12

4.8K 449 25
                                    

Semesta membuka matanya perlahan. Bau white musk bercampur vanilla pun menyeruak masuk ke hidungnya. Ini bau khas kamarnya. Lalu, Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 3 Sore. Terakhir kali ia ingat, seseorang memukulnya di depan pintu apartemen Alam, setelah itu semuanya gelap, dan ia berakhir di dalam kamarnya. Itu artinya---

"Sudah bangun?"

Semesta tersentak dan ia langsung bangkit dari posisi tidurnya. Ia melihat Papa nya yang tengah berdiri di samping pintu dengan wajah angkuhnya. Agung Zachary. Sumber kehancuran hidup Semesta yang disebut sebagai Papa.

"Pa? Papa yang bawa aku kesini?"tanya Semesta yang kini berhadapan dengan Agung yang setia memasang wajah angkuhnya.

"Kamu pikir Papa akan biarin kamu disana bersama laki-laki gay itu?"balas Agung tidak mau kalah.

"Papa gak tau apa-apa!"decak Semesta, lalu berjalan ke arah pintu. Namun, sebelum membuka pintu kamarnya itu, Agung lebih dulu menarik Semesta dan memukulnya dengan keras.

Bugh!

"Menjijikan! KAMU SELALU BUAT PAPA MALU, SEMESTA!!!"

Semesta berdecih sambil mengusap darah di sudut bibirnya dengan kasar akibat pukulan keras dari Papa nya.

"Aku sama Alam cuma jatuh cinta, Pa. Aku juga gak bisa ngatur harus ke siapa aku jatuh cinta. Sama kayak Papa... Papa menikah sama Mama tapi Papa malah jatuh cinta sama jalang itu, apa---"

Bugh!

Pukulan keras kembali menghantam sisi wajah Semesta. Kini pelipis si manis itu mengeluarkan darah.

"Kamu tidak tahu apa-apa, Semesta!"

"Papa juga gak tau apa-apa tentang aku! Selama ini cuma Alam yang aku punya, cuma Alam yang ngertiin aku, cu---"

Ucapan Semesta terhenti ketika Agung mengangkat tangannya untuk memukulnya lagi. Semesta menahan tangan Papa nya, lalu meraih vas bunga yang terbuat dari keramik yang ada di atas meja tepat di sampingnya.

"Bunuh aku aja, Pa. Aku udah capek..."ucap Semesta sambil meletakkan vas itu di tangan Agung.

Tanpa mengatakan apapun, Agung membanting vas bunga itu ke lantai. "Kamu akan ikut Papa ke Belanda malam ini!"

BRAK...

Pintu ditutup dengan keras dan dikunci dari luar oleh Agung. Semesta berteriak dan menggedor-gedor pintu agar Agung mau membukanya. Semesta tidak ingin kemana-mana. Ia lebih baik mati daripada harus dipisahkan dengan Alam, karena hanya Alam yang menjadi alasan untuknya tetap bertahan hidup.

"Buka, Pa!!! PAPA BUKA!!!"

Tubuh Semesta merosot ke lantai kamarnya yang dingin. Ia benar-benar tidak ingin berpisah dari Alam.

"Alam... Kalo gue sebut nama lo tiga kali lo janji bakal dateng, kan?"lirih Semesta dengan bibir bergetar.

"Alam..."

"Alam... Tolongin gue..."

"Alam... Hiks... Tata takut, Lam..."

5 menit menunggu seperti orang bodoh, tidak ada tanda-tanda Alam akan datang menyelamatkannya.

"Alam... Kok lo gak dateng sih, bangsat? Gue harus gimana? Gue gak mau pergi..."

****

Sementara itu, Alam hanya menatap kosong ke arah balkon kamarnya yang tertutup gorden. Wajahnya sudah babak belur akibat pukulan dari Papa nya yang marah karena mengetahui hubungannya Semesta. Sejak tiba di rumah, ia benar-benar bungkam, tidak berbicara dan tidak melawan. Pikirannya dipenuhi oleh Semesta sehingga ia tidak bisa memikirkan hal lain, bahkan rasa sakit di sekujur tubuhnya pun tidak ia hiraukan.

UNIVERSE || NOMIN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang