk inner circle, entah sebagai pengungsi atau pemberontak. Saat itu di mata Ducky mereka tak ada bedanya. Yang lebih mencemaskan adalah pasukan penjaga berpakaian tempur lengkap di sekitar barikade.

"Itu bukan perlengkapan anti huru-hara," gerutunya cemas. Tak yakin shotgun model lama di tangannya mampu menembus pelindung dengan sekali tembak.

Owen bicara soal rute memutar dan mereka harus turun lewat pintu belakang pada pengemudi. Ducky memperkirakan mereka harus melintas area pemukiman untuk mencapai tujuan. Dan benar saja, kendaraan dihentikan.

"Ducky, Raz. Kita harus turun di sini, ada banyak penjaga di depan. Kita akan memutar lewat pemukiman," ungkapnya sambil mempersiapkan pistol di saku, mengisyaratkan mereka agar turun perlahan dan hati-hati dari belakang kendaraan.

Ducky mengangguk lalu menarik tuas pintu kedua, perlahan membuka akses keluar. Tak perlu terlalu besar, cukup asalkan mereka dan barang bawaan bisa turun tanpa tersangkut.

Telapak kakinya menginjak permukaan padat dan mulus jalanan Liberté, tak ada debu kuning kecokelatan atau tanah kering. Sensasi yang aneh.

Dia melangkah, meninggalkan jejak tanah gurun kering di aspal hitam.

Beberapa kali langkahnya terhenti untuk memastikan para penjaga tak menemukan mereka ketika mengendap-endap menuju bangunan-bangunan rumah penduduk sipil.

Hidungnya agak mengernyit ketika jalan yang diinjak tak lagi hitam mulus. Bagaimana pemandangan di salah satu sudut area pemukiman, terlihat tak jauh berbeda dengan medan perang, bukannya dia tak mengerti. Namun tak bisa tidak dia merasa menyayangkan saat melihat kondisinya saat ini.

Dulu tempat itu salah satu yang terbersih dan paling rapi di Liberté.

Ducky melirik pada Owen, menduga-duga sejauh mana lelaki itu memperkirakan korban jiwa yang akan terjadi. Melihatnya berjingkat berusaha tidak menginjak sisa-sisa manusia masih belum jadi penilaian yang akurat.

"Kita ke arah rumah sakit atau langsung ke lab utama, Owen?"

"Prioritas pertama kita Lab Utama, ada banyak ilmuwan di dalamnya. Aku ... curiga mereka akan menjadikan salah satu dari dua bangunan itu untuk kuburan massal dengan memancing kita ke sana. Bagaimanapun juga, kita mesti berhati-hati," ucap Owen sepelan mungkin, matanya sempat melirik Raz dengan tatapan khawatir.

"Aku nanti akan berjaga di pintu belakang Lab sementara kalian mencari Tilia. Jika ada bahaya, gunakan ponselnya, oke?" ucap Owen yang menghela napas menilik bangunan Lab Utama di kejauhan.

KABURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang