09-JenJaem🍃

2.5K 287 2
                                    

"Giginya tidak tajam hingga tidak mampu mengoyak sang majikan. Apakah peliharaan lemah dan tidak tahu diri seperti itu patut untuk dilenyapkan?" Bisik Jaemin tepat ditelinga Xiuhuan sebelum dia turun dari mobil dan mengikuti langkah kedua orangtuanya yang berjalan lebih dulu memasuki sebuah restoran tempat pertemuan dengan keluarga Jung.

"Bagaimana ini, Ma?" Xiuhuan tidak mungkin tidak panik sekarang. Jeno pasti menyangkal apa yang dia katakan nanti.

"Di dalam sana kau harus tetap akting seolah kalian saling mencintai. Mama sudah ada rencana. Bukan untuk sekarang, tapi nanti. Mama yakin setelahnya Jeno tidak akan bisa membela dirinya dihadapan keluarganya sendiri. Dan jangan dengarkan apa yang dia katakan soal kita."

"Jaemin menganggap kita seperti hewan peliharaannya, Ma, bagaimana aku tutup telinga?!"

"Kalau kau tersinggung, dia pasti merasa senang. Jangan bodoh."

"Menyusahkan saja. Kenapa tidak langsung bunuh saja."

"Kau pikir mudah? Kecelakaan kemarin termasuk keberuntungan kita. Sudah, jangan banyak mengeluh, nanti mereka curiga."

Xiuhuan ogah-ogahan masuk ke dalam restoran. Malas sekali melihat wajah Jaemin.

Baru saja ibu dan anak itu datang hingga duduk, gerak-gerik mereka berdua tidak lepas dari pandangan keluarga Jung. Berbagai macam pandangan terlontar ke arah mereka, ada yang flat, malas, penuh selidik dan ada juga yang menatap sinis. Yang menatap sinis tidak lain siapa lagi yang sudah tahu watak keduanya kalau bukan Renjun.

"Bagaimana kalau kita bicarakan sekarang selagi menunggu makanan?" Yuta angkat bicara.

"Kalau kami ikut saja." Jawab Jaehyun.

"Jeno bagaimana?" Yuta menanyai Jeno.

"Kalau bertanya soal hubungan, selama ini aku tidak merasa memiliki hubungan dengan siapapun."

"Jeno, kamu bilang kamu mau jujur hari ini soal hubungan kita, kenapa kamu malah bicara begitu?" Xiuhuan menatap Jeno sedih, "apa kamu memang sudah memiliki perasaan lebih kepada kakak ku? Tapi kalau memang benar begitu maka aku akan coba mengerti. Kamu jangan khawatir."

"Kalian membicarakan apa sih?" Jaemin menatap Jeno dan Xiuhuan tidak mengerti.

"Xiuhuan, kuperingatkan untuk pertama dan terakhir, jangan main-main dengan keluarga kami." Mark menatap Xiuhuan lekat. Dia tidak suka dengan drama semacam ini.

Gluk!

Dengan susah payah Xiuhuan menelan ludahnya. Mata itu, kenapa seakan mencekik lehernya.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dibicarakan oleh putra mu itu Yuxuan, tolong sadarkan dia. Putraku Jeno sudah mengakui kalau dia tidak ada hubungan dengan putramu."

"Aku tidak bisa memaksa untuk menyadarkan kalau misal itu memang kenyataannya, Taeyong."

"Jadi secara tidak langsung kamu meragukan putraku?"

"Tidak, tidak sama sekali. Untuk kebenarannya hanya mereka berdua yang tahu. Kita tidak tahu isi hati dan pikiran manusia kalau bukan dia sendiri."

"Ya, kita memang tidak tahu isi pikiran dan hati seseorang, Nyonya Yuxuan. Maka dari itu, jangan bebal. Sebebal kamu melanggar aturan dalam pengobatanku." Renjun menatap Yuxuan dengan senyuman manisnya. Dan perkataan itu membuat Yuxuan terdiam.

"Putraku sudah mengatakan dia tidak punya hubungan dengan putra kedua mu, Yuta. Maka dari itu, aku menganggap masalah ini selesai. Untuk seterusnya aku tidak mau ada yang mengganggu rencangan perjodohan Jeno dan Jaemin." Ucap Jaehyun final.

"Wah~ makanan kita sudah datang~" mata Haechan berbinar-binar melihat hidangan menggiurkan di depan matanya. Tidak memperdulikan suasana yang sedikit terasa canggung.

"Selesai makan kita langsung membicarakan soal pertunangan ya, Win~" Seru Taeyong senang.

Mau tidak mau Winwin mengangguk walaupun dia sendiri merasa bimbang. Winwin melirik Xiuhuan yang terlihat kurang bersemangat, lalu melirik Jaemin yang terlihat tidak ada masalah apa pun, Membingungkan.

Tak

"Jeno, makan lah ini." Xiuhuan meletakkan sepotong ayam ke dalam piring Jeno.

Semeja makan langsung melihat kearahnya.

"Sayang sekali adik ipar ku tidak suka ayam pedas." Haechan memindahkan ke piringnya.

"Cukup sepotong, kamu tidak boleh makan pedas terlalu banyak."

"Iya, Kak Mark."

"Bagus. Adik bayi mau makan apa?"

"Em, cumi itu." Tunjuk Haechan ke piring yang terletak tepat di depan Xiuhuan.

"Tolong, istri dan anakku ingin itu." Mark melihat Xiuhuan.

"Bagaimana?"

"Tadi kamu bisa memberikan Jeno ayam ke dalam piringnya, ya lakukan hal sama seperti itu." Renjun yang duduk disamping Xiuhuan menatap Xiuhuan aneh, masa begitu saja bertanya.

"Ah, iya." Dengan kikuk Xiuhuan menyendokkan ke piring Haechan.

"Terima kasih, Xiuhuan."

"Sama-sama."

"Jeno aaaaa~" Jaemin menyodorkan sendoknya bermaksud menyuapi Jeno. Jeno yang mengerti langsung membuka mulutnya menerima suapan Jaemin.

"Suka?"

"Ya, suka. Kamu juga makan yang banyak."

"Tidak, nanti aku jadi gemuk."

"Makan banyak bukan berarti tidak pakai aturan, Na. Makan secukupnya. Bukan seperti makanan di piring mu yang sedikit itu." Tangan Jeno bergerak mengambil beberapa menu untuk mengisi piring Jaemin.

"Sudah cukup segini dulu, Jen."

"Habiskan."

"Iya ...."

Sret

"Makanlah, kerang ini enak."

Xiuhuan yang tadinya memperhatikan interaksi Jeno dan Jaemin seketika menunduk, sudah ada kerang di dalam piringnya. Dan pelakunya siapa lagi kalau bukan Renjun.

"Terima kasih."

"Tidak masalah."

"Sayang, bawa obat alergiku tidak?" Tanya Guanlin tiba-tiba.

"Ada kok di tas."

"Aku makan kepiting boleh?"

"Boleh, asal secukupnya."

"Tentu. Mau juga?"

Renjun ngangguk, "hum."

"Nah makanlah. Kamu sama Jaemin harus makan yang banyak biar berisi seperti kakak ipar." Ucap Guanlin. Entah itu memuji atau malah sindiran.

Haechan yang mendengar namanya disebut langsung noleh, "jangan! Aku terlalu gemuk. Lihat lemak dimana-mana." Tunjuk Haechan ke lengan, pipi, dan perutnya.

"Orang hamil wajar seperti itu, sebelum hamil tubuh kakak ipar ideal. Nanti juga kembali seperti semula. Jangan sedih."

"Adik ipar yang terbaik." Haechan mengacungkan jempolnya kepada Guanlin.

^_________^

"Aku pribadi setuju kalau di hotel. Tunangan biar dihadiri oleh keluarga saja, pernikahan baru kita mengundang banyak orang."

"Kalau kamu mau begitu ya kami sebagai orang tua cuma mengikuti saja. Soalnya ini acara kalian, kalian punya hak penuh."

"Tidak masalah kan, Jen?"

"Senyaman kamu saja, Na. Aku ikut pilihan kamu."

"Tapi bagaimana dengan adik?" Jaemin melirik Xiuhuan yang dari tadi diam saja.

"Aku kenapa, Kak?"

"Kurasa Xiuhuan tahu batasan, iyakan?" Guanlin melihat Xiuhuan meminta persetujuan.

"I-iya."

 
^_________^

Nakamoto JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang