Bab 2

470 19 0
                                    

handphone-nya dengan malas.

Bip!

"Hng? Ada apa Kaa-chan? Nelpon pagi-pagi begini, berisik tahu!" sungut Naruto kesal.

"NARUTO BANGUN! KAU MASIH TIDUR? KAU PIKIR INI JAM BERAPA HAA?!" suara cempreng dari telepon begitu keras membuat Naruto memberi jarak antara handphone dan telinganya.

Naruto menguap lebar sambil mengumpulkan seluruh kesadarannya. "Ini hari Sabtu Kaa-chan! Biarkan aku tidur lebih lama!"

"Iya Kaa-chan tau! Tapi hari ini kan berbeda!"

Naruto mengusap-usap perut dibalik kaos putih usangnya. "Beda apanya Kaa-chan?"

"BUKANKAH HARI INI KAU JANJI AKAN PULANG!"

Naruto kembali menjauhkan handphone dari telinganya. "Ah.. Maaf aku lupa Kaa-chan. Eheheheh."

"Dasar! Cepat pulang! Kaa-chan tunggu! Sudah lama kamu gak pulang! Kaa-chan kangen tahu!"

"Iya-iya.. sekarang aku siap-siap."

"Good! Yaudah Kaa-chan tutup ya! Hati-hati dijalan! Bye!"

"Iya bye."

Naruto menggeliat seraya bangkit dari pembaringannya kemudian membuka tirai jendela. Ternyata benar, diluar sudah siang. Naruto menengok handphone yang digenggamnya. 'Baru jam setengah 9.'

"Ohayou!"

"Ohayou." Sai yang tengah asyik membaca koran dibangku depan meja makan mengalihkan pandangannya. "Hm? Tumben pagi begini sudah rapi, biasanya belum bangun. Mau kemana Naruto?"

Naruto memang terlihat rapi, dia memakai celana jeans hitam pensil yang sedikit longgar sehingga terlihat sangat matching dengan kaos biru donker dibalik jaket baseball hijau toska-nya. Walaupun rambut pirangnya masih terlihat sedikit berantakan, tapi mau bagaimana lagi karena batas kerapihannya memang sampai sana, bau maskulin menguar dari tubuhnya.

"Gak usah heran gitu juga kali! Aku mau ke Uzushiogakure alias pulang kampung." Naruto mengambil mangkok kecil kemudian membuka rice cooker seraya mengisi mangkoknya dengan Nasi.

"Oh. Kirain kencan dengan pacar barumu." Sai kembali membaca korannya dengan santai.

"Kau melihat aku memboncengnya? Dia cantikkan?" tanya Naruto antusias seraya duduk di bangku kemudian menyumpit sosis dan lauk lainnya yang tergeletak di meja makan. "Itadakimasu!"

"Aku tak melihatnya, Omoi yang melihatmu." Sai melipat dan meletakkan koran yang selesai dibacanya di meja seraya menatap Naruto penuh selidik. "Apa kalian benar-benar jadian? Aku tak pernah dengar kau dekat dengan cewek. Bagaimana kau mendekatinya? Bagaimana ceritanya?"

Hap. Hap. Hap.

Nyam~ Nyem~

Gluk.

"Gochisousamadeshita." Naruto mengabiskan sarapannya secepat kilat. "Aku tak tahu pasti, tapi dia mendatangiku lalu menyatakan perasaannya padaku." Naruto berdiri seraya melangkah ke bak cuci piring kemudian meletakan mangkok dan sumpit bekas makannya. "Padahal sebelumnya aku tak pernah bicara padanya." Naruto kembali duduk di bangku seraya meneguk air putih.

Alis Sai sedikit terangkat. Heran. "Haa? Bagaimana dia bisa menyukaimu sementara kau tak pernah bicara padanya? Kau yakin dia tak mempermainkanmu? Dan.. kenapa kau menerimanya?"

"Mempermainkan apanya? Memangnya dia dapat apa kalau asal menembakku? Tentu saja karena dia menyukaiku! Selain itu juga, terkadang aku suka curi-curi pandang padanya. Hehehe.. makanya dengan senang hati aku menerimanya.." jelas Naruto senang dihiasi berbunga-bunga-imaginer yang beterbangan disekitarnya.

Naruto : I Love You So Much Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang