Jurnal 06 - Yang Tersisa

33 6 31
                                    


[ .... ]

[Selamat datang di Jurnal Digital ZXC-0064, Kapten Drake.]
[Masukkan kode dan nama: ...]

[][][][][][] - Ducky,
Memperbarui Data

[Pembaruan data, diterima]
[Masukkan nama tempat: ...]

Direland, Koloni Rogue
[][] kilometer dari Bekas Liberté

[Data tempat tujuan baru, diterima]
[Masukkan tempat menyimpan: ...]

Jurnal 06

[Tempat menyimpan baru, diterima]
[Mulai menulis]

Kacau. Kacau. Kacau!

Sudah kuduga, tetapi ternyata situasi jauh lebih kacau dari yang kukira.

Si Kemayu sialan itu ... Seharusnya dia lebih banyak memberi informasi, tak sekadar menyuruh kami membebaskan ilmuwan! Kami nyaris tak tahu apa-apa tentang lapangan, hanya bisa melihat orang-orang mati tanpa arti.

[Menyimpan tulisan sementara]
[Lanjutkan menulis]

Tidak.

Aku yang salah.

Seharusnya aku lebih memercayai Raz dan yang lain. Memberitahu mereka SEMUA kemungkinan yang terpikir dan membicarakannya bersama-sama.

Aku tidak bisa percaya.

Sama seperti diriku yang mungkin bisa berbalik melawan mereka sewaktu-waktu, mereka pun bisa menjadi lawan dalam sekejap. Asumsi itu yang membuatku memilih untuk menyimpan informasi.

Itu juga yang membuatku tak bisa bertanya lebih banyak pada Owen.

Karena saat bertanya, selain mendapatkan informasi yang kuinginkan, mereka juga mendapatkan informasi dariku. Hanya dari apa yang kutanyakan saja sudah bisa membuka banyak hal.

Pada akhirnya ketidaktahuanku itu membunuh banyak orang.

[Menyimpan tulisan sementara]
[Lanjutkan menulis]

Kami berhasil menemukan tempat untuk istirahat yang cukup aman, tersembunyi dari jalan utama dan dekat dengan keran air. Untungnya, walau bangunan di sekelilingnya banyak yang sudah tak utuh, airnya masih mengalir.

Ilmuwan bertubuh macho yang dibawa oleh Jei terluka—sepertinya akibat tertembak peluru kalau dilihat dari bekas lukanya. Suster Tilia yang memeriksa dan merawatnya mengatakan seseorang sudah melakukan perawatan darurat sekadar untuk mengeluarkan peluru dan menghentikan pendarahan.

Ekspresi si Ilmuwan Macho ketika mendengar itu terlihat aneh, sulit dibaca. Kepalaku juga sedang terlalu pening untuk mencari tahu—mungkin karena lapar, jadi kuputuskan untuk memanaskan dendeng kepiting gurun saja. Tak banyak, tapi cukup untuk sekali makan jatah 5 orang.

Semua makan, termasuk si Ilmuwan Macho ... Wow! Baru kali ini ada orang Liberté menerima tawaran dendeng buatanku tanpa kelihatan jijik atau berjengit. Bahkan kru AYX saja menolak. Si Macho ini malah menanyakan resep membuatnya.

Dengan senang hati kuberikan, sebagai gantinya dia memberiku resep kaktus yang lebih lezat daripada sekadar dibakar dengan taburan garam. Kalau tak salah nama si Macho itu Silas. Melihat antusiasmenya pada resep, kukira dia peneliti kuliner. Belakangan aku baru tahu dia ilmuwan spesialis jamur.

Hal yang terasa berbeda, saat kami bercakap-cakap bocah Jei sama sekali tidak menyahut atau bertanya. Dia yang masih bisa mendobrak pintu kamar hanya untuk bertanya sebelumnya, hanya mengunyah dendeng dalam diam. Mengkhawatirkan.

KABURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang