Jaemin sibuk mengoleskan berbagai macam skin care rutinnya setiap sebelum tidur. Kalau tidak memakai skin care, entah kenapa Jaemin tidak bisa tidur nyenyak.
Tadi pas skin care-ran, Jaemin sampai di tatap asat sama Jeno. Mungkin Jeno merasa aneh soalnya punya dia cuma beberapa biji. Tidak seperti dia, banyak.
Jeno yang melihat Jaemin selesai dari kegiatannya, yang kini sibuk menggulung lengan piyama yang dia kenakan karena kebesaran, membuat tangannya hilang tertelan. Ini, Jaemin lupa sama bajunya. Dia cuma ingat skin care tadi. Jaemin menggunakan piyama milik Jeno ngomong-ngomong. Tapi baju untuk besok Jaemin sudah pesan, sih. Dia juga besokkan pergi ke kantor untuk pertama kalinya setelah dia bangun dari koma.
"Jaemin, kemari."
Jaemin melirik Jeno yang duduk sandaran di atas kasur, matanya tidak teralih dari benda pipih yang Jaemin yakini sekarang pun calon suaminya itu masih kerja. Harusnya kalau sudah di rumah jangan menyentuh pekerjaan!
Jaemin naik ke atas ranjang, merebahkan tubuhnya lalu menarik selimut menutupi sampai dadanya. Sebelum matanya terpejam, Jaemin dikagetkan ketika tubuhnya tertarik ke samping, setelahnya pipi Jaemin bersandar anggun di dada bidang Jeno. Jaemin yang masih dalam mode syok, cuma ngedip-ngedip bingung.
"Tidur."
Jeno menepuk-nepuk pundak Jaemin pelan, membuat kantuk Jaemin datang menghampiri. Jaemin melingkarkan lengannya di pinggang Jeno sebelum benar-benar jatuh ke alam mimpi.
^_________^
Paginya Jaemin membuka mata langsung disambut dengan manusia yang memiliki perut seperti papan cucian. Perutnya bahkan kalah dari bentuk milik orang itu.
"Bangun lah. Katanya mau pergi ke kantor pagi ini."
Iya, orang itu tidak lain dan tidak buka ya Jeno.
"Ah, iya. Aku hampir lupa."
Jaemin melesat masuk ke kamar mandi dengan santai. Jaemin sudah menganggap kalau ini juga kamar mandinya. Ketika masuk dalam kamar mandi, Jaemin baru mengingat posisi tidurnya semalam.
"Gila! Dia memeluk aku! Apa dia sebegitu sukanya padaku?!" Jantung Jaemin langsung berdetak kencang, "sepertinya aku juga menyukai dia. Rasanya nyaman, hehehe ...."
Setelah selesai siap-siap, mereka berdua turun ke bawah. Melakukan rutinitas pagi sebelum memulai aktifitas yaitu sarapan.
Akhirnya yang Jaemin tunggu-tunggu tiba. Dia berdiri di depan perusahaan induk milik keluarga Nakamoto. Kedatangan Jaemin pagi ini membuat semua karyawan gelabakan. Bagaimana tidak, dia tidak memberi tahu kalau dia akan kembali lagi sebagai direktur setelah kabarnya terbaring koma.
Belum lama Jaemin berkutat dengan berkas-berkas dihadapannya, pintu ruangannya terbuka secara kasar, lalu setelahnya terdengar suara pintu di kunci disertai ocehan seorang lelaki yang Jaemin tidak mengenal suaranya.
Karena Jaemin duduk membelakangi pintu masuk, jadilah lelaki itu lanjut mengoceh karena tidak ada tanggapan.
"Jangan pura-pura tuli, Xiuhuan! Mana uang yang kau janjikan padaku? Kau bilang kau akan mentransfer tiap bulan, ini sudah bulan ketiga kau tidak mentransfer uang itu." Dia mengoceh dengan suara keras. "Dengar ya, kau tidak akan bisa duduk di kursi itu tanpa bantuanku."
Sret
Jaemin memutar kursinya menghadap ke depan.
Orang yang mengoceh tadi langsung terdiam. "Kau siapa?" Tanyanya.
"Kau yang siapa? Masuk kantor orang berteriak tidak jelas."
"Apa yang kau lakukan pada Xiuhuan?! Kau pasti menyembunyikannya, kan?!" Tuduhannya telak.
"Woaw .... Tuduhan apa ini?"
"Jangan pura-pura tidak tahu."
"Hahaha ...." Jaemin tertawa geli melihat ekspresi marah lawan bicaranya, "kau ini bagaimana, bukannya tadi kau bilang kau membantu Xiuhuan duduk di kursi yang aku duduki sekarang, masa kau tidak mengenal aku?"
Wajahnya memucat, secara tidak langsung dia mengungkapkan kalau dia salah satu pelaku yang membuat orang hampir merenggang nyawa.
Jaemin mendengar gedoran pintu di luar, dia langsung membukanya menggunakan akses dari komputernya.
Brak
Pintu terbuka memperlihatkan petugas keamanan serta sekretarisnya yang langsung masuk ke dalam ruangan.
"Maaf, Pak, kami lalai hingga dia bisa masuk ke ruangan Bapak." Ucap salah satu petugas keamanan.
"Tidak apa-apa, tidak masalah." Jaemin menanggapi santai. Iya, sebelum Jaemin melihat ada lebam kemerahan di wajah sekretarisnya.
Jaemin berdiri dari duduknya berjalan cepat ke depan membuat beberapa orang di sana memejamkan matanya takut.
Bugh
Pukulan kencang mendarat di rahang lelaki tadi.
"Aku tidak suka ada yang melukai karyawan ku." Jaemin menatap tajam lelaki yang mengerang kesakitan. "Antar dia ke orang yang sudah menunggu di bawah. Dan kamu, segera obati memar di wajah mu itu."
"Baik, Pak. Kami permisi. Sekalian lagi maaf atas kelalaian kami." Jaemin mengangguk sebagai tanggapan.
"Harusnya dua anjing penjilat itu merasa kalau aku, sang majikan baru sangat mudah membuang peliharaan yang merugikan."
^_________^
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakamoto Jaemin
Fanfiction(Tahap Revisi) "Anjing penjilat diantara orang-orang berhati bak malaikat." -- Jaemin. Fokus momen setiap pasangan akan berada di chapter 'Menantu Jung'.