Februari, 2012
"Mama! Aku berangkat, ya!"
Suara melengking, yang sudah sangat sering terdengar di sepenjuru rumah itu, kali ini kembali menciptakan kegaduhan. Itu suara Lavi, gadis belia berusia enam belas tahun; yang sebentar lagi akan menginjak angka tujuh belas.
Lavi sudah siap. Dengan ransel sekolah yang tak terisi apa pun selain satu buah flashdisk, ponsel yang hampir habis daya baterai, charger, headset biru kesayangan yang sudah mengelupas di satu sisi, serta dompet dengan uang tak seberapa, gadis itu sudah benar-benar mirip seperti pelajar yang kurang niat. Bukan salahnya. Tujuannya memang hendak ke sekolah malam ini, tetapi bukan untuk mengikuti pelajaran seperti biasa.
Sebagai salah satu murid Multimedia, tampaknya sudah sangat wajar jika para guru memberikan tugas akhir yang berhubungan dengan pengeditan video dan semacamnya. Yang jadi kendala, CPU di rumahnya tiba-tiba meledak ketika gadis itu sedang asyik memainkan Zuma. Benar-benar meledak, hingga menghasilkan bunyi blep yang tak terlalu nyaring, tetapi cukup untuk mengagetkan. Dibarengi dengan terciumnya aroma hangus seperti nasi yang terlalu lama dimasak.
Lalu layar menghitam, menghilangkan penampakan si kodok Zuma yang sebentar lagi akan bertambah level. Sial. Padahal komputer itu berisikan tugas-tugasnya yang sudah separuh terselesaikan.
Dibayangi kebingungan karena ancaman 'tidak lulus' yang sudah tergambar, Lavi mengambil jalan pintas yang selalu dilaluinya tiap kesusahan melanda; menelepon Rhys. Pemuda itu pasti membantu, tak peduli se-repot apa pun keadaannya saat ini.
Dan Rhys memang membantu, jika saja ucapan semacam ini bisa dikategorikan sebagai salah satu bantuan; Lo bisa pakai komputer sekolah. Kenapa harus lapor ke gue? Gue bukan abang-abang warnet!
Sialan, Rhys! Pemuda itu pasti saat ini juga sedang sibuk mengerjakan tugas miliknya, berkutat di depan laptop putih yang selalu dibawa ke mana-mana seperti orang pintar. Padahal, Rhys Orion adalah sosok yang jauh dari kata itu (menurut Lavi).
Jadilah, Lavina pergi ke sekolah, pukul tujuh malam, diantar oleh pengawal pribadi yang tak akan pernah membiarkannya pergi ke mana pun sendirian; Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raining (End)
Ficção Adolescente(Jihoon, Asahi, Hyunsuk AU / not bxb) Ini cerita tentang hari hujan. Di mana rintik-rintik bening setia hadir menemani segala situasi, menjadi saksi dari suka-cita, kesakitan, kasih sayang, air mata, dan tawa yang tercipta. Datangnya gerimis yang se...