9

2.4K 230 6
                                    

Happy reading!!

Saat ini Taeyong sudah di pulangkan, dia sekarang berada di kamarnya dengan Mark yang berada di gendongannya.

"Kenapa kau tidak rewel selayaknya bayi biasa?" Taeyong bingung kenapa anaknya tidak menangis ataupun rewel seperti bayi yang lainnya, jika dia terbangun Mark hanya bergerak sedikit tanpa menangis, lalu setelahnya jika dia haus dia akan menangis tapi setelah Taeyong ataupun Jaehyun yang terbangung Mark akan diam, "aku melahirkan bayi manusia kan?"

"Tentu saja, kau bercinta dengan manusia jadi Mark juga manusia, bedanya mungkin dia akan menjadi pembunuh." Celetuk Jaehyun, dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang berada di tangannya.

Jaehyun mendekati Taeyong dan Mark, dia berniat mengusap pipi putranya tapi tangannya dia tahan oleh Taeyong "kenapa?" Bingungnya.

"Kau belum mengeringkan rambutmu, aku tidak mau tetesan airnya mengenai Mark."

"Oh oke." Jaehyun langsung mengusap rambutnya menggunakan handuk yang ia pegang tadi.

Taeyong menatapnya, perut kotak-kotak suaminya membuatnya iri, perut dirinya sangat ramping hingga menyamai perut seorang wanita.

"Kenapa menatapku?"

"Tidak."

"Kau terpesona dengan perutku kan?" Jaehyun menaik turunkan alisnya, melihat pipi Taeyong yang memerah malu terlihat sangat lucu baginya.

"Tidak." Sangkalnya.

"Benarkah?" Jaehyun menuntun tangan Taeyong yang bebas dari menggendong Mark untuk ke perutnya, dia membuat tangan Taeyong seolah meraba perutnya itu, "bagaimana? Kau masih menyangkalnya?" Lanjutnya.

Taeyong menelan ludah nya gugup, saat kulit perut Jaehyun tersentuh olehnya membuat darahnya mengalir dengan cepat dan membuatnya sedikit hangat. Jujur saja, terakhir kali mereka berhubungan badan saat tau dirinya sedang hamil, Jaehyun tidak mau melakukannya dan dia menahan selama itu hingga saat ini "kau tidak ingin melakukannya?" Lirih nya.

"Tidak, lukamu belum kering total, aku hanya takut itu terbuka kembali, kau kan tau sendiri jika aku melakukannya tidak hanya pada satu tempat tapi di berbagai tempat." Tolak nya.

"Oke."

Jaehyun tersenyum kecil, dia tau Taeyong menginginkannya dan dia juga menginginkan Taeyong, tapi bagaimana lagi, dia takut jika bekas operasi Taeyong terbuka kembali.

Jaehyun mendongakkan kepala Taeyong agar menatapnya, tangan kanannya menutup mata Mark.

Mereka saling menatap, menyelami mata masing-masing, hanya kerinduan yang tergambarkan dalam pancaran mata mereka.

"Aku merindukanmu."

"Aku juga." Lirih Taeyong.

Jaehyun mendekatkan wajahnya pada Taeyong, dia mengecup bibirnya lalu melumat nya secara perlahan dan dalam.

Taeyong melenguh tanpa sadar saat lidah Jaehyun meringsek lebih masuk ke dalam mulutnya. Jaehyuh bermain dengan langit-langit mulut Taeyong.

"Eeumpph~aakkh."

Jaehyung menggigit bibir Taeyong pelan, dia terus memperdalam lumatannya. Bibir Taeyong selalu manis hingga menjadi candu nya, apapun itu jika dia di hadapkan dengan bibir Taeyong, Jaehyun akan selalu memilih bibir Taeyong. Lima menit kemudian lumatan itu terlepas saat Jaehyun merasakan jambakan kencang di rambutnya.

"Aaaaa aduh sakit, siapa yang menjambak ku?" Tangan Jaehyun merambat ke arah rambutnya yang di jambak, setelahnya dia mengerutkan keningnya saat dia memegang sebuah tangan kecil, Jaehyun menatap ke bawah dimana anaknya yang sudah menatap dirinya dengan menukikkan kedua alisnya, "Mark? Hey lepas nak, walaupun kau kecil jambakanmu terasa sakit di rambut daddy, aduh jangan di kencangkan lagi yak! Jung Taeyong tolong bantu suami mu ini melepas tangan Mark." Ucap Jaehyun, dia sesekali meringis saat tangan Mark lebih mengencang pada rambutnya.

Taeyong hanya tertawa melihatnya tanpa membantu, cukup terhibur karena anaknya yang telah menjambak rambut Jaehyun.

"Jung Taeyong, kenapa hanya diam? Jika aku menarik tangan Mark aku takut tangannya patah." Jaehyun terus berusaha untuk melepas jambakan putranya itu, sangat susah karena Mark terlalu kuat menggenggam rambutnya, "entah aku harus bersyukur karena saat bayi kau sudah kuat atau ini sebuah kesialan? Hey aku ini daddy mu, kenapa memperlakukanku seperti musuh. Mark sayang, lepas ya."

Taeyong terkikik geli, dia membantu Jaehyun untuk melepaskan tangan Mark dari rambutnya "sudah Jae."

Jaehyun berdiri dari acara membungkuk nya, dia menatap tajam putranya dan berkacak pinggang "beraninya kau menjambak rambut daddy, jika tidak ada daddy kau tidak akan hadir." Kesalnya.

Mark menghiraukan nya, tentu saja karena dia bayi. Walaupun dia mengerti apa yang di ucapkan daddynya, tetap saja berbicara itu melelahkan apalagi dengan bentuknya yang masih bayi. Mark menggerakkan kedua tangannya dan kakinya secara random.

"Kau mengacuhkan daddy?"

Mark tiba-tiba terdiam, dia balik membalas tatapan daddynya dengan tatapan tajamnya, sangat terlihat dengan jelas guratan kesal di dahinya.

'Aku ingin bicara hiss'

"Jaehyun.. Dia tidak bisa bicara."

"Taeyong Taeyong, kau harus percaya padaku." Jaehyun menekuk kakinya dan memegang tangan kiri Taeyong, "waktu itu dia membalas ucapanku, walaupun bukan dengan ucapan tapi ekspresi wajahnya sangat pas, lihat tadi saja dia menatap tajam diriku." Jaehyun berusaha meyakinkan Taeyong agar percaya padanya.

"Kau mengada-ngada Jae. Mark masih bayi, dia tidak akan mengerti ucapanmu, mungkin itu hanya suatu kebetulan saja." Sanggah nya.

"Tapi Taeyong kebetulan hanya sekali saja, tapi ini berkali-kali."

Taeyong menggelengkan kepalanya "kau butuh minum, pergilah minum. aku tau kau ada pertemuan dengan Tuan Sean untuk berbicara tentang kasino di bagian barat, maaf memberatkanmu seharusnya itu pekerjaanku bukan dirimu."

Jaehyun berdiri dari bersimpuh nya "sejak awal dirimu menjadi istriku, tanggung jawabmu menjadi tanggung jawab ku juga, lagipula kelompok kita sudah lama bersatu." Jaehyun mengusap rambut Taeyong, dia berbalik badan berniat untuk pergi.

"Hati-hati Jae. Tuan Sean licik, dia orang yang selalu ingin menghancurkanku saat berada di Sisilia, memfitnah ku pada negara agar aku tidak di ijinkan kembali melakukan operasi bawah tanahku." Peringat Taeyong.

"Dan aku yakin dia gagal melakukannya bukan?" Jaehyun kembali mengahadap Taeyong, "karena aku tau, istriku lebih licik darinya."

"Kau benar, saat dia melakukan serangan dengan cara memfitnahku aku sudah terlebih dahulu untuk mengatakan pada para petinggi Sisilia untuk tidak percaya dengannya, dan terbukti apa yang dia katakan tidak di percayai karena mereka lebih percaya diriku bukan orang baru."

"Aku mengerti, jika dia melakukan hal gila aku akan menembak dadanya hingga mati."

"Aku tau."

Jaehyun kembali melanjutkan untuk pergi ke luar, dia akan bertemu di sebuah bar 'attabar', bar terkenal dengan kemegahan dan pelayanan yang baik.

Taeyong menatap kepergian Jaehyun lalu setelahnya dia menatap ke arah Mark di gendongannya yang sedang menatapnya "kau benar Mark? Kau benar reinkarnasi putra ku dulu? Apa mimpi itu benar? Ah kau gila Taeyong, mana mungkin sekarang masih ada tentang reinkarnasi."

Mark tersenyum lebar setelah mendengar ucapan mommynya itu, dia ingin tumbuh cepat dan berbicara agar tidak hanya diam saja.

Tujuh bulan selesaiin tiga cerita itu bukan perkara mudah, selama itu masih gak ada kesulitan, tapi akhirnya saya ada di tahap gak bisa berpikir cerita selanjutnya. No, saya gak akan gantungin kalian tapi saya benar-benar hiatus, mau balikin pikiran saya biar fresh.

~bersambung...

Vote and coment

See you

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang