Tepat setelah acara pernikahan selesai, pasangan pengantin baru ini langsung terbang ke Maldives untuk berbulan madu. Selama dua Minggu di sana mereka akan tinggal di villa milik Jeno.
Selama perjalanan Jaemin tidur dan bangun cuma untuk mengisi perut atau buang air. Sampai sore hari di villa tidak sama sekali membuat Jaemin kelelahan.
Selesai membersihkan diri, Jaemin goleran di kasur sambil menunggu Jeno mandi, Jaemin sibuk bertukar chat dengan duo menantu Jung yang ribut sekali memanasi dirinya untuk segera mencoba sesuatu hal dewasa. Memang mulut dan pikiran orang yang sudah menikah tidak Jaemin ragukan lagi.
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka. Jaemin melirik Jeno yang keluar dari sana sudah lengkap menggunakan pakaian. Tinggal mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Tidak berniat membantu, Jaemin masih rebahan. Lagian dia sama Jeno kan belum terlalu akrab, jadi canggung kalau tiba-tiba menawarkan bantuan, sudah seperti orang pacaran saja.
Mereka kan tidak pacaran.
"Apa kamu lapar?" Tanya Jeno disela ia mengeringkan rambut
"Tidak tahu. Sepertinya belum."
"Ayo turun."
Jaemin berdiri lalu berjalan mengikuti Jeno dari belakang. Mata Jaemin awas menatap punggung Jeno.
"Jen"
"Hm?"
"Apa sekarang kita pacaran?"
"Kita sudah menikah."
"Pacarannya?"
Jeno berhenti berjalan begitupun Jaemin. Jeno berbalik badan menatap Jaemin yang juga menatap dirinya. Kenapa istrinya ini bertanya soal pacaran terus?
"Ya sudah ayo kita pacaran juga."
"Semudah itu?"
"Mau tidak?"
"Mau lah!"
Setelahnya Jeno berbalik kemudian berjalan kembali. Jaemin yang melihat itu berlari-lari kecil menyamakan langkahnya dengan Jeno.
"Jen, aku boleh pegang tangan tidak?"
"Boleh peluk tidak?"
"Sekarang aku boleh cium tidak?"
"Jeno ak--AAAA!"
Sret
Sekilas Jeno menarik Jaemin berdiri didepannya tak lupa kedua lengan Jeno melingkar di pinggang Jaemin.
Cup
Mengecup sekilas pelipis Jaemin yang mana membuat Jaemin semakin kehilangan kata-kata. Ini terlalu mendadak. Otak Jaemin bahkan sedang memproses apa yang tengah terjadi sekarang.
"Karena kita sudah pacaran dan menikah sekarang, jadi apa pun bisa kita lakukan. Dan kamu tidak perlu izin jika ingin menyentuh aku Jaemin. Aku suamimu, jiwa dan ragaku sudah menjadi hak dirimu."
Deg... Deg... Deg...
Jantung Jaemin rasanya ribut sekali. Mendengar penuturan dari ehem suaminya itu kenapa memberikan efek seperti ini kepada jantungnya? Sudah seperti orang jatuh cinta saja.
"Apa kamu mendengarkan?"
"Y-ya ...."
"Bagus. Ayo jalan."
"Tapi ..., tapi ini bagaimana?"
"Memangnya kenapa?"
"Jalannya susah kalau kamu peluk aku begini. Lepas dulu."
"Jalan, sayang."
Seketika tubuh Jaemin melemas. Sayang katanya? Sayang?!
Demi apa Jeno?!
Sret
Jaemin melepas paksa pelukan Jeno, setelahnya berlari seribu langkah dari jangkauan Jeno. Kesehatan jantungnya dipertaruhkan. Jaemin tidak mau serangan jantung tiba-tiba.
Jeno yang ditinggalkan cuma terkekeh pelan. Istrinya lucu.
^_________^
"Ternyata sudah disiapkan. Sebanyak ini?"
Jaemin segera duduk di kursinya seraya menatap makanan yang berjejer di depannya. Tak lama Jeno sampai, kemudian menarik kursi di samping Jaemin.
"Kenapa diam saja? Ayo makan biar bisa istirahat."
"Kenapa banyak sekali? Apa akan ada tamu?"
"Kita sedang berbulan madu, mana mungkin aku menerima tamu."
"Benar juga." Jaemin ngangguk-ngangguk.
Beberapa saat mereka berdua fokus makan. Jaemin yang selesai duluan kini sibuk memperhatikan Jeno yang masih makan. Dalam pikiran Jaemin, kok bisa dia tiba-tiba saja sudah ganti status menjadi istri orang? Pengalaman dan persiapan saja belum ada. Sungguh gegabah.
Tapi, melihat Xiuhuan tidak pada rencananya membuat hati Jaemin begitu senang. Pulang bulan madu dirasa hewan peliharaan itu perlu mendapat kunjungan dari sang tuan.
"Apa kamu ingin memakan sesuatu lagi?"
Jaemin menoleh, oh suaminya itu sudah selesai juga.
"Aku sudah sangat kenyang."
"Kalau begitu segera lah istirahat"
"Nanti, aku keliling dulu."
"Segera ke kamar kalau sudah puas."
Beberapa menit berlalu Jaemin masih mengelilingi villa yang tidak bisa dikatakan kecil ini. Sekali lagi jika liburan Jaemin mau ke villa yang minimalis saja. Kan cuma berdua, bukan sekeluarga besar, untuk apa juga villa harus panjang kali lebar.
Puas berkeliling disertai gerutuan akhirnya Jaemin bertolak kembali ke kamar.
Ceklek
Kepala Jaemin menyembul dari balik pintu. Saat itu juga mata Jaemin memicing tajam. Apa maksudnya MacBook itu terbuka di atas meja?!
"Apa yang kamu lakukan?" Jaemin berdiri di depan Jeno sembari melipat kedua tangannya di dadanya.
"Memeriksa laporan yang dikirim sekretaris--"
"Kamu belum cuti?" Jaemin langsung memotong ucapan Jeno
"Lusa aku baru bisa mengajukan cuti."
"Jen, yang benar saja, kita sedang bulan madu di sini, dan kamu malah masih mengurusi pekerjaan kamu. Benar-benar, hah!" Jaemin menghela napas kasar.
"Tunggu sebentar. Sebentar saja." Jeno menarik lengan Jaemin membawanya duduk disampingnya.
"Ayo kita pulang saja." Balas Jaemin final. Kemudian berjalan ke arah koper dan memasukkan kembali barang-barang yang sudah dikeluarkan tadi.
Click
Tap
"Tidak. Aku tidak akan menyentuh pekerjaan lagi. Aku janji."
Jaemin memicingkan matanya masih dengan tatapan kesal.
"Apa yang ingin kamu lakukan? Beritahu aku."
"Pertanyaan macam apa itu? YAK! JUNG JENO MENGESALKAN!"
Ternyata begini rasanya diteriaki sama istri. Pantas saja kakak dan adiknya itu kalang kabut. Sepertinya Jeno perlu berguru dengan sang ayah.
^_________^
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakamoto Jaemin
Fanfiction(Tahap Revisi) "Anjing penjilat diantara orang-orang berhati bak malaikat." -- Jaemin. Fokus momen setiap pasangan akan berada di chapter 'Menantu Jung'.