Hari ini, Alam dan Semesta tidak masuk kuliah. Mereka memilih untuk menghabiskan waktu berdua di apartemen Alam untuk mengobati rasa rindu mereka walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa kepala mereka dipenuhi dengan permasalahan yang tengah terjadi saat ini.
Semesta mengeratkan pelukannya pada Alam dan membenamkan wajahnya di dada bidang kekasihnya itu. Ia benar-benar tidak ingin berpisah dengan Alam.
"Kenapa, yang?"tanya Alam sambil mengelus rambut Semesta.
"Gue gak mau pisah sama lo, Lam."jawab Semesta lirih.
"Gak bakal ada yang misahin kita, sekalipun pisah... Gue bakal nyari jalan buat nyari lu sampe dapet gimanapun caranya."
"Janji ya, Lam? Janji kalo lo bakal cari gue kalo kita kepisah, nanti gue bakal teriak sekenceng-kencalengnya buat manggil nama lo, pokoknya lo harus dateng kalo gue panggil."
Alam terkekeh pelan mendengar penuturan polos yang keluar dari mulut Semesta. Biarpun Semesta galak dan kadang suka meledak-ledak, tapi tetap saja si manis itu memiliki sisi yang polos dan manja, dan itu hanya Semesta tunjukkan padanya.
"Iya, nanti gue dateng, panggil aja nama gue tiga kali, gue bakal langsung ada di hadapan lo."
"Prabu Siliwangi, lo?"
"Malin Kundang gue."
"Malin kundang gak bisa terbang, ege! Yang ada jadi batu!"
"Terus yang bisa terbang apa, yang?"tanya Alam menatap wajah manis Semesta yang juga tengah menatapnya.
"Sun Go Kong!"jawab Semesta tanpa berpikir.
"Monyet dong gue?"
"Coba ngaca dulu, Lam!"
"Emang paling bisa ya lo nistain pacar sendiri! Rasain nih!"
Alam merubah posisinya menjadi di atas Semesta dengan kedua lutut yang bertumpu di atas kasur dan kedua tangan terangkat menggelitik perut Semesta yang membuat si manis itu tertawa kegelian.
"Ahahahaha... Udah... Hahahaha..."
"Ampun gak? Hm"
"Hahahaha... Iya... Hahaha... Ampun... Hahaha..."
Akhirnya Alam berhenti menggelitik Semesta, lalu ia menempelkan keningnya di kening si manis yang berada di bawahnya.
"Aduh! Si panglima langsung ngaceng, yang! Muka lu begitu bikin sange, anjing!"gerutu Alam saat melihat wajah Semesta.
"Baperan lo!"Semesta mendorong tubuh Alam hingga kekasihnya itu berbaring di sebelahnya.
"Emut bentar dong, yang. Kan udah lama nggak, si panglima kangen ini, butuh yang anget."
Semesta tersenyum dengan polos, lalu tangan kirinya menerobos masuk ke dalam boxer longgar yang Alam kenakan.
"Ssshhh... Aaahhh... Yanghhh..."desah Alam saat tangan halus Semesta mengelus penisnya yang masih terbungkus celana dalam.
"AKH, ANJING!!!"tiba-tiba Alam berteriak karena terkejut saat Semesta memukul penisnya dengan sedikit kuat.
"Jangan harap gue mau sepongin lo! Minggu kemaren udah ya, sampe mulut gue kebas, sekarang lo nyolo aja di kamar mandi, gue mau masak!"
"Ta..."rengek Alam dengan wajah memelas.
"Selamat ngocok, sayangku..."Semesta tertawa puas sambil melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Alam yang frustasi karena penisnya yang masih tegang dan butuh dilemaskan.
"Untung gue cinta mati sana lo, Ta!"gerutu Alam sambil melangkah ke kamar mandi. Ia harus melemaskan penisnya itu sendirian.
Sementara itu, Semesta mengeluarkan beberapa bahan masakan yang ada di apartemen Alam. Hanya ada kangkung yang sudah layu, ayam, bawang-bawangan, dan bumbu-bumbu yang sudah tinggal sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE || NOMIN 🔞
General FictionKisah cinta si ketua geng Vistor yang terkenal cukup bengis dengan gelar 'Son of The Street' karena tidak pernah kalah saat balapan dimanapun dan kapanpun dengan kekasihnya si fighter utama Vistor yang memiliki julukan 'Si Tangan Besi' karena pukula...