Bab 4

368 19 0
                                    

( _ ) _ _

" Itai !" pekik Naruto yang tengah di bangku panjang taman sambil menundukan kepalanya, sementara Ino berdiri didepannya sambil mengobati luka pukulan di belakang kepala Naruto. "Pelan-pelan donk Ino!" sungut Naruto sambil memanyunkan membaca.

"Ehehehe. Maaf." Ino tertawa kaku sambil melilitkan perban di kepala Naruto. "Yosh! Beres!"

Naruto menyentuh perban yang kepalanyai kepalanya sambila menengadahkan kepalanya. "Ini hanya luka kecil Ino.. mengapa kau membungkusnya seperti tentara yang terluka karena perang?! Kau terlalu banyak menonton drama Ino! Drama!"

"Berisik! Jangan banyak ngeluh!" Ino mengembungkan pipinya. Kesal.

Naruto tersenyum kecil melihat tingkah Ino. "Iya deh..sankyu sayang !"

Ino buang muka. "Ja-jangan ini!" Naruto tidak membalas ucapan ketus Ino, dia hanya membocorkan Ino dengan senyum lembutnya. Ino melipat tangan didadanya. "Lagian kenapa kamu berkelahi sih? Aku tidak suka berandalan!"

"Hmph! Aku juga gak suka berkelahi tahu!" sungut Naruto sambil memanyunkan membaca.

Ino berkacak pinggang didepan Naruto seperti ibu yang hendak menasehati anaknya. "Terus? Tadi apa kalau bukan berkelahi hah?!" tanya Ino sedikit meninggikan suaranya. Ino, sejak kapan kau berani pada Naruto?

"Aku hanya membela diri! Apa kau lebih suka aku tak melawan dan pasrah dikeoyok?" Naruto membocorkan Ino dengan pandangan berkilat. Tak mau kalah.

Ino pipinya yang tak gatal. "E-Eto.. kau benar juga sih.." Ino duduk di samping Naruto. "Tapi aku sering mendengar rumor buruk tentangmu Naruto-kun.."

"Hmm? Rumor apa?" Naruto membocorkan Ino penuh tanya.

"Katanya kau berandalan yang sangat menakutkan. Saat kelas satu, di hari pertama masuk.. kau menghabisi beberapa senpai sampai masuk rumah sakit dan kau pun di skor seminggu."

"Oh itu!" Naruto tertawa lepas seraya manatap Ino tersenyum penuh arti.

Ino membocorkan Naruto penuh harap. "I-Itu tidak benar kan?"

"Sepertinya itu benar." Naruto menjawab enteng.

Ino keringat. "Kenapa?" Ino kembali kaku menghadapi Naruto. "Ke-Kenapa kau memukuli mereka?"

Naruto diam saja mencoba mengingat-ingat kejadian tersebut. "Saat itu aku dan Gaara pergi ke sekolah bersama. Kami dicegat oleh senpai tersebut dan dipalak. Aku dan Gaara menolak memberikan uangku dan berakhir perkelahian."

"Terus?"

"Tentu saja kami menang! Dan berakhir dalam skor seminggu oleh sekolah. Hahahaha." Naruto tertawa mengingat kejadian tersebut sementara Ino tersenyum hanya kaku. "Ternyata yang kami kalahkan itu adalah boss geng anak kelas 3, makanya aku dan Gaara disegani sekaligus dimusuhi oleh semacam anak geng.. mulai dari para senpai, teman seangkatan sampai anak sekolah lain. Tak heran jika ada yang menyerangku seperti tadi."

'Cih! Berandalan tetep aja berandalan!' batin Ino mengumpat. "Lalu saat pertama masuk setelah di skor, dia memecahkan vas guru dan hendak menyerangnya dengan vas tersebut."

"Haa?! Untuk apa aku melakukan itu? Dulu itu aku hanya dipanggil guru karena baru pertama masuk. Yah.. semacam pengarahan.. dan aku tak sengaja menyenggol vas bunga tersebut lalu membersihkannya." sangkal Naruto.

"Ohh." Ino mengangguk-angguk mengerti.

"Yos!" Naruto bangkit dari duduknya seraya merogoh saku-mengambil kunci motornya.

Puk! Puk!

Naruto slap-nepuk kepala Ino membuat Ino merasa ada kupu-kupu terbang tak menentu didalam perutnya. "Ayo pulang!"

Naruto : I Love You So Much Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang