CHAPTER X : Shake it Off (2)

417 35 6
                                    

"Siapa yang siap untuk tampil?" seru Demi dari arah pintu. Aku menoleh ke arahnya dan ia langsung menunjukku sambil tersenyum lebar. "Aku tidak sabar melihatmu malam ini."

Aku bangkit dari sofa dan memeluk Demi sekilas, juga meninju bahu Niall pelan. Mereka akan pergi ke tempat Zayn bersamaku malam ini. Well, meskipun aku yakin bukan untuk melihatku tampil, tapi untuk merayakan hubungan mereka yang entah aku lupa ke berapa.

"Aku akan bersiap sebentar lagi," ujarku lalu berlalu ke kamar. Saat sedang berganti pakaian, aku mendengar Mom memanggilku dari luar.

"Ayahmu menelepon." Seru Mom. "Kemana ponselmu?"

Ponsel? Ah, aku lupa mengisi ulang baterainya. Setelah berganti pakaian, aku keluar dari kamar dan menemui Mom. "Kenapa dengan, Dad?"

"Dia ingin bicara denganmu." Ucap Mom sambil menunjuk pesawat telepon di atas meja. "Kau hubungi saja dia lagi."

Aku mengangguk dan meraih gagang telepon untuk menghubungi Dad. Menunggu beberapa saat, suara Dad terdengar di ujung sambungan. "Halo, Dad?"

"Hei, darling," sapa Dad yang membuatku seketika merindukannya. "Apa kau senang disana?"

"Well, ya." Aku mengangguk.

"Sweetie, ini sudah liburan, bukan? Kapan kau akan kembali kesini dan merayakan natalmu bersama ayahmu yang kesepian ini?"

"Jangan buat aku merasa bersalah karena meninggalkanmu, Dad. By the way, aku akan kembali ke Nashville. Austin akan senang kembali kesana."

"Taylor," aku bisa mendengar helaan nafas Dad diujung sana. "Ada baiknya kau pergi sendiri saja. Ibumu akan sendirian jika Austin ikut."

"Mom tidak akan keberatan, Dad." Aku mencoba meyakinkan. Kenapa aku punya firasat kalau Dad tidak menginginkan Austin ikut ke Nashville bersamaku?

Sesaat hening disana. Aku mencoba memikirkan apa yang ayahku maksudkan dengan menyuruhku pergi ke Nashville sendirian. Kalau ia tidak menginginkan Mom ikut bersamaku, aku bisa terima. Tapi Austin?

Dad kembali bicara. "Aku tidak sabar melihatmu lagi, sayang."

"Aku tidak yakin, Dad. Akan aku bicarakan lagi dengan Mom." Kemudian aku langsung menaruh gagang telepon di tempatnya.

"Apa kata ayahmu?" Mom sudah berdiri di sampingku.

Aku menggeleng, tidak begitu mengerti apa yang terjadi. "Aku tidak tahu, Mom. Kita bicarakan ini nanti, oke? Aku harus pergi." Ucapku saat melihat Zayn sudah ada bersama Demi dan Niall.

"O-oke." Sahut Mom tidak aku dengar lagi karena aku langsung bergabung bersama ketiga temanku.

Aku melihat Zayn menatapku dengan mata teduhnya. Harus aku akui tatapannya itu bisa memberikan ketenangan tiap aku melihatnya. Hanya saja entah kenapa dalam hati aku selalu merasa bukan ketenangan itu yang aku inginkan. Bukan kedamaian yang sama yang aku rasakan tiap aku melihat Zayn. Karena Zayn bukan Harry. Astaga kenapa aku mulai seperti ini lagi? Cukup.

"Kau baik-baik saja?" Zayn menatap lurus mataku.

Aku mengangguk. "Ya, hanya sedikit gugup."

Zayn mencibir. "Kau hebat, Tay. Kau tidak perlu gugup."

"Well, terimakasih. Itu sangat membantu." Aku berucap seantusias mungkin.

Niall tiba-tiba menyela. "Kalian mau tetap disini atau ikut bersama kami?" tanyanya sakartis.

Zayn memutar bola matanya. "Ya, tentu saja." Ia lalu melirik ke arahku sambil menjulurkan tangannya. Dengan kikuk aku menerimanya.

***

Stuck in Circle | haylor ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang