002

2.9K 276 20
                                    

Satu minggu telah berlalu semenjak insiden Jennie mengetahui rencana keluarganya untuk mengadopsi seorang bayi. Dn Kini tiba hari dimana jiyong dan jisoo menjemput bayi tersebut dari panti asuhan, ya hanya mereka berdua yang berangkat mengambil bayi tersebut, sedangkan dara dan Jennie tetap berada di rumah.

"Sayang, sebentar lagi appa dan unnie mu akan sampai. Kita tunggu mereka di bawah yuk?" dara berdiri di belakang sofa yg Jennie duduki sembari mengelus surai lembut putrinya itu yang sedari tadi melamun di balkon kamarnya.

Tidak ada jawaban apapun dari Jennie. Ia masih fokus menatap balkon dengan tatapan kosong.

"Eoma" panggil Jennie pelan, masih dengan tatapn kosong.

"Nee?"

"Jennie belum bisa menerima bayi itu" ucap jennie yang mampu membut elusan dara di rambut putrinya itu berhenti, ia langsung mendudukan dirinya di samping jennie. Dara menggenggam tangan jennie.

"Eoma mengerti sayang. Tapi untuk saat ini kau membutuhkan bayi itu untuk membantumu mengeluarkan asimu. Eoma, appa, jisoo... Tidak ingin melihatmu tersiksa seperti ini. Ini yang terbaik untukmu sayang" ucapan dara mampu mengalihkan pandangan jennie, jennie memandang dara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Yang terbaik untukku adalah putriku, eoma. Tidak ada yang lain"

"Eoma tau jennie-ah, dan kita semua janji untuk selalu mencari keberadaan putrimu sampai kapanpun sayang, kau harus percaya pada kita" ucap dara, ia berusaha meyakinkan jennie untuk tetap tenang.

"Sudah lebih baik kita menunggu di bawah" mau tidak mau jennie harus mengikuti perintah eomanya dan menerima bayi itu demi kebaikannya.

_______

JENNIE POV

Dengan tatapan kosong disertai pikiran yang memenuhi isi kepalaku kini aku berjalan gontai menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai satu ke lantai dua, keberadaan kamar ku.

Entahlah semenjak terpisah dengan putriku hidupku terasa hampa, hidupku hancur seketika. Manusia bodoh mana yang berani bermain-main denganku? Yang mengusik keluargaku?! Aku benar-benar bersumpah jika aku tau siapa orangnya, akan ku pastikan orng itu benar-benar akan lenyap di tanganku.

Pikiranku benar-benar terganggu, putriku belum ketemu dan sekarang aku harus menerima bayi orang lain.aku belum siap menerima bayi itu, aku belum siap menerima kenyataan bahwa aku berpisah dengan putriku, dan aku benar-benar belum dan tidak akan pernah siap menerima itu semua. Eoma... Appa... Eonii... Aku hanya ingin putriku kembali.

Tak terasa air mataku jatuh begitu saja bertepatan suara mobil yang memasuki area pekarangan rumah.
Mereka telah sampai, sekarang  mereka berjalan berdampingan tepat di depanku dan bayi itu, bayi yang di maksud keluarga ku. Dia berada di dekapan jisoo eoni.

"Chagia, kami pulang" ucap appa yg baru memasuki rumah,

"Yeoboo, akhirnya kalian sampai juga. Aku sudah tidak sabar melihat bayi itu" sambut eoma, aku hanya diam di sini berdiri dari anak tangga yang kedua dari bawah. Aku tidak menghampiri mereka, aku tidak ingin. Rasanya ini sangat berat bagiku, aku hanya bisa menyaksikan semuanya dari sini.

"Ya, sabarlah sedikit aku harus mengemudi dengan pelan, ini pertama kali aku membawa bayi. Dan  kau tau? Bayi ini sangat lucu, kau harus lihat" ucap appaku antusias, aku bisa melihat dari matanya dan senyumnya bahwa appa menyukai bayi itu.

"Oh jennie-ah, sini nak. Kau tak ingin melihat bayinya?dia sangat lucu" ucap appa, mungkin jika itu putriku aku akan menghampiri dengan berlari, tapi kenyataannya pahit. Boleh kah aku egois jika mereka menganggap bayi itu lucu, aku satu-satunya orang yang akan tetap menegaskan bahwa satu-satunya yng terlucu adalah putriku, bukan bayi itu.

WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang