2. Menandatangani Kontrak Pernikahan

6.8K 310 1
                                    

"Tuan kami tidak mungkin segila itu. Ingat, tuan kami sudah tua dan cacat. Apayang bisa dilakukan seorang pria tua dan cacat saat berhubungan?" Hati danpikiran Calista menjadi semakin tidak karuan. Berhubungan intim dengan priatua saja sudah menyesakkan dadanya. Ditambah lagi cacat. Ya Tuhan, cobaanmacam apa yang Engkau berikan pada hamba, batin Calista.

Calistamemejamkan mata dan menghela nafas berat. Seperti ada batu besar yangmenghimpit dadanya untuk segera disingkirkan. 

"Bagaimana dengan kehidupan pribadiku? Aku tidak mungkin tinggal dirumahsepanjang hari." Tanya Calista lagi. 

"Kamu akan memiliki pengawal pribadi kemana-mana. Tapi, tentu saja kamuharus berhenti bekerja. Karena tidak mungkin istri majikan kami bekerja diluarrumah seharian." Sahut Andrew. 

"Tapi nanti keluargaku akan curiga darimana aku mendapatkan uang kalaubukan dengan alasan pinjam dari kantor? Ibuku akan menolak mentah-mentahperjanjian ini." Tanya Calista lagi. 

"Huh, kamu perempuan menyusahkan! Tinggal bilang saja pinjam dari teman.Masa begitu saja tidak bisa cari alasan." Jawab Andrew yang mulai jengah.Tidak disangka, menandatangani kontrak dengan perempuan biasa saja bisa sealot ini. 

"Tidak bisa! Aku mau tetap bekerja. Sore jam 4 aku pastikan aku sudah sampairumah." Jawab Calista sambil menyilangkan kedua tangan didepan dadalayaknya negosiator ulung. 

"Kamu  . . . . " Dering telpon menghentikan sejenak perdebatan dua orang bedakelas. 

"Ok, baik tuan, Hmm .... oke oke, siap, baiklah." Komunikasi terputussejalan dengan ponsel yang diletakkan kembali diatas meja. 

"Kamu bisa bekerja di salah satu perusahaan Mr. Anderson. Cucunya kebetulanmembutuhkan sekretaris direktur." Jawab Andrew.

Calista mengernyitkan alis. Dia memandangi seluruh pojok ruang tamumencari keberadaan benda hitam bulat yang biasa ada di setiap kamar rumahorang kaya. Pria didepannya mendadak menyetujui apa yang dia inginkanpadahal percakapan itu hanya dihadiri oleh dirinya dan pria bernama Andrew.Calista yakin ada CCTV diantara mereka. Akhirnya dia menemukannya. Kecilterselip ditengah-tengah bagian atas figura lukisan perempuan desa yangsedang membawa jun/kendi yang terbuat dari tanah liat. 

"Menarik sekali." Jawab pria diujung CCTV yang melihat perempuantertangkap kamera CCTV sedang memandang dirinya dengan tatapan tajam.Seolah langsung tepat dihadapan Pria yang mengenakan setelan jas hitamdengan ketampanan dewa Yunani yang digilai banyak wanita. 

"Tadi kamu bilang cucunya? Jadi, itu perusahaan keluarga? Hmm . . . " JawabCalista lagi menyudahi pengamatan akan sekeliling ruangan. Kini dia merasamenjadi seorang terpidana yang diinterogasi di sebuah ruangan khusus.Sementara ada beberapa orang mengamatinya dari balik kaca tak tembuspandang namun bisa mendengarkan dengan jelas. 

"Ya, jadi jam berangkat dan kerjamu sudah diatur. Bisa pulang kapanpun."Jawab Andrew. Cih, pekerjaan macam apa itu? Apa bedanya dengan seorangpenghibur yang bisa datang dan pergi sesuka hatinya, batin Calista. 

"Bagaimana? Aku tidak bisa lama-lama. Kamu sudah membuang waktukulebih dari yang aku kira." Andrew mulai menampakkan kekesalannya. Entahkarena kesal dibuat berlama-lama dengan perempuan penuh rasa curiga ituatau kesal karena semakin dia melihat Calista semakin dia teringat adiknya. 

"Baiklah, boleh aku pinjam pulpennya?" Tanya Calista. Andrew segeramengeluarkan dari saku jasnya. Sebelum menandatangani kertas tersebut,Calista berbisik lirih, "Bapak ibu, maafkan anakmu yang tidak berguna ini.Kelak, hiduplah dengan baik dan makan yang enak. Semoga kalian memaafkanaku. Bismillah." Andrew mengernyitkan alisnya. Bibirnya terkatup rapat. Entahapa yang ada di pikiran perempuan ini, rela menggadaikan masa depannyademi uang. Akhirnya tanda tangan cantik ditorehkan Calista mengiringi wajahsendunya yang menandakan babak baru hidupnya telah dimulai. 

"Baiklah, sekarang kamu sudah boleh pulang. Nanti akan ada orang yangmenjemputmu. Kamu akan tinggal disini mulai dari hari ini. Seperti yangtertulis dalam kontrak, acara pernikahan berlangsung tertutup. Dan, bukupernikahan pun akan diberikan setelah perceraian terjadi. Hanya sebagai buktikalau kamu telah menikah dengan tuan Anderson.

"APA? Memberikan buku pernikahan di hari perceraian? Huhh, aku tidakmengerti. Dan, tidak perlu menjemputku. Aku tidak mau timbul kecurigaandiantara semua teman-temanku di kosan. Aku akan kesini sendiri setelahmembereskan barang-barangku." Sanggah Calista. 

"Baiklah terserah kamu saja. Tapi, siang ini kamu harus sudah ada disini.Minggu depan acara pernikahan akan berlangsung. Dan, satu lagi. Kamu tidakbisa menghadiri acara ijab kabulnya. Kamu tidak boleh melihat wajah tuansampai kapanpun." Jawab Andrew. 

"Astagaaaaa, rumit sekali sih! Bahkan aku tidak bisa melihat wajah pria yangmenikah denganku?? Haaaaah, katakan padaku sejujurnya! Apakah diamanusia ..... atau .... makhluk jadi-jadian?" Selidik Calista.Mata Andrew terbelalak. Antara kaget dan ingin tertawa kencang, diasembunyikan dibalik bibirnya yang merunduk sambil membereskan berkasberkas. 

"Daya imaginasimu luar biasa... luar biasa bodoh!" Jawab Andrew. Calistaberjengit. Apakah pertanyaan dia salah? Karena dia bahkan tidak boleh melihatwajah suaminya kelak saat menikah bahkan saat berhubungan intim. 

"Tapi . . . .  aku mohon, pinjami aku 20 juta di awal. Aku harus membayar biayaoperasi bapakku yang membutuhkan uang 20 juta sekarang juga." Tatapanmata Calista mendadak sendu dan wajahnya merunduk pilu. 

"Berikan aku alamat rumah sakit dan nama bapakmu. Aku akan menyuruhorang untuk melunasi semua tagihannya. Dan, memastikan bapakmumendapatkan pelayanan prioritas." Jawab Andrew. 

"Benarkah? Oh, terima kasih sekali." Jawab Calista dengan senyum cerahsambil menyatukan kedua telapak tangan didepan dadanya. Dia punmengeluarkan catatan di kertas berisikan nama bapaknya dan alamat rumahsakitnya dan diserahkan kepada Andrew diatas meja. 

"Sekarang pulanglah. Atau, kamu minta diantar?" Tanya Andrew lagi. 

"Tidak tidak, terima kasih. Aku akan pergi ke kantor lamaku sekarang untukmengajukan pengunduran diri. Permisi." Calista setengah membungkukhormat. Sebelumnya dia sempat melirik sendu ke arah kamera CCTV yangternyata memperhatikan dirinya saat pertama masuk.Andrew pun kembali ke dalam dan menemui tuannya di ruang kerja. 

"Permisi tuan, ini berkas kontraknya." Andrew meletakkan surat berisi kontrakpernikahan yang telah ditanda tangani Calista dan dirinya. 

"Menurutmu . . . . bagaimana perempuan itu?" Tanya Darren."Dia . . . perempuan biasa yang sedikit banyak tanya." Jawab Andrewmengungkapkan pengalamannya saat interogasi tadi. 

"Hahahaha, dia membuatmu kesal ya? Tapi, dia cukup berani untuk melakukanitu." Darren mengangguk-angguk sambil memandang lembaran kertasdihadapannya. 

"Pastikan kamar tidur untuknya sudah siap. Dan, besok juga jangan sampai adayang terlewat." Lanjut Darren berkata. 

"Siap tuan! Semua sudah selesai dikerjakan. Tinggal pas hari H nya saja. Adalagi yang bisa saya kerjakan?" Andrew berdiri menatap majikannya yangsedang menyilangkan kaki kirinya diatas lutut kaki kanannya sambilmengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. 

"Sudah, kamu boleh pergi." Darren mengibaskan tangannya ke angin. Andrewberjalan ke arah pintu dan meninggalkan tuan mudanya. Yang merupakan cucutunggal dari The Anderson

Be My Kid's Mommy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang