14

1K 141 26
                                    


Stay tune,
and enjoy this chapt !!!!

Dua puluh menit sejak kedatangannya di House Caffe.

Amelia berdiam diri. Alih - alih menyelesaikan pekerjaan. Amelia bahkan tak sedikit pun terlihat ingin menyentuh tumpukan map berisi laporan usaha miliknya. Amelia sibuk bergelut dengan pikiran. Entahlah, akhir ini sering kali Amelia overthingking.

Berusaha membetahkan diri dalam hening lalu berdamai pula dengan keadaan. Pikir Amelia, Jenny mungkin hanya sedang membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk menceritakan perihal apa yang melatar belakangi keputusan Jenny mengakhiri kisah mereka. Sama halnya dengan Jenny, Amelia juga membutuhkan waktu untuk berfikir menuntaskan permasalahan ini.

Hubungan dengan Jenny memang terbilang singkat, Tetapi Jenny berhasil menyentuh sisi terdalam Amelia. Hingga membuatnya ketergantungan.

Menumpukan siku di meja dengan kedua telapak tangan yang bertengger masing-masing disisi pipi kiri dan kanan. Tak ada air mata, Amelia tidak ingin terlalu berlarut dalam sedih. Tekatnya sudah bulat, ia akan mempertahankan Jenny. Tidak mau yang lain, hanya Jenny seorang. Terlepas dari apapun alasan dibalik tindakan Jenny yang memutus hubungan mereka dengan sepihak. Tentu Amelia merasa kebertan.

"Pancake for you're breakfast. Mau taroh mana, nih?" merasa asing dengan suara itu, spontan membuat Amelia menengadah melihat seseorang yang berdiri membelakangi pintu. "Eh, Hay kok kamu? Ngerepotin deh!" Amelia tersenyum manis sambil berdiri menuju seseorang yang menurutnya memiliki banyak kemiripan dengan kekasihnya. Baik rupa maupun prilaku" Enggak kok, aku yang minta tadi sama mbak di bawah sekalian bawa punyaku juga, makan bareng boleh? "

Amelia menyambut nampan berisi sarapan yang sebelumnya ia mintan pada Nadine selaku tangan kanan Amelia di House Caffe. Amelia belum sempat sarapan sepagian ini karna sengaja berangkat dini hari.

Perkara rindu, rindu yang sulit sekali tersampaikan karna berbagai hal yang dipertimbangkan Amelia, ia tak ingin mengekang. Mungkin bagi Jenny kisah ini telah usai, tapi tidak dengan Amelia. Karna Amelia kekeh menolak keputusan Jenny waktu itu. Namun, semenjak hari itu hubungan Amelia dan Jenny sedikit ada perubahan. Suasana apartemen Jenny kerap kali di selimuti kecanggungan. Bahkan untuk sekedar menyapa, keduanya sering kali kesulitan memulai topik pembicaraan.

" Iya boleh " Amelia memberi isyarat mata tentunya dengan senyum yang tak lekang, membuat yang melihat menganngguk paham.

" Jadi? " Sherina menyorot tajam mata Amelia" Makan dulu, bisa kali! " Sherina tersenyum sambil mengangguk lalu menyantap pancake blueberry. Begitu juga Amelia.

.

.

.
Selesai dengan urusan perut. Sherina dan Amelia mengisinya dengan candaan ringan serta bahasan kecil.

" Bar, coast kamu lancar ?" Basabasi Amelia.

" Lancar mel! " Sherina tersenyum simpul. Dan Amelia mengangguk, beberapa detik hening. " Kenapa ? " lanjut Sherina, ia sedikit menangkap kegelisahaan pada gerak gerik wanita disebelahnya.

" Kenapa, apanya ? " Amelia tidak fokus, konsentrasinya terbagi karna kepalanya masih menimbang untuk kembali melemparkan pertanyaan pada sherina. Ia harus berfikir keras karna tidak ingin Sherina mencurigai bahwa hubungannya dengan Jenny sedang tidak baik.

" Ga, gapapa Bar! " Amelia tersenyum kecut.

Sherina memandang sayu Amelia, Ia menangkap gesture sedih pada lawan bicaranya. Seperti ada beban, Namun dengan ia disembunyikan " Kak Jen, sekarang sibuk banget ya Mel?, sampai sering banget ngambil cuti. " Sherina membuka obrolan kembali bermaksut mencairkan suasana.

I Just Want YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang