.
.
.Rose masuk kembali setelah melihat Mino pergi meninggalkan dorm. Ia tidak ingin membuat Jennie menunggu terlalu lama. Jennie itu seperti anak kecil yang akan mengamuk jika Rose tidak segera menepati janji nya. Ia pun segera masuk ke kamar Jennie.
“Jennie??”
Rose yang telah masuk kamar malah melihat Jennie sudah tidur menyamping. Jennie bergerak ketika mendengar suaranya.
“hmm,, apa yang Mino bicarakan??” tanya Jennie yang mulai beranjak duduk. Rose mengambil tempat di sebelahnya.
“dia hanya mengungkapkan perasaannya kepadaku..”
Jennie membulatkan mata. Rose hanya memandangnya tanpa ekspresi.“Are you okay Jen??”
"hanya.. kau bilang.? tapi aku sudah tahu dia akan melakukan itu..” omel Jennie. Rose hanya tertawa kecil melihat ekspresi Jennie.
“Jennie aku kemari untuk mendengar ceritamu, ayolah sekarang..”
Rose sudah mengangkat kedua kakinya dan bersila di atas tempat tidur. Jennie kembali ragu, karena rasa penasarannya. Ia sangat ingin tahu detail apa saja yang Mino katakan dan bagaimana jawaban Rose.“ceritakan tentang Mino dulu.. aku penasaran..” Jennie tidak berani melihat ke arah rose.
“tidak penting…” jawab Rose singkat.
Jennie tidak percaya ini, Rose bilang tidak penting, padahal yang dirasakan Jennie itu sangat amat berbeda.“ceritakan saja,, please..”
Rose menyeringai ke arah Jennie. Ia meraih dagu Jennie dan membuat Jennie melihat intens ke arahnya. Wajah Jennie sangat dekat dan terlihat lebih menawan.“penasaran sekali ya??” godanya. Jennie berusaha untuk mengontrol ekspresinya. Rose terus saja memandangi bibirnya, itu membuat Jennie tidak berani menggerakkannya.
“ah tidak jadi lah..” ngambek Jennie, kemudian menyingkirkan tangan Rose dari dagunya.“haha, oke oke aku ceritakan,,”
Jennie pun sudah duduk berhadap-hadapan dengan Rose sekarang. Dengan kedua kaki bersila dan bersentuhan dengan kaki Rose, Jennie mengambil selimut untuk menutupi kaki keduanya.
“Mino bilang dia menyukaiku, aku lupa tadi dia bilang sejak kapan, hanya itu..” Rose menghentikan ceritanya di situ, Jennie pun tidak puas.
“lalu kau bilang apa padanya??”
“aku hanya bilang kalau aku tidak mempunyai perasaan apapun untuknya.. dan..”
Jennie mengangkat alisnya.“and???”
Rose tertawa kecil,
“dan dia bilang akan menunggu ku sampai aku bisa mengubah perasaanku kepadanya.. emm sepertinya sih begitu tadi.. ah aku lupa…”
kali ini Jennie yang tertawa.“bisa-bisanya kau lupa, padahal itu baru berlangsung 10 menit lalu Rosie..”
“ehehe ya maafkan ingatan pendekku ini..”
“jadi kau tidak menyukainya begitu kan??”
“tidak juga sih, aku menyukainya, tapi tidak untuk menjadi kekasih..” jelas Rose. Jennie cemberut.
“jadi kau menyukainya apa tidak??” Jennie menegaskan.
“bukan menyukai seperti itu, hahaha. kenapa dengan wajahmu,?” goda Rose kembali sambil memencet dagu Jennie. Jennie menyingkirkan tangan Rose dari wajahnya.
“jadi hanya itu yang dia bicarakan sedari tadi??” Jennie mengalihkan pembicaraan.
“iya, hanya itu..”
KAMU SEDANG MEMBACA
Song For Us
FanfictionSetelah sekian tahun berlalu, mengapa aku baru menyadari bahwa ini bukan hanya sebuah kekaguman belaka. Tapi mengapa harus dengannya. My leader, my guitaris, si jenius Park Roseanne yang super perfectionist. Apa mau dikata, kalau sudah naksir memang...