Ini hanyalah Fanfiction!!
Diharapkan untuk tidak mengikuti alur cerita saya!
Lucas terlahir dengan memiliki kekuatan yang sangat kuat. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya merasa takut dan menjauhi Lucas.
Tapi dibalik itu semua, Lucas memiliki...
"Kau sudah gila ya. Jangan bicara yang tidak-tidak" ucap Claude.
'Aku tidak sadarkan diri selama 10 hari karena menyelamatkan putriku. Kau bilang aku mempertaruhkan nyawa untuk anakku? Bisa-bisa orang itu merangkak dari kubur dan menertawakanku'batin Claude.
Claude duduk di kursi kerjanya dan memandangi dokumen-dokumen yang ada.
"Saya sudah bilang anda hilang ingatan" Felix masih mencoba meyakinkan sang Kaisar Obelia itu.
Claude melirik sebuah sofa yang berada beberapa meter di hadapannya "Kenapa di situ ada sofa? Seharusnya tidak akan ada orang yang duduk di ruang kerjaku"
Felix menoleh ke arah yang dituju Claude "Sofa itu diletakkan agar Tuan Putri Athanasia dapat duduk di sana saat datang menemui Yang Mulia"
"Apa?"
"Yang Mulia menyuruh saya untuk memesannya secara khusus dengan mempertimbangkan keempukannya saat diduduki" jelas Felix.
Claude melongo saat mendengarnya. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan Felix.
"Coba anda lihat dengan jelas. Apa anda tidak ingat? Tuan Putri sering duduk di tempat ini dan melihat Yang Mulia yang sedang bekerja"
Tatapan Claude kembali datar "Kali ini lelucon lagi ya?"
"Saya sudah bilang ini bukan lelucon💢"
Claude beralih menatap pemandangan luar dari jendela besar di ruangannya. Ia tak sengaja melihat bangunan asing di matanya.
"Sejak kapan ada bangunan seperti itu di sana?"
Felix berjalan mendekat "Itu adalah perpustakaan khusus Tuan Putri yang dibangun 3 tahun yang lalu atas perintah anda"
"Perpustakaan? Jangan bercanda, aku tak pernah memberi perintah seperti itu" ucap Claude.
"Tentu saja begitu. Karena Yang Mulia hilang ingatan"
Claude mengerutkan keningnya "Masih saja kata-kata tak masuk akal itu"
Claude melangkah meninggalkan Felix. Tentu saja Felix segera mengekori Claude.
Rupanya mereka mendatangi perpustakaan khusus Athanasia.
Dua prajurit yang menjaga pintu perpustakaan itu langsung mengambil posisi sigap militer.
"Yang Mulia, anda datang. Segala keagungan dan berkat kepada matahari Obelia! Kami akan menjaga Tuan Putri agar tak ada bahaya sedikit pun saat Tuan Putri datang. Kami akan mengorbankan tubuh ini demi Tuan Putri Athanasia..." Ucap keduanya terpotong saat Claude memutar balik tubuhnya untuk pergi.
"Ah, segala keagungan dan berkat kepada matahari Obelia" ucap kedua prajurit itu.
Claude berjalan menyusuri taman kerajaan. Tiba-tiba.....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
....Claude mencium aroma mawar.
Felix yang menyadarinya pun berjalan mendekat. Berdiri di belakang Claude dan membisikkan sesuatu.
"Yang Mulia memberikan perintah secara langsung untuk membuat taman mawar di beberapa tempat karena Tuan Putri Athanasia menyukai mawar"
Claude tersentak. Felix berbisik secara tiba-tiba, tentu itu mengagetkannya.
"Di antara semuanya, taman mawar yang ada di Istana Emerald tempat Tuan Putri Athanasia beradalah yang paling indah"
Rasanya memuakkan mendengar ocehan Felix. Claude memutuskan untuk bergegas pergi dengan langkah cepat. Tentu Felix tidak membiarkannya begitu saja. Ia mengekorinya dari belakang dan mulutnya tidak berhenti bicara.
"Di sana Anda juga menghabiskan waktu minum teh berdua dengan akrab.."
Claude semakin mempercepat langkah kakinya. Telinganya terasa panas mendengar omong kosong Felix.
"Tidak hanya yang anda lihat sekarang. Brankas dan gudang harta karun yang anda berikan kepada Tuan Putri pun tidak hanya satu atau dua buah. Saya bisa menunjukkan kepada Anda secara langsung"
Claude menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah belakang. Menatap Felix tidak suka. Alisnya bertaut.
"Felix.." suaranya bergetar.
"Saya mohon maaf. Tapi walaupun yang mulia menatap saya seperti akan menerkam saya seperti itu, hal yang ada tidak akan pernah berubah menjadi tidak ada, Yang Mulia"
---
"Sepertinya Raja Obelia hilang ingatan. Dia melupakan siapa putrinya"
"Ng? Sejak kapan kau peduli dengan anggota kerajaan, Aley?" Tanya Rey tidak tertarik dengan topik pembicaraan kali ini.
"Yang boleh memanggilku 'Aley' hanya kakakku!!"
"Yayaya"
"Aku peduli karena sepertinya kakak tertarik dengan Tuan Putri Obelia. Selama ia pergi, akulah yang seharusnya menjaga Putri itu. Tapi sepertinya aku kecolongan" Alethea menyandarkan tubuhnya di kepala sofa. Menatap malas pemuda yang duduk di hadapannya.
"Sejak kapan menjaga Putri menjadi tugasmu?"
"Sejak aku memutuskan untuk menjaganya. Yah walaupun dari jauh. Karena masalah seblak kemarin aku jadi lupa untuk melihat keadaannya"
"Tunggu kakakmu datang dan suruh dia menyembuhkan ingatan kepala pisang itu"
"Siapa yang kau panggil kepala pisang?" Tanya Alethea.
"Tentu saja si kuning Claude" jawab Rey tak peduli.
"Dasar bodoh. Dia Raja tau!"
"Yayaya"
---
[Athanasia POV]
Kalau dipikir-pikir hidup seperti ini bukannya tidak buruk juga?
"Tuan Putri, makanan kecil" Seth datang membawa nampan berisi makanan.
Dari awal, sejak aku membuka mataku di dunia ini, tujuanku hanya bertahan hidup.
Pura-pura manis Pura-pura baik
Pura-pura menyukai Ayah Pura-pura tidak tahu harus bagaimana
Sesenang apapun aku bersama Ayah, aku tidak boleh melupakan alasan utama aku mendekat dengannya.
Bertahan hidup.
Ayah tidak akan membunuhku selama aku tidak muncul di hadapannya.
Kalau aku hidup tenang di Istana Emerald seperti ini pun, tujuanku akan tercapai bukan?
Hidup nganggur dengan uang yang melimpah seperti dalam mimpi.
Tapi entah mengapa, mengetahui Ayah melupakanku itu cukup membuat dadaku terasa sesak.
Mungkin aku mulai menyayanginya.
Entahlah aku juga tidak tahu. Dan aku menolak untuk tahu.