"Rey Rey Rey" Alethea mengguncang-guncangkan Rey yang sedang rebahan santuy di atas sofa.
Perlahan Rey membuka matanya, menatap malas Alethea. Pasti ada sesuatu yang diinginkan atau ada sesuatu yang mengganggu gadis ini sehingga ia merengek.
Rey sudah hafal karena mereka sudah berteman selama ratusan tahun.
"Ada apa?" Rey memperbaiki posisinya menjadi duduk. Menarik tangan Alethea agar duduk di sampingnya.
"Aku badmood" ucap Alethea sembari mengerucutkan bibirnya.
"Lagi pms ya?"
Alethea mengangguk. Gadis yang biasanya kalem adem ayem kalau sudah manja tandanya ada sesuatu.
"Lalu, kali ini apa yang kau inginkan?"
Alethea menarik napas dalam-dalam. Menghembuskan nya perlahan. Menatap Rey dengan raut wajah memelas.
Cerita pun dimulai "Aku tadi baca novel romantis. Tokoh utamanya uwu uwu banget. Kencan di pantai, kejar-kejaran, ciprat-cipratan air, peluk-pelukan lalu berciuman"
"Kau mau ku cium?"
Alethea menggeleng cepat.
"Mau ku peluk?"
Lagi-lagi Alethea menggeleng.
"Mau main di pantai?" Rey mencoba bersabar.
"Bukan ih!!"
"Lalu kau mau apa?"
"Aku mau seblak!!"
Tuh kan. Kebiasaan. Cerita dengan apa yang diinginkannya selalu saja tidak ada sangkut pautnya.
---
"Siapa kau?"
Athanasia membeku. Tidak percaya dengan pertanyaan yang dilontarkan sang Ayah.
"Aku tanya, siapa kau? Ukh" Claude merasa kesakitan lantaran bangun dari tempat tidur secara tiba-tiba.
Athanasia membantu Claude untuk duduk.
"Felix!"
Sang empu nama menoleh lantas bergegas menghampiri Claude.
"Yang Mulia!! Astaga, Anda sudah sadar! Syukurlah!"
"Siapa yang memperbolehkanmu membawa orang lain ke ruanganku?" tanya Claude.
"Maaf Yang Mulia. Saya tidak memikirkan keinginan Anda. Tadi Tuan Putri merasa khawatir dengan keadaan anda jadi saya membawanya kemari"
'Bukan, pasti bukan itu yang Ayah maksud' batin Athanasia.
"Apa-apaan kau? Kalau dia pembunuh pasti tubuhnya sudah terpotong-potong dengan sihir. Berani-beraninya sampai mengirim anak kecil kemari"
Ketiga orang di dalam kamar itu dikagetkan dengan ucapan dari kaisar Obelia yang baru sadar setelah tertidur 10 hari itu.
"...Yang Mulia, maksud anda Tuan Putri?" Tanya Felix ragu.
"Putri? Tuan Putri darimana? Beraninya sampai masuk ke sini"
"Yang Mulia, apakah anda tidak mengenali wajah Tuan Putri?" Lilian angkat bicara.
"Kau pelayan cewek itu" gumam Claude.
"Yang Mulia, bukankah Tuan Putri Athanasia adalah darah daging anda satu-satunya? Mungkin ingatan Anda terganggu karena baru sadarkan diri" ucap Felix.
"Felix, apa kau sudah gila?"
Athanasia masih terdiam dengan raut wajah shock.
"Sejak kapan aku punya anak seperti ini?"
"Ayah" gumam Athanasia tak percaya.
"Kau cari mati ya? Beraninya, kau pikir siapa yang kau panggil seperti itu?" Aura yang dikeluarkan Claude sangat mengerikan. Seperti aura-aura membunuh.
"Kalau dilihat-lihat, matanya adalah milik bangsawan tersohor. Apa kau masih bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak ada takut-takutnya itu kalau ku cungkil matamu"
'Apa Ayah pernah mengatakan hal seperti itu..
...padaku?'
---
[Alethea POV]
Kala itu daku duduk termenung di pinggir jendela sembari memandang perubahan senja ke malam hari. Perlahan buliran sebening kristal berjatuhan dari angkasa luar. Gerimis. Angin malam menggelitik raga.
Diriku teringat akan semangkuk seblak yang ku tinggalkan di kandang ayam. Daku bergegas menghampiri kandang ayam itu sebelum hujan badai mengamuk di luar.
Daku sangat bersyukur lantaran seblak yang ku tinggalkan masih utuh. Hanya kerupuknya saja yang ditotol ayam.
Perlahan tanganku terulur mengambil seblak dalam kandang ayam itu. Naas kesialan berpihak padaku. Induk ayam yang merasa terusik itu mematuk singkat jari manis semanis dirimu. Cairan merah pekat keluar begitu saja.
Daku meringis. Hati ini hancur dirasa kala menyadari ayam itu membenciku. Perih bak diiris sembilu.
Tanganku terangkat. Dengan cepat tampolan maut mendarat di kepala ayam tak berakhlak itu.
Ku ambil kembali seblak yang seharusnya jadi milikku. Kesialan lagi-lagi menimpaku. Hujan turun dengan lebatnya, membuat seblakku ikut terbanjiri. Rasa lapar berubah menjadi mual lantaran seblak milikku telah berubah menjadi kobokan.
Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh, manik ruby ku mendapati Rey, makhluk dengan sejuta kegabutannya berdiri tepat di belakangku dengan payung yang ia genggam dan bersandar pada pundaknya.
Payung aja bersandar di pundaknya. Kamu kapan?
"Ngapain kau hujan-hujanan?" Tanya Rey.
Aw ada yang mengkhawatirkan ku rupanya.
Aku memperlihatkan mangkuk seblakku yang sudah tak berbentuk.
Rey mendengus "Nanti bikin lagi"
"Udah gak napsu" jawabku.
"Ya sudah, ayo masuk rumah. Ngapain nangkring di kandang ayam?"
Aku menoleh dan menatap sengit induk ayam yang berada dalam kandang itu.
Kau masih punya urusan denganku, man! Eh maksudku, woman!
Lagi-lagi Rey mendengus dan mengangkat ku seperti mengangkat karung beras. Tubuhku yang basah kuyup ikut membasahi tubuhnya.
[End Alethea POV]
-Bersambung-
![](https://img.wattpad.com/cover/229514032-288-k289846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Sister [Suddenly I Became a Princess]
Fiksi PenggemarIni hanyalah Fanfiction!! Diharapkan untuk tidak mengikuti alur cerita saya! Lucas terlahir dengan memiliki kekuatan yang sangat kuat. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya merasa takut dan menjauhi Lucas. Tapi dibalik itu semua, Lucas memiliki...