"Hei kamu! Kamu yang kemarin ngutang buku gambar marsha and the bear kan? Ayo ngaku," ucap teteh Umbridge.
"Teteh salah mungkin! apa maksud teteh itu kakakku?" ucap Arken, Umbridge melihat sudut ke sudut dari Arken.
Umbridge melihat Arken dari atas rambut hingga ujung kini, memperhatikannya berusaha menemukan perbedaan.
"Oh ya, maaf ya ganteng, teteh kira kamu, soalnya mirip, makasih ya udah ngasih tau teteh, kalau teteh nggak tau, mungkin kamu udah ditanam dikebun teh," ucap Umbridge.
Arken menjauh dari warung teteh Umbridge. lalu menatap sinis ke Umbridge. Arken memberikan secangkir kopi kepada Ray.
"Makasih ya Ken! kamu baik banget." Ray berterimakasih kepada Arken, lalu mengelus dadanya yang habis meledak ledak, karena tadi pagi Ray berantem dengan Dipa.
Plesbek.
"Bisa nggak, jangan nunjukin muka lo ke gue? Atau ngga, oplas aja sana! gue udah muak liat muka lo," ledek Dipa, Ray menatap kakaknya itu hanya dengan tatapan datar.
"Kalau ku oplas yang ada, kamu naksir sama aku," ucap Ray, membuat suasana menjadi positif.
"Najis banget gue naksir lo, emang lo siapa gue? lo aja ngga pernah tau gue ultah kapan, ngga pernah nurut ke gue." Dipa dengan sombong memberikan tatapan sinis kepada Ray.
"Emang lo siapa gue juga? Kok lo ngatur? emang gue harus ingat lo ultah kapan, itu kaga ada urusannya sama gue, kalo ada yang bilang lo ultah, gue sih tinggal bilang selamat hbd aja, ngapain beri beri hadiah segala? Hemat duit tsayy," ucap Ray merapikan rambut yang mulai panjang nya.
"Emang gue peliharaan lo, harus patuh gitu sama lo? Engga bro, lo bukan orang penting, jadi ya gue ngga bisa deh taat ke lo." Muka Dipa memerah kesal mendengar pernyataan yang dilontarkan Ray.
"Bajingan lo ya!" Dipa mengeluarkan tongkatnya lalu melempar Ray, Ray terjatuh dilantai, dan menabrak tembok asrama.
dan begitulah plesbeknya.
Lucy datang kearah Ray duduk, lalu duduk disamping Ray.
"Kepalamu kenapa? Tangan lagi tangan lagi, enggak sekalian patahin aja tuh tangan," Ucap Lucy melihat tangan Ray.
"Sembarangan lu! ada aja, kalau tangan pun patah, gimana dia mau beraktivitas." Arken ngawur mencoba akrab dengan Lucy.
"Ya pake kaki lah," ucap Lucy "mending kalau gitu, ku patahin juga tanganmu, buat ganti tanganku yang kamu patahin itu," ucap Ray kesal.
"Mending ngga usah patahin tangan," balas Lucy, krik krik, meja itu pun sunyi.
Krik krik krik krik
"Hushhhhhhhhhhhhhhhh........ aku sendiri yang waria disini." Ray melihat kanan kirinya langsung pergi dari sana.
_._._._._._._._._._._._._._._._._.
"Naura!! Tunggu! Ada yang ingin ku bicarakan sama kamu." Draco menahan lengan Naura yang ingin kabur dari hadapan Draco.
Naura menarik nafasnya dan mengatur cara bicaranya bersama Draco.
"Ya? Ada apa?" tanya Naura penasaran, Draco melihat sekelilingnya.
"Coba jawab yang jujur! Selama ini kamu suka sama aku kan? Kamu selalu mantauin aku dari jauh, ngambil foto ku dari jauh, karena suka kan?" jelas Draco.
"Dih, geer! nggak mungkinlah aku suka sama kamu, byee!" Naura pergi dari hadapan Draco dengan rasa kesalnya.
"Dasar pengecut!"
Naura mendengar teriakan dari Draco langsung menghentakkan kakinya seperti bayi yang marah mendatangi ke ibunya.
"Maksud kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Potterhead
RandomIni tentang kedua keluarga yang selalu bermusuhan hingga turun temurun ke anak mereka. Tidak ada yang tahu kalau ternyata salah satu anak dari masing-masing keluarga itu memiliki niat bersama yaitu mendamaikan kedua keluarga. Apakah itu berhasil? �...