Yohan terbangun sendiri di kamar yang besar itu, matanya langsung refleks mengalihkan pandangan ke samping mencari keberadaan Ga-On, tetapi sepertinya kekasihnya itu bangun lebih awal. Yohan menarik napas sejenak lalu menghembuskanya perlahan, terlihat cahaya matahari sudah menembus kaca jendela kamar mereka dan benar-benar menyilaukan mata.Ga-On masuk ke kamar lagi. Dia sudah berpakaian rapi, Yohan menatap punggung Ga-On dan sedang mengenakan jam tangan.
"Seperti berkencan saja."
Ga-On terkekeh dan menoleh sekilas.
"Berkencan atas dasar balas budi. Eh, tidak. Aku kan membawa Elijah."
"Oh, iya. Di mana dia sekarang? Apa sudah bersiap-siap juga?" Yohan menyingkap selimutnya lalu turun dari kasur, dia berdiri dengan wajah kusut, berambut berantakan serta tidak memakai atasan.
"Tentu saja. Dia bahkan sangat bersemangat, keluar rumah adalah suatu hal yang langka baginya."
"Aku bukanya posesif, tapi kamu tahukan akhir-akhir ini," ujar Yohan, dia melangkah ke arah Ga-On yang sedang bersiap-siap.
"Iya, aku sekalian mau membahas itu dengan Jaksa Park Ji-Hwan."
"Ga-On! Apakah kita sudah bisa pergi sekarang?" teriak Elijah yang tiba-tiba muncul dari balik pintu, Yohan terkejut lagi. Dia berusaha untuk bersikap santai dan tidak marah-marah pada ponakan semata wayangnya itu, mungkin kalau manusia biasa Elijah sudah dijual di pasar loak.
"Sebentar lagi. Kamu juga sudah bersiap?"
"Tentu saja. Aku mau kabur dari monster di rumah ini," ucap Elijah melirik sinis pamannya itu.
"Siapa yang kau panggil Monster? Semoga saja di luar sana diculik Monster yang asli."
"Aih! Sehari tidak bertengkar, bisa tidak?" Ga-On melototi keduanya, sehingga mereka terdiam sejenak.
"Dia duluan," ucap Yohan perlahan sambil menunduk.
"Kamu sudah tua untuk meladeni Elijah."
Elijah tersenyum sambil menjulurkan lidahnya ke arah Yohan, dia mengejek diam-diam.
"Langsung pulang ya?"
"Iya."
**
Sesampainya di sana Ga-On dan Elijah mencari keberadaan Ji-Hwan, tampak laki-laki berstelan jas putih dari kejauhan, dia melambai ke arah mereka berdua. Ji-Hwan sudah sampai terlebih dahulu di restoran yang mereka janjikan.Elijah mengernyitkan dahinya melihat Ji-Hwan, tapi tidak lama dia langsung berjalan mengikuti Ga-On dibelakang. Ji-Hwan mempersilakan mereka berdua untuk duduk, tak berselang lama ketiganya sudah duduk dengan rapi di meja makan restoran itu.
Park Ji-Hwan melirik Elijah seketika dan mulai bertanya dengan Ga-On. "Apakah dia adikmu?"
"Bisa dibilang begitu." Ga-On menjawab tanpa berpikir.
"Lebih tepatnya adik dari kekasihnya," jawab Elijah menjawab dengan lengkap, tentu saja menjawab dengan ketus. Wajah datar sedatar tembok.
"Cantik, pasti kakaknya tidak jauh berbeda." Ji-Hwan tersenyum manis menatap Elijah.
"Apanya?" tanya Elijah.
"Sudah, jaga sikapmu dengan orang Elijah," ujar Ga-On sembari menepuk pelan tangan Elijah
"Aku hanya tidak suka saja." Elijah memperlahankan suaranya lalu mendidik menatap sepatu cantik yang ia kenakan.
"Ah, biarkan saja. Masih anak-anak, terimakasih karena datang memenuhi undangan saya, Tuan Kim Ga-On, tidak menyangka saja Tuan membawa SEORANG ANAK KECIL," ujar Park Ji-Hwan sembari menekan beberapa kata.
Elijah hanya menatap dengan kesal. Dia memang selalu begitu dengan orang baru, mengikuti Ga-On hanya alasan agar dia bisa keluar jalan-jalan, terlalu lelah dan sesak ketika terus-menerus di dalam rumah.
"Hanya menjalankan janji, tapi bagaimana lukamu? Apakah sudah sembuh?" tanya Ga-On melirik bahu Park Ji-Hwan.
Park Ji-Hwan memegang bahu sebelah kanannya sambil berkata. "Iya, sudah mendingan."
"Baguslah. Saya sangat berhutang budi dengan Anda."
"Tidak perlu berlebihan seperti itu, Saya juga masih hidup," balas Ji-Hwan terkekeh, tak lama kemudian dia mengangkat tangan untuk memanggil seorang pelayan.
"Mau makan apa?"
"Disamakan saja. Saya tidak memilih-milih makanan," jawab Ga-On. "Kalau kamu, Elijah?"
"Spagetti saja. Airnya, air putih."
**
Satu jam berselang, mereka sudah menghabiskan makanan masing-masing. Ji-Hwan bercerita banyak tentang kasus-kasus yang ditanganinya begitu juga Ga-On yang membahas kasus tentang penculikan dan perdagangan anak-anak yang sedang heboh sekarang."Polisi sekarang bekerja dengan lambat atau ada sesuatu yang menghambat?" tanya Park Ji-Hwan kepada Ga-On.
"Sepertinya begitu atau kelompok penjahat itu sangat pintar, sehingga tidak mudah dilacak. Namun, Saya kira mereka akan ditangkap sebentar lagi," kata Ga-On tersenyum. "Tidak salah menaruh harapan kepada polisi Korea Selatan."
"Sangat optimis sekali Tuan Kim Ga-On ini," balas jaksa muda itu terkekeh.
Elijah memegang perutnya, dia sepertinya mengalami gangguan pencernaan. "G-ga-On, p-perutku sakit. A-aku ke toilet dulu, ya?"
"Apa? Ok. Jangan lama-lama ya, aku tunggu di sini."
Elijah langsung berdiri dan berjalan dengan cepat menuju toilet yang ada di restoran. Ga-On sedikit khawatir dia memandangi Elijah yang menjauhi mereka. "Elijah sedikit tidak terbiasa dengan makanan selain makanan rumahan."
"Hmm, begitu rupanya." Ji-Hwan manggut-manggut sembari tersenyum kecil.
Elijah sudah selesai dari toilet, dia mencuci tangannya sejenak sembari bersenandung ringan, seketika sekelebat bayangan orang melewati pintu toilet tersebut. Elijah berpikiran positif mungkin saja itu adalah bodyguard suruhan Yo-Han, paman nya yang posesif membuatnya tidak mencurigai hal itu.
Elijah berjalan keluar sembari melirik ke kanan kiri ruangan, tidak ada siapa-siapa. Hal itu sangat membingungkannya. Apakah penjaga bayaran Yo-Han cosplay jadi tembok? Atau aku saja yang berhalusinasi?
Elijah menepis itu semua, dia mengajar bahunya seketika sembari mengabaikan apapun. Dia langsung berjalan keluar untuk menemui Ga-On yang sedang menunggunya tadi. Dari belakang sebuah tangan besar membekap mulut Elijah, ternyata ditangan orang itu sudah ada sapu tangan yang berisi bius, Elijah tidak menyadarkan diri. Dia pingsan, penjaga Elijah memang ada di sana, tetapi dia sedikit lalai dan memilih untuk mengangkat telepon seseorang.
Selama menjawab telepon mata bodyguard itu langsung melirik ke arah toilet, Elijah sudah dibawa orang yang tak dikenal dengan keadaan yang masih pingsan. Bodyguard itu langsung mematikan telepon dan hendak mengejar penjahat itu, tetapi dari belakang satu pukulan keras dari orang tak dikenal lainnya membuat penjaga itu tersungkur dan pingsan seketika.
Sementara Ga-On merasa Elijah sudah sangat lama sekali berada di toilet.
Apakah gadis itu baik-baik saja? Apa dia tidak pingsan di toilet? Apa pencernaan kembali terganggu seperti tempo hari?
"Maaf, Tuan Park. Sepertinya saya harus menyusul Elijah ke toilet, lama sekali, sepertinya dia butuh bantuan."
"Oh? Iya-iya. Silakan."
Ga-On langsung berlari menuju toilet, sepanjang lorong kosong dan sangat sepi. Ga-On menuju depan toilet wanita sambil sedikit berterima memanggil nama Elijah. Tidak ada respons sama sekali, pandangannya langsung teralihkan kepada bercak darah yang berada di lantai luar toilet tersebut. Ga-On menjongkok dan meraba darah itu perlahan. Sepertinya masih baru, aih sial!
*BERSAMBUNG*
Maaf kalau update makin lama, author dah masuk kuliah lagi. Jadi, sedang berusaha membagi waktu buat ngetik ff lagi.
Komen+vote juseyo.
Seneng banget sekarang udah 15k viewers, selamat datang readers baru, selamat betah readers lama.
Itu aja, sih. Bingung basa-basi, kek nyari topik buat chat doi, kurang lebih seperti itulah gambarannya.
Dahlah ye.
Bubaii.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Jugde( 악마판사) Fanfiction✔
FanfictionSebuah pengadilan yang dipimpin oleh hakim bijaksana, tetapi sedikit berwatak keras. Dia melakukan cara apapun untuk menghukum orang yang melakukan kriminal. Namun, dibalik semua itu ada tujuan tersirat beliau untuk membalas dendam pada para pejabat...