Pria Flamboyan

7.5K 376 50
                                    

Darren memegang tengkuk Calista erat hingga perempuan itu tidak bisamemundurkan kepalanya. Kedua tangan Calista meremas bahu Darren hanyasekedar meminta dilonggarkan ciuman panasnya. 

"Hah.... hah.... hahhh...." Napas Calista tersengal-sengal dibuatnya. 

Darren menatap wajah sayu Calista dengan senyum puas. 

"Masih mau lagi?" Tanyanya dengan aura iblis. 

.

.

.

"Aaahh lepaskan aku." Calista memberontak mencoba untuk bangkit dariduduknya. Namun, kedua tangan Darren mengunci pinggang rampingnyasehingga perempuan malang itu tidak bisa bergerak sedikitpun. 

"Aku beritahu sesuatu. Pertama, saat kamu berada di kantor, tugasmu hanyamengerjakan pekerjaan yang disuruh olehku melalui Andrew. Kamu tidak bolehmengerjakan pekerjaan lain. Kedua, jangan pernah berbicara dengan karyawanpria manapun lebih dari 5 detik. Paham?" Darren menatap Calista denganpandangan mengintimidasi. 

Calista memejamkan mata dan menghela napasnya. Ingin rasanya diamenjawab semua kalimat yang diucapkan Darren, namun dia malas berdebat.Jadi dia hanya berkata,"Baiklah. Ada lagi?" Tanya Calista. 

"Untuk saat ini tidak ada. Kamu boleh kembali ke mejamu." Calistamengernyitkan alisnya. 

"Kenapa? Tidak mau? Ingin berlama-lama disini?" Tanya Darren dengan nadamenggoda. 

"Dalam mimpimu." Calista mencoba bangun dari duduknya. Namun, lagi-lagisial, helaian rambutnya nyangkut di kancing kerah jas Darren. 

"Duhh, ada-ada saja sih." Calista berusaha mengurainya namun ikatanrambutnya terlampau kusut mengikat kancing kemeja pria mesum tersebut.

"Bantuin dong." Melihat Darren yang hanya melirik saja, Calista kesal bukankepalang. 

"Perlu aku gunting rambutnya sampai leher?" Tanya Darren tanpa dosa. 

"Hiiyy, benar-benar kamu ini ya. Ini semua gara-gara kamu." Calista gemassekali karena semakin dia coba semakin kuat lilitannya. 

Tok tok tok.... 

"Siapa?" Darren bertanya. Mata Calista melebar mendengar suara ketukandipintu. 

"Saya bos." Andrew berkata. 

"Masuklah!" Jawab Darren yang disusul dengan pekikan teriakan Calista yangmerasa malu bukan main masih berada dalam posisi memalukan ini. 

Andrew langsung masuk begitu mendapat sahutan dari dalam. Namun,matanya terbelalak begitu melihat Calista yang duduk diatas pangkuan Darrendan Darren terkesan santai tanpa protes apapun. Calista memalingkanwajahnya kearah jendela luar di belakang Darren. 

"Habislah sudah kamu Calista. Betapa memalukannya hari pertama bekerja."Batin Calista. 

"Ada apa? Penting sekali?" Tanya Darren sambil menegakkan badannya,membuat Calista hampir terjatuh kebelakang namun tangan kanan Darrensigap menahannya sehingga Calista selamat tidak jatuh. 

"Be-begini bos, saya mau menyerahkan dokumen yang harus ditandatanganisekarang juga. Silahkan bos periksa dulu." Andrew tidak berani menatapadegan didepan matanya. Jadi, matanya hanya fokus ke bawah meja saja.

 "Oke, kamu boleh keluar. Kalau ada yang mau masuk, kamu tahan dulu diluar.Kami lagi sibuk, kamu bisa lihat kan?" Ucap Darren dengan santai dan tenang.Calista memejamkan matanya menahan malu yang teramat sangat. 

"Ba-baik bos." Jawab Andrew sambil berjalan mundur meninggalkan ruangansang presdir. 

"Please, bantu aku melepas rambut ini." Calista memberanikan memintatolong karena kakinya sudah berasa keram duduk dalam posisi demikian yangbegitu lama. 

"Wanita!" Darren menggeser kursi kebesaranya dan mengambil gunting yangada didalam tempat alat tulis diatas meja. 

"Aahh jangaaaaan...." KRESS! Darren menggenggam rambut Calista yang telahterpotong sepanjang telunjuk jarinya dan mengangkatnya ke atas angin. 

"Kamuuuu...." Calista menahan kesalnya dan bangun dari pangkuan Darren.Namun, betisnya terasa kebas seketika dan dia pun terjatuh diatas karpetsetelah berhasil lepas dari Darren. 

"Aaahh.... kenapa kamu.... senang sekali menyiksaku?" Calista menatap tajamDarren dengan sorot mata berkaca-kaca. Calista mencoba berdiri dan berjalanperlahan karena kakinya kesemutan meninggalkan ruangan presdirmenjengkelkan baginya. 

Darren hanya bisa terdiam menyaksikan istri kontraknya berjalanmeninggalkan dirinya seorang diri didalam ruangan.Calista duduk kembali di kursi yang disediakan untuk dirinya. Jam makan sianghampir berakhir namun dia belum makan apa-apa. Perutnya tiba-tibabergemuruh. 

"Kamu pasti belum makan siang ya? Ini aku masih ada roti sepotong lagi. Kamumau?" Calista mengangkat kepalanya dan seorang pria tampan lainnya sedangmenawarkan bantuan yang sangat dibutuhkan Calista. Tampak sepotong rotisandwich dengan isian komplit daging dan sayuran membuat Calista menelansaliva. 

"Tidak terima kasih, aku.... bisa beli ke kantin sekarang." Jawab Calistamemalingkan wajahnya.

"Kalau kamu tidak mau, aku akan buang. Tapi sayang sekali makanan seenakini kalau harus berakhir di dalam tong sampah." Jawab pria flamboyan tampandan tinggi menjulang dengan rambut kecoklatan dikuncir di bagian tengahnya. 

"JANGAN! Hehehe, terima kasih ya." Calista tersenyum malu karena telahmenolak tawaran sebelumnya. 

"Hehehe, kamu lucu juga. Sekretaris baru ya?" Pria itu mulai bertanya. Belumsempat Calista menjawab, tiba-tiba terdengar suara yang malas didengarnya. 

"JACK! Kenapa kamu disitu? Masuklah!" Darren mengeraskan rahangnyamelihat teman karibnya berbicara akrab dengan Calista. Bahkan, temantemannya pun tidak ada yang tahu kalau Darren telah menikah dan perempuanyang ada dihadapannya ini adalah istrinya. 

Calista memutar matanya melihat wajah Darren. Pria flamboyan bernama Jackitu tertawa renyah. 

"Sepertinya bos mu tidak suka kalau aku mendekati sekretarisnya. Baiklah,kamu habiskan dan buang saja tempat rotinya. Okay?" Ucap Jack. 

"Terima kasih." Jawab Calista singkat sambil menggenggam kotak makanberisi roti sandwich. 

Jack melemparkan senyum manisnya pada Calista sebelum berlalumeninggalkan dirinya dan menuju keruangan teman baiknya. 

"Sekretaris baru hmm? Lumayan lucu juga. Tapi pakaiannya tidak seksi sepertisekretarismu sebelumnya. Hahaha..." Goda Jack pada teman baiknya sejakkuliah itu. 

"Sekretarisku bukan wanita penghibur seperti yang ada di klabmu yang harusberpakaian seronok." Jawab Darren. 

"Yayaya.... wanita penghibur yang setiap malam kamu datangi." Jawab Jacksambil duduk di salah satu sofa yang tersedia. 

"Untuk apa kamu kemari? Ada hal penting apa sampai harus kekantorku?"Tanya Darren. 

"Britney pulang dari sini kan? Berhati-hatilah! Meski pernikahannya sedangterkena masalah tapi kamu jangan sampai terlibat didalamnya. Kamu tidaklupa tentu siapa suaminya." Jack menyandarkan punggungnya dan dudukdengan santai menyilangkan kaki kanan diatas kaki kirinya. 

"Aku tahu. Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya membuat dia untuk tidakdatang kesini. Dia selalu tiba-tiba muncul diruanganku." Jawab Darren. 

"Cobalah kamu menjalin hubungan dengan seorang wanita. Mungkin itu bisamembuatnya menjauh darimu." Ucap Jack. 

"Huh, kamu tentu tidak lupa juga kaan? Wanita terakhir yang kamu kenalkanpadaku baru setengah hari sudah berakhir di IGD karena kecelakaan mobil....yang disengaja dan kita tahu siapa pelakunya." Jawab Darren sambilmembuang pulpen yang dimainkanya keatas meja. 

"Ckckck, susah juga yaa. Dia terlalu obsesi padamu. Sudah bicarakan baik-baikpadanya untuk menjauhimu?" Tanya Jack lagi. 

"Many times. Dan, dia seperti pura-pura tidak mendengar." Jawab Darren. 

"Kalau begitu, kamu abaikan saja kalau dia datang. Jangan disambut danjangan dilayani. Nanti dia akan lelah sendiri." Ucap Jack. 

Be My Kid's Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang