"Makasih udah nganterin."
Karina buru - buru menahan lengan gadis itu yang tengah merajuk. "Udah dong Win, jangan ngambek gitu."
Winter menepisnya, tanpa minat melirik sedikitpun.
"Kan kakak udah janji, bakalan ganti pakaian formal kamu itu yang udah kakak buang. Nanti kakak beliin banyak deh."
"Gausah." Balas nya terlampau dingin.
Masih ingat? Pakaian formal yang Winter pakai kala menghadiri pertemuan sebelumnya. Ya.. Karina tak suka, Jika Winter memakai itu. Bahkan tubuhnya tercetak jelas untuk mata siapa saja yang melihat.
Maka dari itu Karina membuangnya.
"Tapi Win-"
"Kak lepasin aku. Lebih baik kakak pulang." Kini Winter menepis perlahan tangan Karina yang sedari tadi menahan nya, kemudian menggenggam kedua tangan itu dalam genggaman hangat seraya menatapnya. "Kakak nggak perlu beliin aku pakaian yang udah kakak buang, aku gak apa-apa kok. Aku gak marah. Jadi sekarang mendingan kakak pulang ya~"
Karina spontan menganggukan kepala, hati nya mendadak tenang kala gadis itu memberinya senyuman manis. Yang bahkan mampu membuat seorang Karina berdebar tak karuan. Senyuman itu, mata indahnya itu.. Betapa cantiknya dia. Ya tuhan, sungguh ia lemah melihatnya.
Cup~
"Pulang ya.. Kakak harus istirahat. Nanti kalau udah nyampe apartemen chat aku, jangan lupa."
Setelah memberinya kecupan singkat kepada Karina, gadis itu membuka pintu mobil lalu masuk kedalam rumah. Meninggalkan Karina yang terpaku dalam diam. Mendadak ia blank seketika, nafas nya bahkan sempat tercekat. Ia meraba sebelah pipi nya seraya tersenyum bahagia, betapa lembutnya bibir gadis itu masih terasa jelas menempel disana. Ughh~!! Gadis nakal. Lancang sekali membuat seorang Karina berdebar tak karuan seperti ini.
...
Setengah mati Winter menahan gugupnya, ia mengendap-endap secara perlahan melangkah menuju kamar nya di lantai atas. Untung saja semua lampu sudah padam, hanya beberapa ruangan utama yang dinyalakan. Pertanda penghuni rumah sudah terlelap. Tapi tetap saja Winter was-was jikalau ia kepergok pulang larut malam sekali. Bisa habis di ceramahi melulu.
"Ekhm!"
'Mampus-' batin Winter mencelos.
Kan ketahuan. Padahal tadi lancar-lancar aja, ini udah mau buka pintu kamar malahan kepergok. Pengen banget Winter tuh ngomong kasar. Argh!
Belum sempat Winter berbalik melihat siapa yang bersuara tadi. Namun tubuhnya terlanjur didorong masuk ke dalam kamar. Pintu bahkan langsung di kunci kasar.
"Kak-- yerii??"
Sang kakak menyilangkan kedua tangan di dada, tengah menatap nya galak. Tatapan nya begitu menyalak tajam. Winter meringis ngeri, ia menggigit bibir bawah nya cemas. Sudah dipastikan Yeri tengah dalam kondisi marah besar.
Yang benar saja. Kakak mana yang tidak marah jika adiknya sendiri belum juga pulang, bahkan seharian tak mengabari sedikitpun. Dan sekarang, waktu sudah sangat larut malam sekali. Adiknya itu malahan baru ingat pulang ke rumah.
"Darimana aja kamu?!" Tanya nya dengan nada pelan, namun Winter menerimanya terdengar dingin dan menusuk sekali. "Dek.. Kamu tau kan ini jam berapa? Jam satu pagi. Ini jam satu pagi dek! Dan kamu baru ingat rumah? Kenapa diam eoh-?! Jawab kakak KIM MINJEONG !"
KAMU SEDANG MEMBACA
FEEL MY LOVE
FantasySaya tidak akan segan melakukan segala cara agar dia terus terikat dengan saya. Tidak peduli berapa banyak penolakan, bantahan dan tatapan kesal serta gerutuan gemas gadis itu. Saya menyukainya, mencintai dia sepenuh hati dan finalnya dia milik saya...