CHAPTER III : Style (1)

676 43 0
                                    

"Mulai menemukan cerita baru untuk lagumu, huh?” suara Demi terdengar dari samping pintu kamar Taylor. Saat Taylor menoleh, sahabatnya itu sedang berdiri bersandar sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Buku catatan dihadapan Taylor cepat-cepat ditutup dan dimasukannya ke dalam laci sebelum Demi kembali membacanya seperti tempo hari. Buku itu sejak dulu sudah diberi label ‘sangat rahasia’ sehingga tidak ada seorang pun boleh membacanya. Orang-orang hanya boleh mendengarnya kalau potongan kalimat itu sudah menjadi lirik yang utuh dalam sebuah lagu.

Demi menghampiri Taylor. “Apa kali ini tentang Harry?” tebak Demi.

Cepat-cepat Taylor menyangkal. “Tidak. Aku hanya sedang menulis tentang New York.”

Demi menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan gerakan lambat. “Bo-hong.”

Taylor mendengus. “Ugh, terserah kau mau percaya atau tidak.” ucapnya. Ia lalu beranjak dari kursinya menuju ke kasur. “Ada apa kau kemari?”

Demi menutur Taylor duduk di kasur berukuran besar itu. “Kau mau ikut denganku? Niall sedang pergi bersama teman-temannya dan aku tidak tahu harus melakukan apa.”

“Kau sudah resmi tinggal di apartemennya sekarang?” tanya Taylor.

“Belum sepenuhnya,” Demi menggeleng. “Mungkin akhir pekan ini aku akan menaruh semua barangku ke apartemennya.”

Bisa terlihat keseriusan dari wajah Demi kalau ia yakin dengan pilihannya. Meski ada kekhawatiran dalam diri Taylor sebagai sahabatnya. Mengapa Demi tidak pindah dan tinggal saja bersamanya?

Taylor pernah menanyakannya dan Demi hanya menjawab tidak ingin merepotkan dan menambah beban di keluarga Taylor yang sebenarnya sama sekali tidak. Semoga saja Niall adalah pria seperti yang dikatakan Demi. Pria yang menyanyanginya dan siap menjaga sahabatnya.

Tanpa Taylor sadari Demi sudah berdiri di hadapannya dan menarik lengannya. “Ayo-ayo. Lagipula daripada kau melamun disini, lebih baik kau keluar dan mencari ide baru untuk lagumu. Tentang pemandangan misalnya?”

“Memangnya aku membuat lagu untuk anak kecil?” cibir Taylor dibalas tawa oleh Demi.

“Baik-baik. Ayo kau ganti baju sana!” Demi mendorong tubuh Taylor ke depan lemari pakaiannya. “Aku akan tunggu di luar.”

Hampir dua puluh menit kemudian Taylor keluar dari kamarnya setelah berganti pakaian. Ia kemudian berjalan menghampiri Demi yang sedang menonton televisi sambil merebahkan dirinya di sofa. “Oke. Aku siap.” ucap Taylor mengambil sweaternya yang tersampir di lengan sofa.

Demi mengangguk dan berdiri dari duduknya yang nyaman. “Baiklah.” Ia pun berjalan setelah Taylor menuju pintu apartemen.

Baru saja Taylor memegang knop pintu dan menariknya ke dalam saat seseorang sudah berdiri di hadapannya dan bersiap untuk mengetuk.

“Oh―hai, Harry.” Taylor sedikit terkejut karena kedatangan pria yang kini sedang mengulas senyumnya lebar. Tiba-tiba saja Taylor merasa jantungnya berdetak lebih keras.

“Hai, Taylor.” sahut Harry. “Kau mau pergi?”

Taylor mencoba mengendalikan diri dan juga jantungnya yang berulah kemudian menggangguk kecil. Dirinya dilanda gugup luar biasa. “Ya, Demi ingin ku temani selagi Niall pergi dengan teman-temannya.”

Sejak kejadian ciuman setelah makan siang kemarin, mereka memang belum bertemu lagi secara langsung. Hanya beberapa kali mereka saling mengirim pesan dan bertelepon. Sebenarnya Taylor ingin sekali menanyakan kemana hubungan mereka kini. Hanya saja ia masih terlalu takut untuk bertanya. Bahkan jangankan untuk bertanya, melihat Harry berdiri di depannya saja sudah cukup membuatnya salah tingkah.

Stuck in Circle | haylor ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang