Gadis itu membuka matanya perlahan-lahan, merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Ia duduk dari tidurnya lalu memperhatikan sekitarnya, dia masih berada di asrama, apa yang sudah terjadi?
Ahh dia mengingatnya.
"Tunggu, kan ku terlempar dan pingsannya di dekat tembok, kok sekarang akunya di kasur?" tanya nya pada dirinya sendiri saat menyadari dirinya yang berada di atas kasur miliknya.
Ellifar lalu melihat ke arah jam weker yang berada di atas nakas samping kasurnya.
"HEH!?"
Ia begitu terkejut sangat-sangat terkejut menyadari sekarang sudah jam 3 sore.
Dengan cepat ia bangkit dari kasurnya lalu melompat tapi seketika badannya kembali nyeri dan itu membuatnya tidak bisa mendarat dengan baik malahan terjatuh.
"Aww!" Rintihnya kesakitan lalu dengan perlahan bangkit dan memasuki kamar mandi.
"Ell!! Ellifar!!!" teriak Naura sambil berjalan-jalan di lorong lantai 3 Hogwarts mencari adiknya itu.
"Sudah kubilang tadi, adikmu yang satu itu pasti sudah tenggelam di danau hitam atau bahkan lebih parahnya mati di terkam hewan di hutan terlarang," ucap Dipa dari belakang Naura.
Naura langsung berbalik. "Apa-apaan ucapan mu itu, sangat tidak masuk akal," balasnya lalu merogoh saku jubahnya siap-siap mengambil tongkatnya.
"Yaaa itu sudah pasti, memangnya kalian sudah menemukannya?" Dipa mendekati Naura membuat Naura mundur.
"Belum tapi kami pasti akan menemukannya," ucap Naura semakin mengencangkan pegangan tangannya di tongkat miliknya di dalam kantung jubah.
"Okay, tapi lebih baik sepertinya jika mereka juga mencari mu," ucap Dipa semakin mendekat.
"STU-"
"Expelliarmus!" Naura lebih cepat menangkis mantra itu membuat tongkat Dipa yang di pegang oleh pemiliknya langsung terlempar dan Naura mengambilnya.
Dipa melihat itu merasa kesal dengan Naura. "Balikin tongkat ku!" teriak Dipa tapi Naura mengangkat bahunya tak ingin.
Secara tiba-tiba baju belakang Naura ketarik lalu terlihat seseorang yang kini menarik baju belakang Naura tadi.
Naura melihat siapa seseorang itu dan tersipu, itu Draco Malfoy.
Mereka berdua saling tatap-tatapan satu sama lain.
"Beautiful," gumam Draco tapi masih bisa di dengar oleh Naura alhasil ucapan itu membuat pipi Naura memerah.
"Apa-apaan sih!" Naura sadar dan langsung mendorong Draco.
"Jijik tau gak sih," ucap Naura.
"Ku lebih jijik harus berhadapan dengan penghianat darah seperti mu," ucap Draco membuat Naura langsung mengacungkan tongkatnya ke dagu Draco.
"Jangan pernah ucapkan kata-kata itu lagi." Naura tersulut emosi dan langsung memberikan tongkat Dipa ke Draco.
"Ini tongkat saudara mu."
Lalu pergi dari sana meninggalkan Dipa yang terus-menerus meneriaki nya dengan kata-kata hinaan.
Naura berlari berusaha agar melupakan kata-kata hinaan itu, kata-kata yang paling ia benci, ia sangat benci saat keluarganya di panggil penghianat darah.
Itu adalah kata-kata yang sangat hina.
Naura menangis, kata-kata yang selalu ia hindari untuk di dengar kini ia mendengar nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Potterhead
RandomIni tentang kedua keluarga yang selalu bermusuhan hingga turun temurun ke anak mereka. Tidak ada yang tahu kalau ternyata salah satu anak dari masing-masing keluarga itu memiliki niat bersama yaitu mendamaikan kedua keluarga. Apakah itu berhasil? �...