Setelah penolakan dan sedikit tidak dihiraukan dalam pertemuan tadi siang, bukan berarti membuat niat Xiuhuan langsung padam. Malam ini mereka sekeluarga kembali berkumpul dalam satu atap rumah. Iya, dia dan ibunya berada di kediaman Nakamoto sekarang. Berkat ayahnya yang berhasil membujuk Jaemin. Memang orang baik tidak boleh disia-siakan.
"Ayah tidak perlu pikirkan soal aku." Suara Xiuhuan memecah keheningan waktu makan malam.
"Kita bahas nanti. Sekarang fokus makan dulu."
"Tapi Ayah terlihat tidak berselera makan karena memikirkan masalah ini, aku tidak suka Ayah seperti itu."
"Setiap orang tua pasti memikirkan soal anaknya, tidak ada yang salah dalam hal itu."
"Karena itu aku bilang kepada Ayah untuk berhenti memikirkan masalah ini."
Ctak!
Suara sendok beradu dengan meja makan yang terbuat dari kaca menghasilkan bunyi nyaring dalam ruangan besar itu.
"Apa kamu tidak dengar ayah bilang untuk fokus makan, Xiuhuan? Apa telingamu tidak lagi berfungsi dengan baik?" Jaemin menatap Xiuhuan datar.
"Xiuhuan kamu diam lah. Benar kata kakakmu itu."
Cari muka heh! Malas sekali Jaemin melihat dua orang ini.
"Aku hanya tidak ingin ayah banyak pikir—"
"Diamlah." Jaemin memotong omongan Xiuhuan.
Xiuhuan menghela napas lelah, "kenapa Kakak sebegitu tidak suka sama aku sekarang? Kalau ini karena Jeno, aku sudah bilang akan merelakan Jeno jika Kakak memang menginginkan Jeno, aku—"
"Sejak kapan kamu punya hubungan dengan Jeno?" Tanya Jaemin menantang.
"Kakak tidak tahu saja—"
"Kamu pikir aku bodoh?"
"Jaemin, Xiuhuan, berhenti mendebatkan masalah itu." Lerai Winwin.
"Tidak bisa. Dia yang mulai duluan, Bu." Jaemin tidak mau kalah pokoknya. Hatinya sudah terlanjur menggebu-gebu.
"Lalu apa yang harus aku lakukan agar Kakak percaya padaku?"
"Berhentilah mengatakan sesuatu yang tidak nyata, Xiuhuan. Sekali lagi kamu berkata soal kamu merelakan Jeno demi kebahagiaanku, tanganku ini tidak akan segan membuat wajah kebanggaanmu menjadi kotor."
Coba kulihat apa kau seberani itu, Jaemin. Xiuhuan melayangkan tatapan menantang yang berhasil membuat Jaemin menggeram kesal.
"Terserah Kakak mau percaya atau tidak, yang penting aku sudah mengatakan yang sebenarnya."
Srak
Bruk!
Dengan tidak elitnya potongan ikan pedas berhasil mendarat tepat di wajah Xiuhuan.
Semua yang ada dalam ruang makan tercengang melihat kejadian yang tak terduga ini.
"Aaaaa perih!"
"Jangan usap matamu, cuci muka dulu!" Winwin panik menarik Xiuhuan ke wastafel.
"Jaemin, apa yang kamu lakukan? Apa pernah Ayah mengajari kamu bersikap seperti barusan?" Demi apa pun Yuta kaget atas sikap putranya.
"Ayah mengatakan padaku 'jika ada yang berlaku jahat padamu, maka balas pula dengan kejahatan.' terus apa salahnya sekarang?"
Yuta menatap Jaemin tidak mengerti. "Kejahatan apa?" Tanyanya.
"Aku tahu kamu tidak menyukai kami berdua Jaemin, tapi tolong jangan berlaku seperti itu kepada putraku." Yuxuan berkata dengan sedih.
"Lalu apa yang harus aku lakukan agar putramu itu diam? Atau kamu mau aku mendorongnya ketengah jalan raya agar dia tertabrak kendaraan lalu, BOOM! Mati."
Yuta memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri. Apa yang terjadi dengan putranya ini, kenapa tindakan dan kata-katanya begitu mengerikan?
"Lihat, sudah aku katakan ada yang tidak beres dengan Jaemin, kamu tidak percaya denganku." Yuxuan mencerca Yuta.
"Bisa kalian diam sebentar? Aku pusing dengan tingkah kalian." Yuta berdiri kemudian pergi begitu saja meninggalkan ruang makan yang tidak lagi kondusif.
"Mau kemana kamu Yuta—"
"Etss ...." Jaemin menahan Yuxuan yang ingin mengejar sang ayah, "peliharaan harus patuh kepada tuannya."
"Kau, akan ku pastikan kau menyesal, Jaemin." Yuxuan menatap Jaemin sinis.
"Huhuhu .... Takut~" Jaemin membalas tatapan Yuxuan dengan senyum manisnya.
"Xuan, tolong ambilkan sabun wajah!" Winwin sedikit berteriak karena jarak mereka agak jauh.
"Ck!" Yuxuan berdecak kesal.
Sret!
"Akh!"
Jaemin menjambak rambut Yuxuan kencang, "jangan berdecak kepada ibukku."
"Xuan!"
Jaemin langsung melepas jambakkannya ketika sang ibu menoleh.
"Iya sebentar!" Balas Yuxuan setengah berteriak.
"Mereka berdua ini kurang semangat berdebat denganku. Respon ayah sama ibu juga terlalu biasa untuk membuat suasana memanas, hah ...." Padahal Jaemin mengharap perdebatan sengit tadinya.
^_________^
Sejam setelah kejadian tadi, keluarga Nakamoto kedatangan tamu yang rupanya sumber terjadinya keributan tadi.
Di sini, di dalam ruang kerja Yuta, ada Jeno serta Xiuhuan yang duduk terdiam membuat Yuta menerka-nerka apa yang akan terjadi lagi sekarang.
Jeno menatap calon mertuanya itu sebentar sebelum membuka suara. "Ayah, sebelum aku mengikat Jaemin sebagai istriku dalam waktu dekat, aku ingin meluruskan masalah yang tengah terjadi sekarang. Aku tidak mengerti sama sekali dengan pengakuan putra kedua Ayah, hubungan apa yang dia maksud?"
Yuta melirik Xiuhuan yang terdiam lengkap dengan ekspresi tegang diwajahnya.
"Tolong Ayah peringati dia untuk tidak menganggu lagi. Jika aku yang memperingati bukan lagi dengan kata-kata. Jadi aku serahkan kepada Ayah untuk memperingati dia."
^_________^
"Jujur kepada Ayah sekarang." Setelah Jeno pamit pulang, Yuta langsung mengsidang Xiuhuan.
"Aku tidak berbohong. Ayah harus percaya padaku." Dan Xiuhuan tetap pada pendiriannya.
"Ayah tidak tahu mau berkata apa, Jeno jelas menolak keras soal hubungan kalian."
"Jeno seperti itu karena dia sudah tertarik kepada kakak, Ayah."
"Serius, Xiuhuan."
"Aku sangat sangat sangat serius."
Baru kali ini Yuta benar-benar merasakan apa yang namanya frustasi. Kalau bumi bisa diinjak mungkin sudah Yuta injak sampai hancur lebur.
"Kalau Jaemin atau Jeno melakukan sesuatu, Ayah tidak akan ikut campur." Yuta berkata dengan tidak ada semangat. Dia lelah.
"Lho? Tidak bisa begitu dong, Ayah!"
^_________^
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakamoto Jaemin
Fanfiction(Tahap Revisi) "Anjing penjilat diantara orang-orang berhati bak malaikat." -- Jaemin. Fokus momen setiap pasangan akan berada di chapter 'Menantu Jung'.