Chapter 40

776 134 29
                                        

Halo para pembaca yang penyabar..

Mohon maaf lahir dan batin, maaf karena saya mageran dan jarang up, lain kali saya ulangi lagi😚🙏🏻

Happy reading, zheyeng❤️
.
.

Dingin dan mencekam. Dua kata yang mendeskripsikan suasana saat ini. Di mana ada dua pasang mata yang menatap tajam seseorang yang berbaring dan merintih kesakitan di tanah yang kering itu.

Di sekitar mereka bisa dikatakan hancur dan tidak berbentuk, pohon tumbang, tanah retak dan bangunan runtuh bekas pertarungan yang terjadi beberapa saat lalu.

"T-tatapanmu itu menjijikkan uhuk-" pria yang kita ketahui merupakan Ayah kandung dari dua bersaudara Lucas dan Alethea itu membuks suara, memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Meskipun ia sedikit kesulitan karena kerongkongannya terasa perih saat bicara.

"Keadaanmu yang sekarang jauh lebih menjijikkan," Lucas menjawab ketus. Memutar bola matanya malas melihat Ayahnya masih bisa memprovokasinya meskipun keadaannya sangat buruk.

Jika ia adalah orang biasa, mungkin pria itu sudah mati karena tidak kuat menahan luka separah yang dialaminya. Beruntung Ayah Lucas merupakan penyihir sekaligus memiliki sihir hitam yang melindunginya sehingga ia masih bisa bernapas.

"Hahaha," tertawa pelan, pria itu mencoba bangkit dari posisinya.

Buk!

Lucas menendangnya, membuat pria itu kembali tersungkur ke tanah. Kali ini Lucas tidak menggunakan sihir karena bisa saja Ayahnya mati. Sekarang bukan saatnya melakukan hal itu.

Alethea yang berdiri di sampingnya hanya diam. Tidak peduli dengan situasi membosankan ini.

"Aku bingung ingin menyiksa dan membunuhmu dengan cara apa. Apa kau punya saran?"

"Dasar anak terkutuk," alih-alih menjawab pertanyaan Lucas, pria itu justru mengumpatinya. Membuat penyihir jenius itu terkikik pelan.

Tatapan Lucas berubah menjadi tatapan meremehkan, ia tersenyum miring, senyum yang terlihat mengerikan. "Sudah sampai sejauh ini kau masih saja bersikap angkuh, aku jadi ingin segera menyingkirkanmu."

Lucas kini beralih pada sang adik. Mimik wajahnya seolah bertanya pendapat Alethea.

Gadis itu terlihat berpikir. Menghembuskan napas pelan dan akhirnya membuka suara, "Langsung habisi saja."

Lucas mengerutkan keningnya. Nampak tidak setuju dengan pendapat Alethea. Bagaimanapun pria ini adalah orang yang telah menyiksa Alethea, setidaknya ia juga harus disiksa sebelum mati.

Seolah mengerti apa yang dipikirkan Lucas, gadis itu menggeleng pelan.

"Kita tidak perlu seperti itu, aku tidak mau disamakan dengannya karena suka menyiksa. Dan aku juga tidak mau mengingat penderitaan itu."

Memang benar, meskipun terlihat baik-baik saja, Alethea masih merasakan ketakutan terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Menyiksa Ayahnya akan membuatnya mengingat kejadian tidak menyenangkan itu, dan dia tidak mau.

"Baik jika itu maumu. Tapi biarkan aku membunuhnya dengan caraku," kali ini adalah pernyataan Lucas yang tidak bisa ditawar, Alethea hanya bisa mengangguk tanpa perlawanan.

"Pergilah ke istana dan lihat keadaan di sana."

"Kita pergi bersama! Aku akan menunggumu di sini sampai selesai."

Lucas menyentil pelan dahi adiknya, membuat gadis itu meringis. "Anak kecil tidak boleh melihat adegan pembunuhan," ucap Lucas sembari tersenyum mengejek.

"Enak saja! Aku sudah besar. Dan ini bukanlah hal asing lagi bagiku," Alethea protes. Tidak terima dirinya disebut anak kecil.

Tanpa ba bi bu Lucas menjentikkan jarinya, mengaktifkan sihir teleportasi dan membuat Alethea berpindah tempat.

Dalam sekejap pemandangan di sekitar Alethea berubah. Dia tiba di lokasi pertarungan di istana, yah meskipun pertarungan telah usai karena Anastacius berhasil dikalahkan.

"Kakak sialan!" Alethea berdecak kesal dan menghentak-hentakkan kakinya.

Semua orang yang masih sadar menatap ke arahnya yang tiba-tiba muncul. Wajah Alethea memerah karena malu.

"Eumm.. jadi.. ini sudah selesai?"

"Ya," Claude yang kebetulan di sampingnya menjawab acuh tak acuh. Tidak begitu tertarik dengan kemunculan gadis itu.

Alethea nyengir. Mata semerah batu ruby miliknya menangkap sosok gadis yang berdiri di samping Claude. Ya, itu Athanasia.

Athanasia mendekat. "Aku sempat khawatir saat mendengar percakapan Lucas dan pria tadi yang membahas tentangmu, tapi syukurlah kau baik-baik saja."

"Terima kasih dan maaf telah mengkhawatirkan anda, Tuan Putri."

Alethea memperhatikan keadaan sekitar. Benar-benar kacau, orang-orang yang sempat terpengaruh sihir hitam kini tergeletak tidak sadarkan diri.

Tak lama setelah kemunculannya, suara nyaring terdengar, membuat gendang telinganya hampir pecah.

"ALETHEA!!"

Belum sempat mengenali siapa yang memanggilnya, seseorang menerjangnya dengan pelukan sehingga dia terjungkal ke belakang.

"Hei! Aduh," Alethea meringis. Menahan berat tubuh seseorang yang kini memeluknya semakin erat.

Pemuda itu tak lain dan tak bukan adalah Rey. Sejak tadi ia terus mengkhawatirkan keadaan Alethea. Memikirkannya saja membuat kepalanya nyaris meledak.

Jika Lucas tau Rey memeluk adiknya, pastilah pemuda itu tidak akan selamat.

"Lepas dulu! Banyak yang melihat."
Ini sangat memalukan, bukan lagi orang biasa yang melihat mereka seperti ini. Tapi ada Kaisar dan Putri Obelia!

Mau ditaruh di mana wajah Alethea?

Saat hendak mengomel lagi, suara rintihan pelan menyapu indra pendengaran Alethea, membuatnya terdiam. Pundak gadis itu terasa basah.

"Kau menangis?"

"T-tidak."

Suaranya yang terbata-bata dan isak tangis yang mulai tak terkendali menandakan bahwa Rey berbohong.

"Kau ini sudah besar, kenapa cengeng sekali?" Alethea melepas pelukan mereka perlahan. Wajah tampan lelaki itu terlihat. Alethea menghapus air matanya dengan lembut.

"A-aku hanya kelilipan," ucap Rey yang lantas membuang muka ke sembarang arah.

"Dasar bayi."

"Bukan bayi!"

"Kamu bayi."

"Enak saja!" Rey mengembungkan pipinya yang terlihat sangat menggemaskan bagi Alethea. Gadis itu tertawa pelan dan mengusap rambut lelaki di hadapannya. Ia tau, Rey pasti mengkhawatirkannya.

"Memuakkan. Ayo pergi, Athanasia."
Claude yang menyaksikan semua itu jadi mual sendiri. Daripada berlama-lama melihat bocah kasmaran, lebih baik membereskan kekacauan yang terjadi.

Athanasia sedikit berat hati meninggalkan Alethea dan Rey yang bahkan tidak menyadari tatapan aneh orang-orang di sekitarnya. Seperti dunia milik berdua.

'Jarang-jarang kan aku liat adegan uwu' Athanasia berbalik dan mengikuti Claude.

-Bersambung-

Little Sister [Suddenly I Became a Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang