Hujan Kesebelas; "Gue pernah bilang, 'kan?"

21 4 1
                                    

Gerimis telah turun ketika kedua sahabat itu sampai di kediaman Rhys, merecoki Arshella yang sedang menonton acara televisi. Gadis itu tampak tak terganggu, malah terlihat lega karena adiknya sudah kembali. Dia benci ditinggalkan sendirian ketika hujan. Ketakutannya terhadap guntur tak berkurang, sekalipun usianya bertambah.

"Kalau mau minum, ambil sendiri di kulkas, ya, Lav. Kamu bukan tamu," kata Shella, sebelum akhirnya perempuan itu meninggalkan ruang depan, tak ingin mengganggu Rhys dan Lavi yang (katanya) akan mengerjakan tugas.

Dan mereka tak menyeleweng dari niat awal, benar-benar sibuk dengan pekerjaan rumah-yang seharusnya tak menjadi tanggung jawab Rhys. Dengan sabar, pemuda itu membimbing Lavina, mengarahkan seperti seorang guru les yang berpengalaman. Sesekali dia akan menyentil kening teman perempuannya, atau menjewer, atau menarik rambut, jika Lavi tiba-tiba hilang fokus.

"Nanti lo ketik sendiri di rumah. Laptop gue lagi diservis," kata Rhys, yang hanya dijawab dengan angguk singkat oleh si gadis. Dilihatnya, gelang pemberian Kala saat ini melingkar di tangan kanan Lavina. Mungkin anak itu memakainya ketika mereka berkendara tadi.

"Ciye, gelangnya dipakai. Kangen, ya?" godanya, sedikit menyebalkan.

"Sstt!" Hanya itu respons yang diberikan oleh lawan bicaranya. Entah karena sedang betul-betul berkonsentrasi pada tugas, atau hanya tak ingin membahas tentang Niscala. Yang jelas Lavi tetap tak acuh saat ini, menulis dengan tenang hingga mengabaikan kawannya.

Yang diabaikan akhirnya diam, tak menggoda lebih lanjut. Dia membiarkan Lavi fokus dengan buku, sementara tangannya sudah teralih pada ponsel, mengakses laman Twitter, mengetikkan nama Niscala Rahardian pada kolom pencarian.

Ada banyak hasil yang didapat, tetapi Rhys berhasil mengenali akun milik mantan temannya itu dengan baik. Terlihat dari foto profil yang benar-benar tidak asing.

Niscala betul-betul berubah. Dalam hati, Rhys menyorakkan kekaguman karena perasaan pemuda itu pada Lavi tak lekang dimakan waktu. Terlebih, ketika membaca deretan status yang tersedia di timeline. Tak menyebutkan secara tertulis, tetapi Rhys yakin, ocehan-ocehan itu ditujukan untuk Lavina. Apalagi status yang terbaru, diunggah sekitar lima belas menit yang lalu.

     Iseng, Rhys menekan tombol follow, lalu masuk pada kolom direct message yang tersedia di profil Kala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iseng, Rhys menekan tombol follow, lalu masuk pada kolom direct message yang tersedia di profil Kala.

     Iseng, Rhys menekan tombol follow, lalu masuk pada kolom direct message yang tersedia di profil Kala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raining (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang