1. Menandatangani Kontrak Pernikahan

7.6K 327 1
                                    

"Aku . . . aku lupa bertanya . . . nama kamu siapa?" Tanya Calista sambil menelansaliva. Tapi, sudahlah itu tidak penting." Calista berlari keluar diskotik danmenyelipkan diri diantara kerumunan pengunjung yang baru datang. 

Semakin malam semakin banyak orang yang datang ke diskotik. Mereka turundari berbagai jenis mobil mewah. Calista mencari taksi terdekat dan langsungmasuk kedalamnya. Entah mengapa dia menjadi sangat takut melihat tatapanbengis pria itu yang merasa kesenangannya terganggu saat berciuman denganpacarnya. 

"Dimana dia? Kenapa kalian kembali?" Darren berteriak memarahi ajudannya.

"Maaf tuan, tadi dia minta turun sebentar. Kami tidak tahu dia kesini." Duaajudan yang disuruh mengantarnya pulang malah kehilangan jejak. 

"Ya sudah, kita kembali saja." Darren melonggarkan dasi dan masuk ke dalammobil kembali pulang menembus kegelapan malam. Perihal Britney dia telahmenelpon Jack untuk mengantarnya pulang.

----- 

Pagi yang cerah menyapa siapapun yang semangat memiliki hidup lebih baikketika bangun pagi-pagi. Hari ini Calista ijin tidak masuk kerja. Kepalanyaterasa berat sekali pening luar biasa sejak sampai kos-kosan semalam.Mungkin karena kemarin sore dia melewatkan makan malam atau karenakehujanan ketika sampai rumah. 

Namun, bunyi pesan masuk membuatnya harus bangun dan membersihkanbadan. Karena dia harus datang ke rumah pria bilionair tua dan cacat untukmenandatangani sebuah kontrak pernikahan. Ya, sebuah kontrak yang akanmengikat hidupnya selama beberapa tahun kedepan. Demi membiayaipengobatan sang ayah yang sedang berjuang antara hidup dan mati diruangICU.

Calista berjalan terseok-seok menuju kamar mandi. Hanya sekedarmembersihkan rambut dan badannya karena tak ingin berlama-lama. Setelahmenyelesaikan ritual mandi, Calista memilih kemeja berwarna hijau lumutyang kontras sekali dengan kulitnya yang putih bersih. Dipadu padankan rokjeans selutut dengan model melebar. 

Perempuan yang masih dalam keadaan setengah sakit itu berjalan ke ujunggang menunggu angkutan umum menuju rumah sang bilionaire. Dia memilihnaik kendaraan umum terlebih dahulu, baru naik ojek online dari depanperumahan kedalam untuk mengirit ongkos. 

Satu jam sudah Calista bermacet-macet ria di tengah kepadatan hiruk pikukibukota, hingga akhirnya sampailah motor online yang disewanya didepanpintu pagar menjulang yang dilihatnya semalam. 

"Permisi, maaf pak saya ada janji dengan tuan yang kemarin mewawancaraisaya untuk datang hari ini." Perempuan yang masih dalam keadaan pucat itumenyampaikan maksud dan tujuannya datang kepada satpam yang berjaga dipos. Setelah mencatat dan menahan KTP Calista sebagai jaminan, perempuanmalang itu pun berjalan menyusuri jalanan setapak khusus pejalan kaki. Tapikali ini tidak ke arah belakang. Melainkan ke pintu utama.

Seorang pelayan wanita paruh baya menanyakan maksud kedatangannya dansetelah diberitahukan hal yang sama, Calista diperkenankan masuk ke dalamruang utama. Pintu besar dan tinggi layaknya sebuah kastil, membuat Calistaterpana. Mulutnya setengah menganga tidak percaya dengan apa yangdilihatnya didalam ruangan tamu tersebut. 

Ada sekitar 5 vas bunga keramik ukuran setengah tingginya, lukisan besarditengah ruangan yang menempel di dinding berwarna putih gading, lampukristal jumbo dengan banyak lampu kecil-kecil menjuntai indah tepat diatasmeja tengah persegi panjang yang terbuat dari kayu jati terbaik di dunia. Calistatahu karena salah seorang temannya di kampus adalah anak dari pengusahamebel ternama di ibukota. 

Tidak sampai disitu, sofa panjang dan single berwarna putih yang ada diruangtamu pun sudah pasti mahal harganya karena empuk dan artistik bentuknya.Calista menelan saliva berkali-kali menikmati pemandangan indah didepanmatanya. Dia tidak berani duduk jadi hanya berdiri disamping sofa. 

"Selamat datang kembali, nona Calista. Silahkan duduk." Seorang pria yangkemarin menginterogasinya kini terlihat lebih jelas. Dengan kacamata tebaldan rambut dibelah samping dan mengenakan setelan jas serba hitam layaknyapemimpin sebuah perusahaan, muncul dari arah dalam rumah.

"Apakah aku sudah memperkenalkan diriku kemarin?" Tanya priaberkacamata tersebut. Bola mata Calista menatap keatas dan memiringkandagunya mencoba mengingat kejadian semalam. 

"Sepertinya belum pak."Jawabnya. Pria itu mengernyitkan alisnya melihat sikap yang ditunjukkanCalista demi mengingat namanya. 

"Baiklah, perkenalkan nama saya Andrew. Panggil saja tuan Andrew. Sayaajudan kepercayaan dari tuan Anderson. Bagaimana, kamu sudah siapmenandatangani kontrak hari ini?" Tanya Andrew dengan nada tajamlangsung ke inti tanpa berbelit-belit. 

"Saya harus baca dulu isi kontraknya sebelum menandatanganinya bukan?"Tanya balik Calista 

"Tentu saja." Andrew menaruh sebuah dokumen yang dijepit di papan kertasuntuk ditanda tangani Calista. Perempuan yang sebentar lagi akan menjalanipernikahan kontrak, mengambil dan membacanya satu persatu dengan teliti.Ada 3 lembar kertas yang di lembar terakhir bagian bawah dipastikan tandatangan pemilik rumah dan disebelahnya kolom kosong untuk tanda tangandirinya.

Secara garis besar, isi surat itu adalah Calista diharuskan memiliki minimaltiga anak sebelum kontrak berakhir. Entah apa maksudnya sampai 3 anak,kalau dicerita-cerita komik yang dia baca, satu saja sudah cukup. Orang kayabenar-benar aneh, batin Calista. 

Dan tercantum, selama Calista menjalani pernikahan kontrak, dia akanmendapatkan 100 juta setiap bulannya hingga memiliki anak tiga. Setelahmemiliki anak 3, sebagai kompensasi perceraian, dia akan mendapatkan 1milyar, 2 apartemen mewah, dan 1 kendaraan mewah. Calista menghelanafasnya dalam-dalam. Apakah harga diri dan keperawanannya senilai ini? Diabahkan tidak pernah membayangkan ada di situasi seperti ini. Dalampikirannya dulu, dia akan menyerahkan keperawanannya pada suami yangmencintai dan dicintainya. Mereka akan menikmati malam pertama dengansyahdu dan romantis layaknya pasangan pengantin baru. 

Tak terasa ada sebutir cairan bening menetes di pelupuk matanya. Kalau bukankarena kemiskinan yang dideritanya dan kesembuhan sang bapak tercinta, diatidak akan bertindak sejauh ini. 

Andrew mengamati Calista lamat-lamat. Didepannya duduk seorang gadisyang setara dengan adik perempuannya. Namun, dengan nasib berbeda.Adiknya hidup glamor bersenang-senang setiap hari dengan temansosialitanya. Kuliah pun hanya sebagai formalitas saja. Kedua orangtua Andrewsudah tidak ada. Jadi mereka kini kakak adik hanya tinggal berdua. Andrewbegitu menyayangi sang adik, angel. Hingga menuruti apa saja kemauannya. 

"Bagaimana?" Tanya Andrew kembali menyadarkan lamunan Calista. 

"Tunggu. Ini maksudnya apa? Saat berhubungan, kamar harus dalam keadaangelap dan tidak boleh boleh membantah apapun yang dilakukan tuanAnderson? Perjanjian macam apa ini? Jadi, kalau aku dianiaya dan dilecehkan,aku diam saja? Huh!" Calista menyeringai tajam. 

"Tuan kami tidak mungkin segila itu. Ingat, tuan kami sudah tua dan cacat. Apayang bisa dilakukan seorang pria tua dan cacat saat berhubungan?" Calistamenjadi semakin tidak karuan. Berhubungan intim dengan pria tua saja sudahmenyesakkan dadanya. Ditambah lagi cacat. Ya Tuhan, cobaan macam apa yangEngkau berikan pada hamba, batin Calista. 


"Enjoy the reading and please leave your comments nicely, thank you"

Be My Kid's Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang