ini menyiksa ku.

22 22 10
                                    

Setelah kepergian gavin dari kediamannya, ia memilih masuk ke rumah mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, tapi tak di sangka niat ingin beristirahat dia malah melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Ralat lebih tepat adalah ayahnya yang sedang memarahi ibunya, senja tau pasti masalahnya tak jauh dari masalah sepeleh tapi di besar-besarkan oleh ayahnya.

"JAWAB!" bentakan itu ia layangkan untuk isterinya. Tak ada jawaban dan lagi-lagi pria baya tersebut kembali mengata-ngatai isterinya itu. Saat itu ia sudah setengah mabuk, yah ayah ku memang seorang pemabuk.

"Anda lebih pilih membela tetangga sialan itu daripada saya? Suami anda? Cuih" ia meludah ke samping.

Terlihat ibuku yang tak berdaya menghadapi ayahku, tangannya yang bergetar, serta muka yang sudah pucat pasi itu berkata dengan lirih.

"Aku, nggak mau ada keributan antara kita sama mereka lagi yah, udah cukup selama setahun lebih kita musuhan sama mereka hikss hikss" ucap ibuku.

"Oh kau lebih sayang kepada mereka? Yang sudah mencuri sebagian tanah milik kita itu, ia?" tanyanya penuh penekanan.

Lagi dan lagi ibuku, bersabar memberi pengertian kepadanya Walau ia tau itu tak akan berhasil.

"Bukan gitu yah, maksud ibu itu. Biarin aja mereka perlakuin kita kayak gitu, nanti juga dapat karmanya". Sambil bergetar ibu berkata.

"Halah anj*ng, manusia seperti mereka pantasnya mati!".

Setelahnya ayahku mulai mengambil belati dan pergi menuju ke rumah yang telah mengambil sebelah tanah keluargaku itu.

Aku dan ibu sama-sama panik saat melihat ayah membawa barang tersebut, ibuku langsung histeris saat melihat ayahku, ia mencoba mencegat tapi tak berhasil.

Entah kenapa saat mendengar ayah ingin membunuh mereka, aku jadi teringat dulu ayah juga mengancam akan membunuhku, jika aku tidak mengikuti segala kemauannya.

Apa yang terjadi dengan diriku? Kenapa serangan panik ini muncul kembali! Aku berusaha berlari ke kamar menuju obat yang biasanya ku minum. Yah memang beberapa waktu lalu obat itu di resepkan untuk aku meminumnya. Aku mendapatkannya dan segera meminumnya!

"Hah, hah, sial! Kenapa juga aku berhenti mengonsumsi obat ini. Aku tau aku tak bisa hidup jika tak ada obat ini" masih dengan nafas yang tersengal-sengal dan jantung masih berpacu aku berkata.

Yah obat itu sama seperti obang penghilang depresi ralat, maksdunya obat penenang dan obat itu tidak boleh di berhentikan oleh penggunanya walau, ia sudah merasa baikan dan tak mengalami gejala panik itu. Jujur saja saat gejala itu muncul aku tak bisa apa-apa yang di benakku selalu terlintas kata mati, dan mati!, Itu menyikasku! Bagi sebagian orang menganggap gejala ini wajar dan tidak berbahaya. Yah tak berbahaya! Bagi mereka yang tak pernah merasakannya.

Setelah beberapa menit akhirnya gejala itu hilang, tapi aku mulai gelisah memikirkan perdebatan ayah dan ibuku tadi, semakin di ingat semakin gejala panik itu mncul kembali. Aku tak tau harus apa dan bagaimana ah sial sekali kamu senja!

_______

Saat ini gavin berniat berkunjung ke kediaman senja, sekalian mengantarkannya ke kampus.

Saat di jalan gavin terlihat gugup, padahal saat iya mengantar senja pulang waktu itu ia sama sekali tak merasakan kegugupan.

"Sh!t, kok gue jadi gugup gini ya" gumamnya.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan, sekarang ini ia berdiri di depan rumah senja. Senyumnya mengembang kalah melihat gadis itu tanpa berlama-lama ia langsung menghampiri gadis pujaannya itu.

"Selamat pagi senjaa" ucapnya dengan senyum berseri-seri.

Kaget senja "vin? Kok lo disini si?".

"Yah emang kenapa? Gue kan cuma mau mampir, sekalian nganterin lu ke kampus ekhem".

a harmonious family every child's dream  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang