⌫ǂǁ Kaset 24 ǁǂ⌦

21 2 0
                                    

˖˚ ˙˖ Kakinya beralas sepatu kets putih yang basah berlari riang di jalan setapak itu, cplash cplash cplash air hujan menyimprat setiap langkah kaki itu. Izana memperlambat langkahnya dan berhenti. Mimik wajah menenangkan, medongak menatap langit itu. Seakan terlukis wajah seseorang di langit itu, izana menarik sudut bibirnya seakan insan itu didepannya sama saat ia menyatakan perasaannya pada [name]

Sore ini rindou pulang, dengan seragam yang dingin, sempat kena hujan tadi. Mengintip ke dalam kediaman haitani tidak mendapati seorang pun. Klo kak ran pasti lagi kerja, klo ayah haitani gak tau, coba cari kemana pun ga bakal ketemu seakan hilang ditelan bumi

Rindou meletak tasnya diatas meja belajarnya. Tak sengaja menoleh gitar yang tersandar di samping meja. Di gitar coklat polos itu tertempel stiker, angsa, [name] yang tempel hehe. Menoleh kediding hijau polos itu. Tertempel lukisan pada kertas kecil yang dikasi [name]. Gambar laut biru dan bangau kertas di atasnya mengapung indah. Satu lagi boneka dolpin, terletak rapih di atas meja kecil dekat kasurnya. [Name] bener bener berjuang buat dapetin tu boneka

Cleck, pintu utama di buka. Rindou cuma ngintip nongolin kepada doang. Kak ran pulang, masi dengan seragamnya meminggul tas dan menjinjing kantong

"Kak raann" sapa rindou, manik ran menyapu seisi rumahnya

"Ayah ga ada?"

"Nggak kak, tadi aku pulang udah ga ada"

Ran duduk melepas sepatunya "Kamu baru pulang" rindou berdehem, ran bangkit mengarah ke dapur "gua masak dulu-"

"Kak-" ran menoleh, rindou menghampiri "biar rin aja yang masak"

Ran mengerjap dan kembali meletak belanjaannya "Haha, bisa emang"

"Bisa lah yang simple doang" ran diam tampak ragu "udah kak ran istirahat aja, biar rin" ran senyum tipis, mengusak kasar surai rin jadi berantakan

Rindou siap dengan celemek, ia mengeluarkan bahan bahan yang di beli ran tadi. Dan mulai mengolah sambil senandung kecil. Rindou selalu taratur pada pola hidupnya, mau makan, tidur, waktu, ia hampir jarang sakit dan terakhir beberapa minggu lalu demam kecil doang

Ntahlah, tubuhnya mendadak aneh. Sesak, punggungnya rasa dihimpit hingga sesak namun nafasnya masi teratur. Rindou cuma cuek dan lanjut memasak














〖What do you think the happy ending is like? 〗













"Kak ran, makan yok!" Ran sigap meninggalkan buku buku ternganga berserakan di meja ruang utama

Ran antusias menatap makanan yang disediakan sj bungsu "Beneran bisa masak ya, belajar dari mana" ran menarik kursi dan duduk

"Rin perhatiin kan ran, jadi bisalah" ran mulai menyuap makanan, dan mengangguk. Rindou terkekeh "enak?"

"Eum, bagus" Mereka lanjut berbincang sambil nikmatin makanan rindou, rindou yang ceritain masa masa sekolahnya dan ran menanggapi. Turut senang, tenang, ran tak tau harus apa jika terjadi apa apa pada rindou semenjak ia dibully selama beberapa bulan. Rindou benar benar berubah semenjak pembullyan itu, lebih lagi pelaku pembully hanya di beri skors dan ditegur biasa yang tentu tak sebanding dengan yang mereka lakukan pada rindou

"Kak ran tau hal apa lagi yang aneh dari [name]?" Yup rindou gibahin [name], hehe sifat random dari [name] memang tak terduga

"Haha, eum apa?" Tanya ran dengan sisa gelaknya

"Masa dia nekat nyusulin mamanya ketempat neneknya yang jelas jelas jarak sekitar 3,8 km, dan lagi jalan kaki (bisa sekitar 40menitan)"

"EHh, serius??, nekat banget"

Autophile [Rindou × Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang