"Bagaimana kau menemukan aku? Kau memasang alat pelacak atau bagaimana?" ucap Elijah marah kepada Yo-Han
"Aku tahu kau sudah mengerti mengapa balik bertanya?"
"Aku harus memutuskan kemana aku pergi, dan dengan siapa aku bertemu. Rasanya begitu terkekang,"
"Aku pamanmu, makanya sangat memperhatikan pergaulanmu, Elijah," ucap Yo-Han dengan lembut.
"Tapi jangan sampai membuat aku seperti terkekang Yo-Han! Aku ingin mengenal dunia luar juga!"
"Suka atau tidak, aku adalah walimu."
Ga-On langsung datang menengahi mereka. "Apa salahnya merasa kesepian, kau tidak boleh berkata seperti itu ke Elijah."
Ga-On langsung berinisiatif membawa Elijah pergi dari ruangan Kang Yo-Han sembari memujuknya.
Di sela-sela pembicaraan mereka, Ga-On menceritakan bagaimana ia kehilangan orangtuanya karena perilaku pejabat, orangtuanya bunuh diri karena ditipu, banyak kerugian yang menimpa keluarga Ga-On sehingga restorannya bangkrut dan ditutup.
Elijah mendengar itu langsung terdiam seribu bahasa. Ga-On dan dia adalah yatim piatu yang memiliki nasib yang sama ditinggal orangtua mereka dengan cara yang tragis.
**
Yo-Han bingung mau minta maaf dari mana, jadi dia memilih untuk menyapa Elijah dengan senyuman yang sangat aneh.
"Mengapa kau menunjukan wajah aneh seperti itu?" Namun, Elijah tetap marah kepadanya dan pergi begitu saja meninggalkan lamanya itu.
Dia masuk kekamar dan menutup pintu dengan keras.
"Aku perlu melakukan apa?" tanya Yo-Han kepada Ga-On yang berada tak jauh darinya.
"Pikirkan sendiri." Ga-On ikut-ikutan marah.
"Lah?"
Yo-Han mendekati Ga-On yang sedang membaca buku. Dia duduk dibawah kursi Ga-On persis di dekat kaki orang yang dicintainya itu.
"Mau apa?" tanya Ga-On langsung menutup bukunya.
"Cari cara biar Elijah memaafkanku," ujarnya tersenyum manis ke Ga-On.
Ga-On setengah tertawa melihat kelakuan lucu orang yang dulunya dianggap monster itu.
"Tunggu saja suasana hatinya membaik, pasti akan memaafkanmu dan satu lagi jangan pernah mengekangnya lagi," ucap Ga-On setengah menunduk.
"Benar begitu?"
"Iya." Ga-On tidak begitu merespons, dia masih tetap dalam posisi membaca buku dengan serius.
"Ga-On, Sayang."
"Panggilan apa ini, membuat bulu kudukku merinding," Ga-On tertawa.
"Besok kamu harus ikut aku, aku akan menunjukan bagaimana kotornya dunia ini terutama dunia politik," ujar Yo-Han.
"Kemana dan mengapa?"
"Biar kamu percaya padaku, kamu harus tetap disisiku, harus."
Ga-On memegang pipi Yo-Han yang melutut dilantai, dengan perlahan dia membelai wajah Yo-Han.
"Aku akan ikut," Ga-On langsung tersenyum walau ada yang sedikit menganjal dihatinya.
Di tempat lain, Sun-Ah menemui orang yang menjadi tamengnya, dia adalah Seo Jung-Hak.
Sun-Ah merasa kecewa dengan cara kerja tamengnya itu. Dia merasa bahwa Seo Jung-Hak sudah tua dan harus pensiun dalam dunia ini.
Karena merasa nyawanya terancam, Seo Jung-Hak berlutut dan menangis.
"Mengapa kau menangis?" tanya Sun-Ah tanpa ekspresi.
"Tolong nona beri aku kesempatan, aku juga masih terlihat muda." Jung-Hak berlutut sembari menohon.
Sun-Ah menyuruh Jung-Hak berdiri dan langsung memeluknya erat. "Ini bukan salahmu, tidak apa-apa. Selamat tidur, ya?" ucapnya langsung menusuk perut Seo Jung-Hak tanpa ampun. Dia membunuh orang yang menjadi tamengnya selama ini. Karena baginya, orang itu sudah tidak berguna lagi dan hanya menganggu.
Seo Jung-Hak pun mati dengan dua tusukan. Sun-Ah merasa senang dan lega. Mungkin ini saatnya dia untuk muncul.
"Dasar tua bangka, tidak membantu samasekali, cih!"
**
Malam itu Ga-On bermimpi ketika dia masih SMA saat itulah kematian orangtuanya, di dalam mimpi itu dia sangat sedih sembari menatap foto orangtua nya di dekat peti mati dengan pasrah.
Ga-On juga bermimpi tentang orang yang menyebabkan orangtuanya meninggal, tetapi penjahat itu tersenyum dengan lebar seperti seorang pemenang. Untungnya penjahat itu telah ditangkap, tetapi mengapa semuanya terlihat janggal?
Ga-On langsung terbangun dari tidurnya dengan sekujur tubuh yang sudah basah kuyup, dia bingung mengapa bermimpi tentang hal itu lagi.
Yo-Han menatap Ga-On dari kursi di pojok kamar sembari membaca buku. "Mimpi buruk?"
"Tuan, sejak kapan di sini?"
"Sejak kamu tertidur."
Yo-Han langsung mendekati Ga-On yang bermimpi buruk, dia mengusap keringat yang ada di wajah Ga-On.
"Mimpi apa?"
"Bukan apa-apa," ujar Ga-On berbohong.
"Baiklah, kamu harus tidur lagi. Ini masih pukul 1 malam," ucap Yo-Han sambil memegang buku parenting remaja seketika dia menaruh buku itu di meja samping kasur.
Yo-Han ikut memenangkan Ga-On dia ikut tidur di sana menemani hakim pendampingnya itu. Dengan pelukan lembut seketika Ga-On sudah tertidur dengan lelap lagi.
Yo-Han merasa lega, dia langsung mengusap pipi Ga-On sembari menatapnya, sentuhan hangat dan perhatian yang hanya dia tunjukan kepada Elijah sudah mulai dia tunjukan juga kepada Ga-On. Orang terpenting di dalam hidupnya bertambah.
"Kenapa?" Ga-On membuka matanya lagi, dia tidak bisa lagi tertidur sepertinya.
"Belum tidur? Apa aku harus nyanyi lagu lampu merah lampu hijau?" ucap Yo-Han.
"Haha, Lucu sekali," ucap Ga-On berwajah datar.
"Apa kita harus melakukan olahraga dulu?" tanya Yo-Han lagi.
"Tidak akan pernah terjadi, aku masih marah loh ini. Elijah juga belum memaafkanmu," ucap Ga-On dengan panjang lebar.
"Kamu mikirin apa?" Yo-Han tertawa.
Ga-On langsung tersadar pikirannya tengah malam sudah tidak waras, apalagi Yo-Han selalu mengodanya dengan terang-terangan.
"Tolong, Tuan Yo-Han jangan menggoda saya terus!" Ga-On langsung menutup wajahnya dengan selimut.
Yo-Han jahil, dia membuka selimut yang menutup wajah Ga-On lagi dan menatapnya. "Cilukba!"
"Aku bukan anak kecil, apa Anda mau mati!" Ga-On memang seperti itu, ketika dia kesal akan selalu berkata formal.
Kecupan hangat dari Yo-Han ke kening Ga-On membuat dia sedikit menjinak, bukan rusa liar lagi dan harimau pun menghentikan perburuannya. "Cukup obat tidurnya?"
"Tuan, Kang Yo-Han!"
"Oh, kurang." Kecupannya mendarat lagi ke pipi kanan Ga-On dan dibalas ke sebelah kirinya.
Pemuda polos itu hanya terkekeh, hatinya telah mencair bahkan sudah sangat meleleh. Bagaimana aku bisa marah kepadamu?
**
Keesokan harinya Heo Jeong Se membuat ulah, dia membuka konferensi pers tentang Yo-Han. Dia membuka sayembara untuk mencari semua kelakuan busuk hakim itu. Untuk siapa saja yang menemukan kebusukannya akan diberi ganjaran.
Sepertinya dia sudah memulai peperangan terbuka. Yo-Han hanya menonton nya dengan tersenyum.
-BERSAMBUNG-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Jugde( 악마판사) Fanfiction✔
FanfictionSebuah pengadilan yang dipimpin oleh hakim bijaksana, tetapi sedikit berwatak keras. Dia melakukan cara apapun untuk menghukum orang yang melakukan kriminal. Namun, dibalik semua itu ada tujuan tersirat beliau untuk membalas dendam pada para pejabat...