Menantu Jung {3}

2.4K 246 19
                                    

Renjun yang malam itu tengah bertolak dari dapur dan ingin kembali ke kamar, dengan segelas air hangat ditangannya, tidak sengaja berpapasan dengan mertuanya yang terlihat dengan pakaian yang rapi.

"Daddy dari mana?"

"Daddy baru pulang menemani Echan. Kenapa belum tidur? Ini sudah larut." Tanya Jaehyun. Ya walaupun menantunya ini sudah mengenakan piyama dengan gambar kudanil gendut kesayangan. Tapi matanya masih nampak segar. Tumben.

"Sudah ini tidur kok, Dad."

"Ya sudah, sana kembali ke kamar." Sebelum berlalu Jaehyun mengusak sebentar rambut sang menantu yang baru saja tadi sore berganti warna silver.

"Iya, Dad."

Membiarkan mertuanya itu pergi, setelah tidak terlihat dipandangan, barulah Renjun beranjak dari sana.

Ceklek

Renjun masuk ke dalam kamar. Meletakkan gelasnya di atas narkas. Renjun beranjak mendekati suaminya yang tengah mengeringkan rambut. Guanlin baru selesai mandi setelah kegiatan rutin mereka.

Setelah beberapa kali percobaan Renjun tidak merasakan lagi efek dari alergi itu. Setelahnya pasangan suami istri ini melakukan pemeriksaan kembali dan dinyatakan telah sembuh. Dengan catatan, aktivitas seks tetap pada jadwalnya agar alergi tidak kambuh kembali.

"Alin, ayo pulang."

Guanlin menoleh, melihat istrinya yang kini memasang raut wajah tengah menahan tangis. Ada apa?

"Ini sudah larut. Tidak bisa besok pagi?"

Renjun menggeleng, "aku maunya sekarang."

"Kenapa tiba-tiba?"

"Aku tidak mau di sini, Alin."

"Dengar, daddy sama mommy pasti sudah tidur. Tidak sopan kalau kita langsung pulang begitu saja."

Guanlin mencoba bernegosiasi. Namun respon yang dia dapat malah lelehan air mata dan pandangan yang sulit diartikan terpancar jelas dari kedua mata yang sudah berlinang air mata itu.

"Sayang, ada apa hm?"

"Pokoknya aku mau pulang. Aku tidak mau disini. Ayo, Alin." Renjun menarik lengan Guanlin untuk segera pergi.

Guanlin menghela nafasnya jengah. Dari kedua saudaranya, Guanlin dominan mewarisi ego tinggi sang daddy. Dan manner, Guanlin sangat menjunjung hal itu.

"Selagi tidak ada alasan pasti, kau tidak akan bisa melangkahkan kaki keluar dari rumah ini." Nada suara Guanlin begitu dingin ditelinga Renjun. Dan tatapan mata itu seakan menusuk hingga membuat tubuh Renjun gemetar.

"Kamu tidak akan tahu rasanya tidak disukai oleh mertuamu sendiri." Gumam Renjun disela tangisannya. Tubuh itu merosot ke lantai begitu saja. Hatinya begitu kecewa kala suaminya sendiri nyatanya tidak mengerti dirinya.

"Berhenti menangis. Perkataan tanpa dasar itu tidak pantas kau ucapkan."

Walau berkata seperti itu, rasa perduli terhadap pasangan tidaklah menyurut. Guanlin membawa istrinya berpindah ke tempat tidur. Pelukan hangat menerpa tubuh Renjun.

Hingga pagi menerpa mata Renjun masih setia terbuka. Pikirannya penuh segala kemungkinan yang membuat hati semakin merasa tidak baik.

^_________^

Pagi ini keributan hanya berasal dari Taeyong dan Haechan yang memenuhi ruang makan yang luas itu. Hal biasa, topik tak putus bahkan sampai nyerempet hal untuk bergosip.

Guanlin memperhatikan keterdiaman istrinya. Topik semalam, siapa? Mommy atau daddy?

"Oh ya, seafood semalam rasanya enak sekali, Mom. Daddy sampai menambah beberapa piring."

Nakamoto JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang