1

13.1K 763 40
                                    

Suara bising knalpot motor dan suara riuh manusia, dengan asap rokok dan bau bensin menjadi ciri khas sebuah jalanan yang merupakan daerah kekuasaan Vistor, yang biasa dijadikan sebagai tempat balapan liar oleh beberapa anak geng ibukota dan sekitarnya.

Mata tajam sang fighter utama Vistor terus bergerak menyisir area tersebut dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Jika sampai ada keributan, ia yang akan maju paling depan untuk memukul mundur si biang rusuh. Namun, sesekali matanya memperhatikan jalanan, menanti sang pemenang malam ini datang dengan memacu motornya.

"Woooooaaaahhh!"

"Congratulation, King!

"ALAM!!!"

Si fighter utama Vistor itu tersenyum tipis saat Alam yang keluar sebagai pemenang. Selalu, Alam selalu menjadi pemenangnya. Julukan 'Son of The Street' benar-benar sangat cocok untuk pemuda itu.

"Tata mana?"

Suara itu membuat sang fighter utama langsung menoleh dan berjalan mendekat ke arah kerumunan Vistor.

"Gue di sini!"sahutnya.

Yap, Semesta memang selalu seperti itu. Memantau dari sudut arena seorang diri atau kadang ia meminta salah satu anggota inti Vistor untuk menemaninya.

"Ngapain lo nyari gue, kangen?"tanya Semesta sambil tersenyum miring, mengejek Alam.

"Pede banget lo! Kirain gue lo gak dateng, soalnya lo bilang ada urusan!"jawab Alam yang berjalan beberapa langkah untuk mendekati Semesta.

"Lam, selebrasi lah, empet banget ni malem!"celetuk Erlangga.

"Duit taruhan ada berapa, Daff?"tanya Alam pada Daffa karena memang untuk urusan jadwal dan taruhan balapan, Daffa lah yang meng-handle.

"25 juta, totalnya."jawab Daffa.

"Bagiin ke anak-anak bawah, sisanya lo bawa. Mumpung lagi di sini, kita ke Warpat aja."

Daffa mengangguk, lalu berjalan menuju salah satu anggota Vistor yang hadir dan memberikan uang senilai 5 juta untuk dipakai apa saja oleh mereka semua. Sisanya masih dikantongi Daffa yang nanti akan diberikan pada Alam setelah kegiatan hari ini selesai.

"Dah yok, berangkat!"seru Erlangga dengan semangat.

Para anggota inti Vistor langsung naik ke motor mereka masing-masing. Saat hendak menuju motornya, Alam melewati Semesta dan diam-diam menggenggam tangan si fighter utama Vistor itu dengan singkat, namun erat dan hangat.

Semesta menahan senyumnya, laku buru-buru naik ke motor ninja nya. Ia berada di urutan paling belakang bersama Rajesh, sementara di depan ada Alam dan Daffa. Memang selalu seperti itu urutannya. Alam, Daffa, Cleo, Panji, Erlangga, Rajesh, dan terakhir Semesta.

Sesampainya di daerah Puncak, tepatnya di Warpat, mereka langsung memarkirkan motornya masing-masing dan memilih tempat duduk serta memesan makanan. Sudah pasti mie rebus dengan telur yang ditambah potongan cabai rawit dan bawang goreng, serta segelas teh panas, yang menjadi makanan wajib yang harus dipesan saat mereka ada di sana.

Semesta duduk di paling pojok dan di sebelahnya ada Alam, lalu di sebelah Alam ada Cleo, Erlangga, Rajesh, Daffa dan Panji.

Mereka makan sambil mengobrol dengan diselingi tawa karena tingkah Erlangga yang selalu bisa membuat mereka tertawa. Selesai makan, mereka memesan kopi hitam untuk menemani malam mereka di sana.

"Ta, bagi rokok dong!"ucap Erlangga sambil menyodorkan tangannya meminta rokok milik Semesta.

"Itu depan lo ada rokok, Lang!"sahut Daffa menunjuk bungkus rokok Surya 16 yang berwarna hitam dan Marlboro merah yang ada di atas meja dengan dagunya.

UNIVERSE || NOMIN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang