CHAPTER XX: This Love (2)

327 29 6
                                    

Harry’s POV

Aku menunggu reaksinya.

Raut wajahnya sama sekali tidak bisa kuartikan. Aku menyesal mengatakannya. Bagaimana kalau dia sungguh-sungguh dan memintaku untuk pergi dari hidupnya.

Aku tidak akan bisa.

Aku tidak bisa. Aku harus membuatnya yakin dan percaya padaku.

Lama ia terdiam. Kurasa masih ada harapan untukku. Setidaknya dia tidak sebegitu membenciku dan dengan mudahnya menyuruhku pergi. Dia masih berkutat dengan pikirannya.

“Kau tidak bisa, bukan?” tanyaku seakan mendapat suntikan energi untuk terus meyakinkannya. “Kenapa kita tidak menyingkirkan semuanya dan mengikuti apa yang hati kecilmu suarakan?”

“Apa yang kau tahu tentang hatiku?” ucapnya dingin dan sakartis.

“Apa yang kau tahu tentang hatimu?” tanyaku dan dia terdiam.

“Lupakan saja, Harry.” ucapnya kemudian lalu hendak meninggalkanku.

Aku menahan lengannya. “Kenapa kau selalu menyangkal hatimu?”

“Kau tidak tahu apa-apa tentang itu, Styles!"

Aku mengangguk. “Ya, kau benar.” Ucapku. “Tapi aku tahu ada sesuatu tentangku di dalam hatimu yang masih bisa kuperjuangkan.”

Kukira dia akan tersenyum padaku. Nyatanya dia tersenyum, hanya saja senyum sinis yang membuat sesuatu dalam diriku merasa miris.

Dia melepaskan lengannya dariku. “Aku sudah menyerah, apa kau mengerti? Selama ini aku berusaha mengikuti hatiku, tapi apa yang terjadi? Apa kau berharap aku masih mau mengikuti hatiku setelah kau buat hatiku hancur? Apa kau ingin menghancurkannya kembali saat aku mencoba mengikuti hatiku lagi?” ucapnya membuat langit di sekitaranku runtuh.

Dia menyerah.

Kenyataan yang tidak pernah ingin aku akui. Tapi dia mengatakannya, dia menyerah. Lalu apakah aku harus menyerah juga?

***

Taylor’s POV

Tatapan nanar milik Harry membuat diriku teriris nyeri. Aku mengatakannya dan dia masih bersikeras. Aku tidak tahu kalimat apa lagi yang bisa membuatnya melupakan semua ini.

Harry mengulas senyum tipis padaku dan berkata, “Sampai bertemu lagi di New York, Tay. Aku akan berada disana, menunggumu.” Ucapnya dan kemudian dia hendak berbalik pergi.

Saat itu mom datang dan menghadang Harry. “Hei, pantai di arah sana, boy!” seru mom dan aku tidak bisa mendengar apa yang Harry katakan pada mom.

Aku tahu mereka membicarakanku karena setelahnya mom melirik ke arahku. Berusaha menghiraukannya, aku berbalik menuju pantai dan menyusul Austin, Julian juga Cheryl.

“Ada apa?” tanya Austin begitu aku sampai di dekat mereka.

Aku hanya angkat bahu, tidak ingin merusak lebih jauh lagi hariku—juga hari mereka dengan masalahku. Jadi untuk melupakannya, aku bergabung bersama ketiga remaja ini bermain air dan pasir di pantai. Julian sedang teliti membangun istana pasir dengan Cheryl.
Austin yang baru datang pun bisa tahu kalau Julian memiliki perasaan pada sahabatnya itu. Jadi aku dan Austin bersekongkol untuk mengerjai keduanya. Yah, hanya merusak istana pasir Julian sih tepatnya. Akhirnya kami bermain ombak dan berkejar-kejaran. Aku dan Austin bersama Julian dan Cheryl.

Menjelang sore, kami duduk di pinggiran pantai, di hamparan pasir hangat bersisian, menunggu matahari terbenam. Aku tidak menyadari kalau Harry masih ada di sini hingga ia duduk di sampingku, bersama dengan yang lain.

Stuck in Circle | haylor ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang