CHAPTER XIV : Bad Blood (2)

420 40 0
                                    

Seorang gadis muda bertubuh kecil dan rambut tembaga berdiri mengulas senyum di hadapanku. Seketika pikiranku kembali menguasaiku, menduga-duga siapa wanita ini. Apakah dia gadis lain yang dekat dengan Harry? Astaga aku benar-benar menyesal memikirkannya karena kini rasanya aku ingin menangis.

Saat wanita itu melihatku heran, aku berusaha menemukan suaraku. "Um, kurasa aku salah tempat. Maafkan aku."

"Kau mencari keluarga Styles?" tanya wanita itu dan aku mengangguk kikuk. Kemudian ia kembali bicara. "Aku Jane Fanning. Keluargaku pindah kemari beberapa hari lalu."

Mataku melebar mendengar kalimat Jane. "Kau penghuni baru? Lalu kemana Har-keluarga Styles?"

Jane menggeleng dan memasang wajah murung. "Maafkan aku tapi aku tidak tahu. Aku hanya tahu dulu apartemen ini diisi oleh anak dari Mr. Styles."

Aku berusaha mengulas senyum. "Well, terimakasih banyak, Jane. Aku Taylor by the way, Taylor Swift. Aku juga tinggal di gedung ini." Ucapku berharap terdengar normal.

Kami berjabat tangan untuk sesaat. "Senang bertemu denganmu, Taylor." ucap Jane. Setelahnya aku berpamitan pada Jane dan kembali berjalan menuju lift dengan kepala yang semakin terasa berat. Kemana Harry pergi? Atau jangan-jangan dia kembali ke Inggris? Oh, kuharap dugaanku salah besar.

Sampai di lantai apartemen milikku, ponselku bergetar di dalam tas. Segera aku meraihnya dan melihat nama Zayn tertera di layar.

"Hei, kau sudah pulang?" sapa Zayn dan aku berbohong kalau aku sedang mencoba untuk tidur sekarang. Sepertinya Zayn menyadari kalau aku tidak ingin bicara dengannya.

"Maafkan aku menganggu istirahatmu. Aku hanya berpikir kalau kau mungkin mau bergabung denganku saat malam tahun baru? Hanya menghabiskan waktu di apartemenku, denganku dan Niall yang terus murung."

Aku hendak menolak sampai aku teringat kalau aku sebenarnya berhutang padanya saat Niall datang ke apartemenku. "Baiklah." Aku memaksakan tawa kecil. "Kurasa aku tidak jauh berbeda dari Niall."

Sejenak Zayn tidak menyahut. Kini aku menyesal mengatakannya. Zayn pasti merasa tersinggung sekarang.

"Jangan berpikiran seperti itu. Aku akan selalu bersamamu, Tay." Ucap Zayn yang membuatku mengulas senyum.

"Ya, aku tahu." Sahutku pelan. "Terimakasih."

"So, sampai bertemu nanti." Ucap Zayn mengakhiri sambungan. Aku memasukan ponsel kembali ke dalam tas dan berjalan masuk ke apartemen.

Berada di dalam, aku melihat Austin yang sedang menonton televisi. "Taylor," panggilnya saat aku melewatinya hendak menuju ke kamarku.

Aku berhenti melangkah dan berbalik menghadapnya. "Ada apa?"

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, tentang Dad kemarin..." ucap Austin namun aku mencegahnya. Aku tidak ingin membicarakan apapun tentang masalah Dad dan Nashville. Sebenarnya hal itu membuat hubunganku dan Austin sedikit merenggang, tapi aku sedang tidak ingin membahas apapun. Otakku terlalu lelah berpikir dan ingin secepatnya beristirahat.

"Kita bahas lain kali saja." Tolakku lalu berjalan ke kamar dan menutup pintu.

***

Keesokan harinya, tanpa kuduga Demi datang ke tempatku. Aku sempat terkejut mendapatinya berdiri di ujung ranjangku saat aku membuka mata. Saat aku beringsut ke posisi duduk, Demi berjalan mendekat dan duduk di sofa dekat jendela. Ia hanya diam memandangiku dengan mata sembap.

"Ada apa, Dem?" aku berinisiatif membuka pembicaraan.

"Kau tahu Harry tidak lagi tinggal di apartemennya?" Demi balik bertanya padaku, dan aku menjawabnya dengan anggukan kecil. Dia mengunjungi apartemen Harry sebelum kesini? Pikiran itu membuatku marah, tapi aku berusaha tidak memikirkan itu dan mengalihkan pikiranku pada Demi.

Stuck in Circle | haylor ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang