CHAPTER V : Style (3)

420 45 8
                                    

Andrea dan Austin sedang makan siang ketika Taylor sampai di apartemen. Ia tidak berniat untuk sekedar menyapa dan langsung berjalan ke kamarnya, dengan mencoba menahan air mata yang terus menetes seperti tanpa henti.

"Taylor, kau sudah pulang―"

BAM!

Taylor membanting pintu kamarnya dan menguncinya. Ia menghempaskan dirinya ke kasur, menahan rasa sakit di dadanya yang tak kunjung hilang. Air matanya terus meleleh bagai longsor. Barulah kini ia merasa tertampar. Demi benar, seharusnya ia tidak membiarkan perasaannya pada Harry. Pria itu terlalu rumit dan Taylor harusnya mundur saat pikiran itu pernah melintasi kepalanya. Bukan justru berlagak peduli pada Harry dan mempercayainya.

Ponsel Taylor kembali berdering. Dan lagi-lagi Taylor tidak berniat menjawabnya. Ia tahu pasti Harry yang menghubunginya. Persetan dengan Harry dan pesonanya! Kini rasanya Taylor menyesali semua perasaan tololnya pada Harry.

Lagi-lagi ponsel Taylor tidak henti berdering. Taylor mengerang kesal dan meraih ponselnya di tas. Ia melihat nama yang tertera di layar. Ternyata itu Demi. Taylor menekan tombol dan menempelkan ponselnya ke telinga, namun tidak bicara.

"Oh, akhirnya kau menjawabnya juga." Cecar Demi terdengar lega. "Dimana kau sekarang?"

"Demi?" Suara Taylor tercekat.

"Y-ya?"

"Kau benar." Ucap Taylor parau sambil tersenyum lirih. "Kau benar tentang Harry." Air matanya jatuh lagi.

"Sshh...honey, kita bahas tentang itu nanti, oke?"

Taylor tidak menjawab.

"Kau dimana sekarang?"

"Aku dirumah."

"Andrea dan Austin sudah pulang?"

"Ya."

"Kau butuh aku menemanimu disana?"

"Tidak. Aku ingin sendiri saja."

Lalu terdengar ribut-ribut diujung sambungan. Taylor mendengar suara tajam Demi berbicara samar.

"Demi?"

"Taylor, tolong dengarkan aku―" Suara Harry yang kacau tiba-tiba terdengar.

Tanpa berpikir, Taylor langsung mematikan sambungan. Ia tidak sanggup harus mendengar suara Harry dan kembali luluh dengan segala alasannya. Sudah cukup dengan rasa sakit yang pria itu timbulkan. Kini Taylor hanya butuh sendiri dan menenangkan pikirannya.

***

Esok harinya Taylor kembali ke apartemen Niall, tapi bukan untuk berharap menemukan Harry disana. Taylor justru menghindari Harry di kampus dan memilih melewatkan kelasnya pagi ini. Untunglah jadwal kuliah Demi sedang kosong hari ini.

"Niall dirumah?" Tanya Taylor saat Demi membukakan pintu apartemen.

Demi mundur selangkah dan mempersilahkan Taylor masuk. "Dia pergi bersama teman-temannya." Sahutnya.

Taylor manggut-manggut. Ia kembali memperhatikan Demi. "Nice hair." Ia menunjuk gaya rambut baru Demi. Sahabatnya itu mewarnai rambutnya dengan warna hitam dengan ujung-ujung rambut bewarna ungu muda.

"Well," Demi memegangi ujung rambutnya. "Aku hanya bereksperimen dengan rambutku." Ia mengulas senyumnya.

Demi berjalan ke dapur dan kembali dengan sekaleng coke juga makanan ringan. "So, bagaimana keadaanmu?"

Setelah melampirkan jaketnya ke gantungan di dekat pintu, Taylor menerima coke dari Demi dan membukanya. Ia langsung meneguknya. "Buruk." Ucapnya kemudian.

Stuck in Circle | haylor ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang