CHAPTER IV : Style (2)

479 37 0
                                    

A-adik? Apakah Taylor tidak salah dengar?

"Adik-mu?" Suara Taylor mirip dengan bisikan. Matanya menyipit dan menatap laki-laki di hadapannya dengan tak percaya.

Tapi Harry mengangguk. Itu berarti pendengarannya tidak salah. Oh, tidak. Bagaimana mungkin?

"Aku tahu kau kebingungan," ujar Harry santai. Kini laki-laki itu menatap Taylor lurus-lurus dan menangkupkan kedua tangan di pipi Taylor. "Aku akan jelaskan dalam perjalanan. Ini sudah larut, kita harus segera pulang."

Tanpa suara, Taylor menurut dan menutur Harry yang menggenggam jarinya lalu berjalan bersisian. Sungguh, ini sulit dicerna. Dan Harry, kenapa laki-laki itu tetap santai sementara ucapannya barusan membuat Taylor penasaran setengah mati-dan bingung. Oh, sialan.

Di dalam lift, keduanya tetap membisu. Taylor sendiri tetap menunggu Harry memulai pembicaraan. Ia tidak tahu harus berbicara apa, atau pertanyaan apa yang tepat ditanyakan pada Harry. Setelah berada di luar gedung, Harry melepaskan pegangannya dan Taylor berjalan menuju kursi penumpang.
Keduanya sudah berada di dalam mobil, masih dengan kebisuan yang membuat Taylor tidak nyaman. Dengan kepalanya yang penuh dengan berbagai pertanyaan dan dugaan, mana bisa ia diam saja seperti ini.

"Ja-di, Harry..." suara Taylor terputus-putus. "Apa yang terjadi? Kenapa Katie-um adikmu-bisa berada disini?"

Pandangan Harry masih terfokus pada jalanan. Saat ia memutar stir kemudi, ia mulai bercerita. "Bisa dibilang dia depresi."

"Depresi? Kenapa?"

"Karena tidak bisa memilikiku." Harry tersenyum pahit. Tapi sedetik kemudian ia tergelak. "Aku begitu mempesona, bukan?"

Taylor mengerutkan keningnya heran dan tidak mengerti tentu saja. Harry tertawa? Apa menurutnya semua yang baru ia katakan tadi adalah lelucon? Oh, bergaul dengan Louis mungkin membuatnya seperti itu. Meski demikian, Harry benar tentang dirinya. Well, meski harus Taylor akui kalau Harry memang mempesona, tapi sungguh bukan saatnya membahas itu.

Taylor mendengus. "Kau tidak lucu, Styles."

Tawa Harry terhenti dan ia melempar pandangannya ke arah Taylor dengan alis terangkat. Kemudian matanya kembali ke jalanan. "Aku tidak bercanda, Taylor. Memang begitu kenyataannya."

"Aku tidak mengerti."

"Well, aku sendiri tidak tahu kalau Katie adalah adikku saat kami bertemu." Harry bercerita dengan tenang. "Aku tertarik padanya, dan kami menjadi dekat."

Ya, kenapa tidak kau hilangkan saja bagian kau tertarik padanya? Batin Taylor mendecih. Medengar Harry tertarik pada wanita lain membuat sesuatu dalam diri Taylor ingin membanting sesuatu dan berteriak pada Harry. Oh, ini sudah diluar kendali. Ini pertama kalinya Taylor merasa tergila-gila pada laki-laki.

Harry melanjutkan. "Suatu hari aku menemukan foto ibuku di dalam dompetnya. Ya, aku bertanya pada ibuku dan ternyata dia adalah adikku."

"B-bagaimana bisa?"

Belum sempat pertanyaan Taylor terjawab, mereka sudah sampai di depan gedung apartemennya. Hujan deras diluar membuat mereka berlari menuju ke dalam gedung apartemen dan kini baju mereka sedikit kuyup.

DAR!

"Astaga!" Taylor nyaris terlonjak saat mendengar suara petir. Seketika wajahnya memucat dan bibirnya gemetaran.

"Kau baik-baik saja?" Harry memperhatikan perubahan drastis dari wajah Taylor. "Kau...takut petir?"

Dengan ragu Taylor mengangguk. Kemudian Harry terkekeh, membuat gadis di hadapannya mengerucutkan bibir. "Apa kau senang menertawakan sesuatu yang tidak lucu?"

Stuck in Circle | haylor ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang