KOMPRES

1.4K 176 0
                                    

Winter berbaring bosan di ranjangnya, ia sama sekali tak bergerak sedikitpun sesuai dengan apa yang Karina peringati sebelumnya.


Karena... hey! Punggung nya sungguhan terasa sakit.


Kelopak mata nya mengerjap berulangkali. Ia seperti merasakan adanya keanehan. Namun kepala nya berdenyut cukup terasa pusing. Winter menyibak selimut seraya menautkan kedua alisnya. Matanya membelalak terkejut. Terjawab sudah apa gerangan dirinya merasa aneh tadi.


Pakaian yang ia gunakan berbeda.


Sebelumnya ia mengenakan pakaian formal kantornya, namun apa ini? Piyama tidur?!


Pertama ia berada di kamar Karina. Mungkin saja piyama yang ia kenakan adalah miliknya. Lalu apakah mungkin Karina yang juga menggantikan pakaian nya?


Haisshhhh... Katakan jika dugaan yang Winter terka itu tidak benar. Katakan!


Ini memalukan. Sungguh. Dirinya ditelanjangi oleh wanita itu dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia bahkan ragu jika Karina tak melakukan sesuatu terhadapnya. Jika benar, ia akan sangat mengutuk wanita menyebalkan itu. Bahkan dalaman yang ia pakai sebelumnya entah pergi kemana. Ia tak mengenakan apapun selain piyama ini.

Hatinya sungguhan menggerutu kesal.

Tak berselang lama, pintu kamar terbuka. Menampilkan sesosok wanita berparas rupawan tengah membawa air kompresan seraya berjalan ke arahnya lalu duduk disamping gadis itu yang entah mengapa menatapnya cukup lekat, sedikit membuat Karina risih. Karena gadis itu tak pernah memberinya tatapan mendelik tajam seperti yang tengah ia lakukan terhadap nya kini.


"Ada apa denganmu, kenapa menatap kakak seperti itu." Karina memandangi nya, namun Winter tak kunjung bersuara. "Sekarang berbaringlah dengan nyaman eoh.. Kakak akan mengompres pipi lebam mu itu terlebih dahulu."


Winter menolak dengan memberikan gestur wajahnya yang ia tarik ke samping, agar Karina tak dapat menjangkau bagian yang sakit itu.


"Waegerreu?! Minjeong~ah.. Kamu ini kenapa. Kau terlihat kesal sedang menahan marah."


Winter menarik sudut bibirnya, seraya memutar bola matanya dengan malas. "Baru menyadari?"


Karina semakin bingung ada apa dengannya. Padahal baru saja ia tinggal pergi ke lantai bawah sebentar untuk mengambil air kompresan untuknya namun kala ia telah kembali, Winter malahan bertingkah aneh seperti ini.


"Jadi benar, kamu sedang kesal? Marah? Tapi kenapa.. Untuk hal apa. Setidaknya biarkan kakak kompresi pipimu itu dulu nde?!"

"Aku tidak mau."


"Sebentar saja."


"Tidak mau!"


"Minjeong~ah.."

"Cukup kak. Sudah kubilang aku tidak mau."

Karina mencoba bersabar, dengan bocah ini. "Kamu benar-benar tidak menghargai kakak yang sudah mengambil air kompresan ini untukmu."

"Aku tidak menyuruhmu."

"Tetap saja kakak ini peduli kepadamu. Kamu tidak bisa membiarkan pipi yang lebam itu tanpa di kompres. Ayolah jangan keras kepala. Kemarilah biar kakak kompres sebentar saja."

Karina tersenyum senang kala melihat gadis itu diam menurutinya, ia segera mengompres bagian yang lebam itu. Sedikit ringisan yang keluar dari mulutnya, Sebenarnya Karina tak tega namun jika tak seperti ini akan dipastikan lebam itu sulit hilang dan rasa sakitnya akan berkepanjangan.

FEEL MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang