Meluruskan Kaki

7.3K 295 0
                                    

Akhirnya seminggu pun berlalu. Hari pernikahan Calista dengan bilioner tuadan cacat dilangsungkan hari ini. Sayangnya, Calista tidak bisa menghadiriacara sakral yang dilangsungkan seumur hidup sekali. Calista duduktermenung di kamar pengantin yang sudah selesai dihias sejak kemarin. Calistapun tidak perlu memakai kebaya putih dengan sanggul tinggi layaknya calonpengantin yang akan menikah. Pernikahan macam apa ini, batinnya. Calistapun memutuskan untuk berjalan-jalan didalam rumah mewah sang bilioner.Selama Calista berjalan, dia tidak menemukan satu fotopun sang bilionerterpasang di dinding atau meja. Hanya ada lukisan pemandangan alam, bunga,dan sebuah rumah yang kecil namun tampak sangat asri di tengah kampung.

Calista mencoba berbincang-bincang dengan semua asisten rumah tanggayang dia baru sempat menghitung ada 5 orang. Setiap orang beda tugasmasing-masing. Ditambah security setiap hari ganti 3 shift sekali jaga 2 orang.Dan, juga tukang kebun ada 2 orang pria seumuran bapaknya. Jangan lupakansupir yang standby setiap saat. Ada 4 mobil berjajar di garasi yang luasnyasetengah lapangan bola. Mobilnya pun bukan yang ecek-ecek. Semuanya merekimport yang harganya minimal 1 milyar rupiah per mobilnya. Itu yang Calistaberhasil browsing cek harga di internet. Banyak mobil, banyak asisten rumahtangga, rumah luas, namun pemiliknya tidak ada. Sungguh kehidupan orangkaya sangat membingungkan, pikir Calista. 

"Mba, yang punya rumah ini siapa saja orang-orangnya?" Tanya Calistakepada perempuan muda yang kira-kira usianya dibawahnya. 

"Maaf nyonya, kami tidak bisa memberitahu." Jawab perempuan tersebut. 

"Hah? Cuma tanya itu saja juga tidak bisa?" Calista menggeleng-gelengkankepalanya. 

"Kamu sudah berapa lama bekerja disini?" Tanya Calista lagi. 

"Sekitar 2 tahun nyonya." Jawab perempuan muda itu sambil terus konsistenmenundukkan kepala. Ada peraturan tertulis dan tidak tertulis untuk semuaasisten rumah tangga disana, tidak boleh banyak berbicara dan bercakapcakap tentang isi rumah dan orang-orangnya. Mereka hanya mengerjakantugas masing-masing. Gaji yang mereka terima lebih besar dari pembantumanapun. Jadi mereka juga harus pandai menjaga rahasia, atau dipecatseketika tanpa surat pemberitahuan tanpa pesangon sama sekali. 

Jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi menjelang siang. Harusnya mereka yangdi KUA sudah selesai proses ijab kabulnya. Benar juga, tidak berapa lama adamobil tiba dan parkir didepan rumah. Calista berharap yang keluar adalah priayang baru sah menjadi suami hari ini. Tapi, ternyata dugaanya meleset. Yangkeluar adalah Andrew, pria yang kemarin bersamanya menandatangani suratperjanjian kontrak pernikahan. 

"Selamat siang nyonya." Andrew menundukkan kepalanya. Calistamengernyitkan alis dan merasa heran."Suamiku . . . dimana dia?" Tanya Calista. 

"Silahkan masuk dulu nyonya. Akan saya beritahukan semuanya didalam. Kitakeruang baca sekarang." Sahut Andrew. 

Calista mengekor kemana Andrew melangkah. Karena dia belum tahu dimanaruang baca. 

"Silahkan duduk nyonya." Sikap Andrew kini lebih sopan dan sangatmenghormati Calista. Apakah karena dia telah resmi menikah dengan tuannya?Entahlah, batin Calista. 

"Ini adalah buku nikah nyonya dan tuan. Maaf saya tidak bisa berikan. Sayaakan simpan sampai saatnya perjanjian berakhir." Andrew memegang duabuku nikah berwarna hijau dan merah ke atas depan wajahnya. Lalu dia simpankembali kedalam tas hitam yang dibawanya sejak turun dari mobil. Calistamengernyitkan alisnya lagi. 

"Tuan Andrew..." 

"Panggil saya Andrew saja, nyonya." Jawab Andrew. 

"Andrew, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Tapi bisakah akudiberitahu beberapa hal? Dadaku sesak karena aku tidak tahu apa-apa. Kenapasemuanya serba dirahasiakan?" Calista mengatupkan bibirnya rapat danberusaha menahan air mata yang jatuh. 

"Huft, apa yang ingin nyonya ketahui?" Andrew sebenarnya juga merasa tidakenak hati. Namun, semua ini adalah perintah majikannya. 

"Apakah benar aku telah menjadi seorang istri sekarang?" Tanya Calista sambilmemiringkan dagunya. 

"Ya, pernikahan ini sah dan tercatat secara hukum dan agama." Jawab Andrewsingkat.

"Kapan . . . dia akan pulang kerumah?" Calista menggigit bibirnya.Membayangkan malam pertama yang akan dilaluinya bersama seorang priayang lebih pantas disebut kakeknya. Dada Calista tiba-tiba terasa sesakkembali. 

"Ehem, dia akan pulang malam ini. tapi, nyonya tidak usah menunggu. Karenakemungkinan pulang malam." Jawab Andrew diplomatis. 

"Oh begitu. Apakah dia akan dirumah setiap hari? Kemana dia sekarang?"Tanya Calista lagi. Mumpung Andrew masih berbaik hati menjawab semuapertanyaan Calista maka dia pun akan bertanya sebanyak-banyaknya. 

"Tuan Anderson masih ada urusan lain. Okay, semua sudah selesai. Saya akankembali ke kantor. Permisi." Andrew membungkuk hormat dan meninggalkanCalista yang masih duduk termenung merenungi nasibnya. Mulai hari ini sudahsah menjadi istri seseorang. 

Siang sampai sore ini Calista menghabiskan waktunya dengan berkelilingrumah. sore menjelang malam, Calista berlari dengan seragam olahraga yangdibawanya dari kos-kosan. Rumah yang lumayan luas cukup memaksa Calistaberkeringat setelah 1 jam berlari. Semua asisten dan pembantu dirumah itumenghomati nyonya baru mereka yang ternyata suka berolahraga. Tanpadisadari Calista, ada sepasang mata yang mengawasi segala gerak-geriknyadibalik kamera cctv yang terhubung dengan laptop. 

"Andrew, siapkan ruangan meeting dan panggil semua direktur dari semuadivisi. 10 menit lagi kita kumpul." Pria itu mengetuk-ngetuk jari telunjuknya diatas meja kerja yang terbuat dari kayu kualitas terbaik dunia, tanpamelepaskan sorot mata tajam ke arah monitor laptop yang memperlihatkanseorang perempuan sedang duduk beristirahat meluruskan kaki jenjangnyadibalik celana legging panjang sebatas mata kaki. Satu nilai plus untukperempuan itu karena tidak memperlihatkan kulit tubuhnya ke sembarangorang, batinnya. 

"Siap tuan." Andrew yang sudah sampai kantor lagi, segera keluar ruanganmengurus keperluan rapat sang tuan. 

"Calista, kamu kenapa resign? Aku jadi tidak punya teman ngerumpi deh.Huu . . . " Dian, teman Calista semasa menjadi office girl menelponnya.

"Dian, maaf ya . . .  Aku . . . mau fokus kuliah dulu. Biar cepat kelar." Calistamenundukkan wajahnya. Sulit baginya berbohong karena dia tidak terbiasa.Mungkin mulai hari ini, dia sudah harus mulai membiasakan diri berbohong. 

"Kuliah yaa . . . iya deh kalau begitu. Tapi, kos-an kamu masih disana kan?Kapan-kapan aku main yaa . . . " Jawab Dian lagi. 

"Duhh aku sudah pindah say. Nanti aku kasih tahu yaa alamatnya." Calistamenggigit bibirnya. Dian, maafkan aku, batin Calista. 

"Ohh, ya sudah. Kita tetap berhubungan yaa. Kamu jangan lupakan aku. Akutidak punya teman yang cerdas, cantik, tapi baik banget selain kamu. Aku jadisedih deh. Hiks. . . " Terdengar sesenggukan Dian diujung telpon. 

"Kamu tetap teman terbaik aku. Sudah kerja dulu sana. Nanti diomelin pak bosloh, hahaha . . " Calista beranjak berdiri meninggalkan tempat yangdijadikkannya beristirahat melemaskan otot kaki. Lantai teras belakang yangberalaskan batu alam menggunakan material koral merah Italy, hijau Italy,utih Italy dan Alor hitam. Sungguh perpaduan yang sangat estetik dan sangatpantas untuk sebuah hunian mewah ditengah kota.

Be My Kid's Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang