chapter 13.

1K 127 49
                                    

Warning! ⚠️

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

(Perhatian gambar di atas baik-baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Perhatian gambar di atas baik-baik. Hitung, giginya ada 21 kayaknya.)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dari yang saya tahu, (m/n) berasal dari keluarga pedagang. Orang tuanya memiliki bisnis yang cukup besar, ia juga mempunyai seorang kakak perempuan.

Kedua orang tuanya tewas karena perampokan yang terjadi di rumahnya. Pihak kuil menerima (m/n) dan kakak perempuan sebagai balasan atas bantuan yang sering diberikan oleh orang tua mereka.

Saat itu (m/n) masih berusia 5 tahun. Dia selalu menatap benci pada siapapun yang mendekatinya. Kakak perempuannya bilang jika sikap (m/n) itu di karenakan ia melihat sendiri bagaimana para perampok membunuh kedua orang tua mereka dengan senyuman di wajahnya.

Kagaya mendengarkan cerita Amane dengan seksama. Terdapat kesedihan di matanya.

"Setahun kemudian (m/n) kabur dari kuil. Pihak kuil bersama kakaknya mencari keberadaan (m/n) selagi hari belum malam. Saya tidak tahu secara rinci kejadiannya seperti apa.

Matahari terbenam, pihak kuil menghentikan pencarian namun kakak perempuan (m/n) tetap kekeuh mencarinya. Begitu matahari terbit pihak kuil kembali melakukan pencarian. Mereka menemukan (m/n) yang sedang sekarat di pinggir sungai.

Sejak malam itu kakak perempuan (m/n) menghilang dan tidak bisa ditemukan. Pihak kuil berusaha menanyai (m/n) namun tidak berhasil. Selama seminggu penuh (m/n) mengalami koma.

Begitu terbangun, (m/n) kehilangan ingatannya.

Saat itu, aku tidak bisa mengatakan tidak ketika (m/n) menanyakan apa benar aku adalah kakak perempuannya. Sampai detik ini, saya masih tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada (m/n)."

"Amane ..." Kagaya memanggil nama sang istri dengan nada lembut.

Meski sudah tidak bisa melihat kagaya bisa merasakan nada kesedihan dalam setiap kata yang diucapkan Amane.

"Kagaya-sama ... Menurut anda, haruskah saya memberitahukan kebenaran yang sesungguhnya pada (m/n)?"

Kagaya tak langsung menjawab, dia tahu jika Amane masih belum selesai berbicara.

"Di satu sisi saya ingin memberitahukan kebenaran padanya namun, di sisi lain saya tidak sanggup membayangkan seperti apa reaksi (m/n)."

Jeda sebentar.

"Kebenaran memang harus dikatakan, namun kau bisa memberitahunya di waktu yang lebih tepat, Amane."

Kagaya memberikan saran. Amane mulai merenung.

pemburu iblis gila! (kny x mreader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang