chapter 2.

1.7K 247 4
                                    

Keesokan harinya (m/n) sedang menuju ke kota yang agak jauh dari desa untuk membeli hadiah ulang tahun sang kakak tercinta.

"Hmm... Kurasa hadiah yang cocok untuk kakak itu, emm... Haori? Kimono? Bunga? Boneka? Gelang? Jepit rambut? Atau apa ya?" Batin (m/n) bertanya-tanya.

Setelah berfikir beberapa jam ia pun memutuskan untuk membeli jepit rambut saja. Karena melihat tampilan Amane di anime maupun manga kakaknya hanya mengikat rambutnya saja tanpa ada hiasan apapun.

Begitu menemukan jepit rambut yang menurutnya bagus (m/n) segera membeli benda itu dan langsung pulang. Hari masih siang, matahari masih memerlukan beberapa jam lagi untuk turun dari langit.

(M/n) berjalan pulang dengan suasana hati senang. Dia bahkan sesekali bersenandung.

Saat memasuki desa (m/n) disambut ramah oleh warga desa. Mereka senang karena (m/n) sudah mengusir preman yang meresahkan kemarin.

Senang? Tidak! (M/n) sama sekali tidak senang dengan sambutan ini. Dia lebih suka warga desa bersikap biasa saja padanya.

Kesal dan muak, itulah kata yang ada di kepala (m/n). Dia merasa jika warga desa ini terlalu penakut. Mereka bahkan tak menunjukkan perlawanan sama sekali saat melihat para preman merebut sesuatu milik mereka.

(M/n) memasang wajah datar tanpa ekspresi. Didalam hatinya ingin sekali dia berteriak keras.

Ia lalu berjalan tanpa mempedulikan sapaan dari siapapun yang menurutnya tak penting dan buang-buang waktu. (M/n) juga lelah, luka yang ia dapatkan dari pertarungan kemarin masih terasa.

Bruk!

"HEI JALAN YANG BENAR DONG!" (M/N) berteriak kala seorang anak kecil menabrak dirinya hingga hadiah untuk sang kakak terjatuh.

"Ugh! Maafkan aku!" Balas anak kecil itu.

(M/n) menghela nafas lelah, untungnya anak kecil ini tidak seperti bocil meresahkan di kehidupan lamanya.

Ia hendak mengambil hadiah tadi namun anak kecil itu sudah mengambilnya duluan.

"Berikan" ucap (m/n).

Anak kecil tadi memandang hadiah (m/n) dengan mata berbinar-binar.

"Ne nii-chan, jepit rambut ini bagus sekali. Apa boleh aku ambil?" Ucapnya dengan nada menggemaskan.

"Tidak!" Balas (m/n) dengan nada dingin.

"Eh, tapi aku menyukai ini"

"Apa peduliku?"

"Ibuku akan membelinya, jadi boleh ya?"

"Kalo ibumu bisa beli ya beli yang lain aja. Ini milikku" balas (m/n) lalu mengambil hadiah tadi dengan paksa.

"Ah!" Mata anak itu mulai berkaca-kaca, lalu perlahan menangis.

(M/n) yang tak peduli pun pergi meninggalkan anak kecil tadi. Ia menghela nafas.

"Sabar (m/n), dia anak kecil jangan kau hajar" batin (m/n).

Buk!

"Hati-hati" (m/n) berkata saat ada seseorang yang menabraknya, padahal dia sudah menepi.

"Oi!" Orang yang ia tabrak memanggil.

(M/n) menatap orang tadi malas.

"Kau tidak mau mengatakan sesuatu?" Orang itu bertanya.

Dari penampilannya sepertinya dia bukan warga desa ini.

"Emm... Kalo jalan lihatlah kedepan, jangan fokus pada pacarmu saja" ucap (m/n) mirip wanita yang ada disamping pria itu.

pemburu iblis gila! (kny x mreader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang