O8. jumat yang mengganggu

5.7K 954 142
                                    

Pagi itu, Haechan bangun dengan satu pikiran dalam kepala.

Jumat.

Hari ini adalah hari Jumat. Hari di mana dia akan berpindah ke asrama Romawi.

Hm? Pindah ke asrama Romawi? Maksudnya?

Oh, kalian tentu tidak lupa kalau Haechan adalah penghuni kedua asrama kan? Dan juga soal dia tiap pekan akan berpindah jurusan dan asrama? Ya, ya. Itu penting, jadi tolong diingat.

Masih dengan mata yang inginnya tertutup rapat, Haechan mulai duduk di kasurnya yang di tingkat atas. Dia mulai terbiasa tidur di atas dan untuk selalu hati-hati agar tidak membenturkan kepalanya di pagi hari. Iya, dia sudah sangat terbiasa walaupun baru seminggu dia di sana. Dan memikirkan kalau malam nanti dia sudah berada di kamar lain lagi, entah kenapa... Haechan merasa aneh.

"Hehe." Dia tertawa, entah pada apa. Dia usak matanya yang lengket, lalu mulai mengedarkan pandangan. Dia lihat di seberang bawah, Renjun sudah berkutat dengan buku agendanya.

Renjun tadi sempat mendengar suara tawa dari atas, dan dia juga jadi menyadari kalau Haechan memerhatikannya. "Kenapa ketawa...? Seram, tahu," katanya sambil meringis. Dia sempat mengira itu suara gaib.

"Tidak apa-apa. Biar bangun," jawab Haechan -yang lebih terdengar seperti cengengesan. "Bangun pagi harus semangat! Jadi ketawa dulu!"

Renjun tidak terlalu menggubrisnya. Dia sudah hafal bagaimana Haechan tiap pagi. Dia pasti akan ribut-ribut sendiri, tapi entah kenapa pagi ini dia merasa butuh untuk bertanya. Apa karena baru kali ini dia mendengar Haechan memilih tertawa sebagai ajang ribut paginya? Entah.

"Nanti malam kamu pindah ke sebelah kan?" Renjun membuka pembicaraan walaupun matanya masih melihat-lihat buku kecilnya. "Butuh bantuan berkemas?"

"Tidak, tidak usah! Kepala sekolah sudah menyiapkan semuanya di sana," jawabnya seraya mengusahakan diri untuk turun tanpa membangunkan Jaemin yang masih tidur di kasur bawah. "Jadi kira-kira, barang-barangku ada duplikatnya. Katanya biar aku tidak kesusahan harus pindah tiap pekan."

Renjun mengernyit. Kepala sekolah? Beliau bisa sebaik itu?

Haechan langsung berjalan ke kamar mandi untuk menyelesaikan segala urusannya di sana. Dia tidak menyadari alis Renjun yang mengerut, lantaran memikirkan apa yang kira-kira membuat kepala sekolah bisa se-chummy itu pada Haechan si murid baru yang biasa-biasa saja.

Biasa? Tidak juga sih. Dia kan murid kedua jurusan. Mana bisa dibilang biasa.

"Dia mencurigakan."

Renjun mendengar suara itu dari tepat di atasnya. Dari kasur Chenle. "Apanya?"

"Semuanya. Tingkahnya itu sama sekali bukan tingkah anak baru."

Renjun kemudian mengingat saat Haechan pertama datang. Dia benar-benar tidak tahu apapun soal sekolah mereka ini. "Tapi dia benar-benar anak baru."

"Kalau begitu, dia anak baru versi aneh! Katanya dia masuk ke sini tanpa tahu apa-apa, tapi kalau diperhatikan lagi, dia seperti yang sudah berada di sini paling lama!"

Subjektif. Satu kata itu yang ada di dalam kepala Renjun saat ini. Kenapa? Karena Chenle pun kemarin sudah mengatakan soal itu pada Renjun, tapi begitu Renjun memintanya menjelaskan dasar-dasar tuduhannya, Chenle tidak bisa menjawab. Dengan tidak bisa menjawabnya Chenle, itu sudah cukup untuk Renjun mendiamkan apapun yang dikatakannya.

Dan lagi, kalaupun memang Haechan sebenarnya bukan anak baru yang seperti biasa, kerugian macam apa yang akan dibawanya? Renjun tidak merasa akan ada pengaruh buruk dari itu.

Akademi Onct ¦¦ Noren, Markmin, SungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang