34.2 kemungkinan terburuk

987 179 34
                                    

Keesokan harinya, di tempat yang berbeda, ada Jaemin yang berjalan menuju gedung latihan drama dengan langkah yang diseret-seret. Suasana hatinya masih belum bisa dibilang membaik setelah yang terjadi kemarin-kemarin. Tapi itu tidak bisa jadi alasan untuknya menelantarkan tugasnya sebagai PJ pentas drama. Liburan semester ini sudah diadakan lebih awal dikhususkan untuk persiapan Olympia yang lebih matang, jadi Jaemin sama sekali tidak punya muka kalau sampai pentas yang dia ketuai ini harus gagal lantaran dia lepas tanggung jawab.

Tapi yang membuat Jaemin makin merasa terganggu adalah karena Renjun, teman sekamarnya sekaligus teman sesama prefek itu yang tiba-tiba saja hari ini minta untuk dibolehkan mengekorinya ke tempat latihan.

"Kenapa sih? Kamu tidak suka sekali aku temani ya?" tembak Renjun saat dia dengar Jaemin meloloskan desahan napas berat. Jaemin memang dari awal tidak terlalu menyetujui Renjun ikut. "Jangan pelit-pelit ah! Aku sudah diusir dari Turangga. Saat liburan panjang seperti ini, aku jadi tidak ada kerjaan selain mengecek persiapan yang lain! Persiapan acaramu juga salah satunya. Dramanya tentang apa? Macbeth kan ya?"

"Bukannya pelit ... tapi aku juga tidak pernah tuh diberi lihat persiapan anak Turangga?" Jaemin membalikkan tuduhan. "Karena katamu, kalau mau lihat ya berarti tunggu saja di Olympia. Kalau begitu, harusnya kamu juga terima jadi saja pentas dramanya nanti."

"Lalu, itu jadi salahku? Bukan aku juga yang ingin tiba-tiba jadi tidak bisa ikut Turangga, Jaemin!" Renjun menarik lengan Jaemin supaya langkahnya dipercepat. Kalau terus dibiarkan Jaemin dengan seret-seretan kakinya, mungkin mereka baru akan sampai di aula nanti siang. "Lagipula, aku juga penasaran soal yang namanya Hendery itu. Aku pernah dengar namanya, tapi aku tidak tahu yang mana orangnya. Nanti beri tunjuk ya?"

Oh, jangan bahas dia. Jaemin makin ingin pulang saja kalau Renjun minta ikut hanya untuk itu. Bagaimanapun, kalau membahas Hendery kan berarti itu juga bersinggungan dengan penyebab utama jeleknya suasana hati Jaemin hari ini. "Iya, aku kasih tahu nanti. Tapi janji ya? Jangan sampai kamu bahas-bahas soal aku putus dengan kak Mark di depan dia. Bisa makin rumit nanti."

Renjun mengiyakan seraya tangannya membuka pintu dari ruangan yang mereka tuju. Bahkan dari luar pun terdengar ramai orang yang berkumpul untuk latihan atau pun sekadar mengobrol. Tapi pada saat pintu dibuka dan semua orang di dalam ruangan bisa melihat siapa yang masuk, keramaian yang sebelumnya ada itu seolah tidak pernah terjadi. Itu membuat Renjun mengernyit, "... Jaemin, kamu bilang kamu lumayan disukai oleh teman-teman dramamu," katanya. "Tapi kenapa mereka langsung diam pas kamu masuk? Kamu selama ini melatih mereka dengan kejam ya? Sampai-sampai mereka tidak menyukaimu sebegitunya."

Jaemin menggelengkan kepala. Renjun ini tidak sadar diri atau bagaimana? Jelas-jelas semuanya menghening karena mereka lihat Renjun yang masuk pertama. Renjun yang itu! Hera yang itu! Ketua prefek Yunani yang itu! Prefek yang disegani murid Yunani, dan juga tidak disukai murid Romawi.

Tapi harusnya itu sudah jadi cerita lama. Renjun yang selama ini terlibat aktif dalam latihan berkuda sekarang sudah punya nama yang nadanya lebih merdu didengar di telinga murid Romawi, terlebih-lebihnya murid Yunani. Tapi ya, pastilah itu hanya berlaku di kalangan murid yang ikut mempersiapkan tunggang serasi. Murid pentas drama? Mereka hanya mengenal Renjun yang ternyata bisa punya suara keras juga waktu itu saat memaparkan hasil rapat. Sampai-sampai dia bisa juga mengimbangi suara Jupiter, Lee Jeno, di sana.

"Jaemin, menurutmu kak Mars akan datang ke sini atau tidak?" Renjun bertanya lagi sebelum Jaemin bergabung dengan anak pentas drama yang lain.

Huft. Tadi Hendery. Sekarang Mars. Apa Renjun ini ada niatan untuk mengabsen semua orang? "Aku rasa tidak. Pasti dia masih marah karena yang kemarin itu, soal telfonku," jawabnya. "... gara-gara aku bilang putus ... hiks. Dia pasti marah ...."

Akademi Onct ¦¦ Noren, Markmin, SungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang